++++
++++Tiga bulan terakhir ini, Iyyas rutin mendatangi Masjid Raya Al-arief untuk belajar pada tim Rohis Jagal Senen. Pada minggu pertama alias minggu Shin, Iyyas belajar ilmu agama pada Kevin, Hanum, Sarah, Iqbal, dan Teddy.
Sedangkan di minggu kedua alias minggu Ghin, Iyyas belajar layaknya sekolah formal pada Ririn, Lee Sha, Lina, Bakhri, Habib, dan Farhan. Begitu terus kesibukan yang di lakukan Iyyas tiap hari minggu.
Dan hari ini adalah tepat hari ke seratus dua puluh lima, alias menginjak bulan ke empat dimana Iyyas belajar pada tim RJS. Dan hari ini juga, tim RJS hendak mengajak Iyyas ngobrol biasa, membicarakan tentang hasil usaha Iyyas selama tiga bulan ini.
Seperti biasa, di beranda Masjid Raya Al-arief yang luas, Iyyas dan beberapa anggota RJS yang hadir duduk dengan tenang.
Kevin sebagai ketua mulai berkata, "Jadi, selama ini ada satu tim yang selalu mencatat perubahan lo tiap harinya"
Kaki Iyyas bersila, mencoba mencari posisi nyaman untuk lebih cermat mendengarkan kalimat demi kalimat yang akan di katakan oleh Kevin.
"Dan dari catatan itu kita bisa menyimpulkan bahwa, kemampuan elo menguasai semua materi yang di ajarkan memang pantas di beri acungan jempol"
"Huh ..." Sarah dan beberapa anggota menepuk tangan pelan, "Keren Yas, keren"
Iyyas hanya nyengir kuda mendengar pujian dari Sarah.
Rasanya tuh malu campur bahagia, karena Iyyas merasa usahanya selama ini tidak sia-sia."Ya, gue akui, untuk orang awam kayak lo memang keren, karena mampu mengerti dan memahami semua materi yang kami beri hanya dalam waktu tiga bulan"
Kevin berhenti sejenak, menarik nafas perlahan lalu kembali berkata, "Tapi, ada satu hal yang kami kecewakan dari elo, Iyyas"
Dada Iyyas mulai bedegup hawatir, apa jangan-jangan, di antara semua yang telah dia pelajari ada satu yang gagal ?
"Dan satu hal itu adalah perilaku elo" Kevin menatap wajah Iyyas yang mulai memerah menahan perasaannya, "Gue jujur aja sama lo, Yas. Kalau lo belum bisa jaga kesopanan elo, lo belum bisa menghargai waktu, elo juga masih sering ngomong kasar. Oke, elo memang berhasil menguasai semua ilmu, tapi untuk akhlak, bisa di bilang lo belum berhasil"
Iyyas menunduk mendengar penjelasan Kevin yang lumayan panjang, gadis itu mengepalkan tangan di balik saku rompi.
"Maaf, Vin" Iqbal angkat tangan, "Boleh gue bicara ?"
"Ya, silahkan" Balas Kevin.
Kini semua perhatian tertuju pada Iqbal, tak terkecuali dengan Iyyas. Dia penasaran dengan kalimat yang akan di katakan oleh Iqbal nanti.
"Apa lo semua masih ingat dengan ceramah Ustadz Ali kemarin malam ?"
"Ya, gue ingat" Jawab Lee Sha, "Ustadz ceramah soal anak sholeh dan sholehah, kan?"
Iqbal mengangguk tersenyum, memberikan tanda tanya di benak yang lain.
"Apa ada yang masih ingat, pada bagian Ustadh menyindir para orang tua ?"
Semua berpikir keras. Bagian menyindir ? Rasanya mereka tak mendengar Ustadh menyindir, atau mungkin mereka yang
lupa ?Lain lagi Hanum, gadis berjilbab ungu muda itu tersenyum Seraya berkata, "Aku ingat"
"Ah, lo bisa meniru kata-kata Ustadh Ali, Han ?"
Hanum mengangguk pasti,
"Saat itu Ustadh bilang gini"Hanum pun mulai menirukan kalimat demi kalimat dari Ustadh Ali tentang keluarga.
'Keluarga adalah kunci pertama dan utama yang menentukan kepribadian seorang anak. Keluargalah yang menjadikan anak beriman, bermoral, dan beretika. Dalam keluarga ada Ayah dan Ibu, yang berperan besar dalam mendidik, membina, mengawasi, membimbing, dan mendampingi pertumbuhan mereka. Keluarga adalah sumber pengertian, pemahaman, perhatian, kasih sayang, dan pendidikan tentang nilai-nilai kehidupan'
![](https://img.wattpad.com/cover/158419725-288-k464437.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTARA ITHIYAH DAN IYYAS
Teen FictionDua bayi perempuan yang tertukar. Ithiyah yang sejatinya adalah Thalita Saranova dan Iyyas yang sejatinya adalah Ithiyah. Namun takdir memang aneh, ketika Ithiyah berada di tengah-tengah kemewahan, ketika itulah sang Ithiyah asli tengah menjajakan s...