03. Keputusan

3.7K 95 1
                                    

Setelah melihat ayahnya masuk ke sebuah ruangan, leana mengikutinya. Walaupun samar, ia masih dapat mendengar percakapan mereka dengan baik.

"Jadi kamu memutuskan untuk membatalkan perjodohan ini?" Tanya seorang pria yang duduk membelakangi leana yang sedang mengintip di balik pintu.

"Saya tidak ingin melihat leana sedih, walaupun mungkin saya orang satu-satunya orang yang selalu membuat dia sedih. Saya tidak ingin dia semakin benci dengan saya. Maafkan saya wil." Hartman menjelaskan alasannya membatalkan perjodohan itu.

"Dia masih menganggap ibunya meninggalkan dia karena kamu?"

"Seperti itulah."

"Mengapa tidak kamu ceritakan yang sebenarnya?"

Pertanyaan dari pria bernama wildan itu membuat kening leana mengkerut. Ada sesuatu yang tidak ia tau tentang masa lalu keluarganya, dan lagi-lagi itu karena ayahnya. Kadang leana berpikir apa leana itu anak tiri ayahnya sehingga ia tak pernah merasakan sedikitpun kasih sayang dan kehangatan seorang ayah.

"Sudah kubilang, saya tidak ingin melihatnya semakin terluka. Mengharapkan ibunya saja sudah begitu pedih. Bagaimana bisa dia menerima jika tau ibunya selalu ingin berusaha menyingkirkan leana dari hidupnya. Mulai dari percobaan menggugurkan leana sewaktu masih dalam kandungan. Saya tau saya kejam karena memasung istri saya sendiri, tapi itu saya lakukan agar leana tetap hidup. Setelah leana lahir, wanita jalang itu masih ingin berusaha membunuh leana. Aku memang mengusirnya, tapi dia bahagia dengan laki-laki lain. Saat saya memutuskan melupakan kesalahannya, saya mengirimkan foto leana, saya kira setelah melihat leana tumbuh akan mengubah kepututusannya. Ternyata tidak. Wanita itu bahkan membakar foto leana dengan kejam dan berteriak seperti orang gila. Ia tidak ingin suaminya tau kalau ia pernah menikah dan memililiki anak."

Ucapan ayahnya bagai petir yang menyambar tepat di jantung leana. Ia merasa sesak dan tubuhnya lunglai seketika. Air matanya menyeruak, namun ia menahan isakannya dengan menggigit bibir bawahnya dengan sangat keras.

"Lalu mengapa kamu tidak menikah dan menyuruhnya berpura-pura sebagai ibu kandungnya dari leana. Saya yakin lebih dari seribu orang ingin berdiri di samping mu saat itu."

"Saya tidak ingin mengambil resiko jika wanita itu tidak tulus mencintai leana. Lagi pula, saya hanya mencintai wanita jalang itu. Sampai detik ini. Dan jika suatu saat leana tau, saya tidak tau bagaimana ia menanggung beban itu sendirian. Makannya saya hanya ingin menjodohkannya dengan pria yang bisa saya percaya, yang bisa membuatnya bahagia seperti anakmu. Tidak seperti laki-laki brengsek yang tengah bersamanya. Aku tau ia sudah memiliki anak tanpa hubungan pernikahan. Ia bahkan masuk ke hotel dengan wanita placur beberapa hari lalu. Setidaknya aku bisa tenang jika suatu saat akan meninggalkannya jika leana bersamamu."

Ibarat pepatah, sudah jatuh tertimpa tangga pula. Leana tidak pernah menyangka akan mendapat kepahitan ganda. Dia tidak ingin percaya kalau dua orang yang selama ini menjadi asa untuk kehidupannya, ternyata tidak pernah benar-benar menginginkannya. Dan ayahnya, sosok yang selama ini begitu beku ternyata orang yang paling memikirkan kebahagiaannya. Leana merasa bodoh, semua yang dhea ucapkan semuanya kenyataan.

Jika harus mendengar sesuatu yang lebih menyakitkan dari itu, leana tidak sanggup. Ia memutuskan untuk pergi dari rumah itu. Dengan langkah terhuyung, leana berusaha keluar vila itu.

"Tidak apa-apa, saya akan tetap menjaga leana meskipun ia tidak menjadi menantu di keluarga ini. Akan saya jaga dia seperti menjaga darah daging saya sendiri." Ucap wildan meyakinkan. Kalimat itu juga sebagai penutup perbincangan mereka tentang perjodohan leana yang harus di batalkan.

🌻🌻🌻

"Menurut loe, apa bisa seseorang menikah dengan orang yang ga mereka cinta?" Leana bertanya kepada dhea yang sedang sibuk menyantap makanannya.

Marry With Crazy JerkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang