Sesuai perjanjian, dhea dan leana mendatangi kantor yascha untuk membicarakan masalah rancangan arsitektur rumah baru mereka. Pasalnya dhea dan leana baru saja mendapatkan tanah yang cocok. Oleh karena itu, mereka datang untuk memberi tau luas tanah, serta setiap sudut yang mungkin akan menambah ide rancangan baru.
"Permisi. Bapak yascha ada di kantor?" Tanya leana pada resepcionis.
"Ada bu, langsung masuk saja."
"Terimakasih."
Gedung tempat yascha bekerja tidak terlalu jauh dengan gedung kantor leana, hanya berjarak beberapa belas meter saja. Akses yang mudah membuat yascha dan leana memungkinkan untuk sering bertemu di tempat kerja, hanya saja mereka tidak melakukannya. Hari ini saja jika bukan untuk kepindahan mereka, leana tidak akan melakukannya. Leana takut jika ia melihat sesuatu yang tidak pernah di harapkannya, apa lagi yascha sedang proses berubah, ia tidak ingin menghambatnya dengan kecemburuan misalnya?
Setelah sampai di depan pintu dengan di antar seorang karyawan, leana hendak mengetuk pintu, namun langkahnya kurang cepat karena dhea membukanya terlebih dahulu.
"Ko loe main buka-buka aja si dhe." Protes leana.
"Yaelah, sama suami sendiri kaku amat."
"Ya bukan gitu, gimana kalau yascha lagi ada... tamu." Leana menjeda kalimatnya sebelum mengucapkan kata terakhir.
Wajah leana nampak terkejut, dan orang membuat leana terkejut juga sama terkejutnya. Tiba-tiba saja suasana langsung mencekam. Tatapan leana bagai sinar laser yang siap menghancurkan objek yang di pandangnya dengan mudah.
"Eehh kita ganggu ya?" Sindir dhea pada yascha tengah asik duduk berhimpitan dengan karen, orang yang sempat bertengkar dengan leana sebelum ke club waktu itu.
Dengan senyum sumringah, karen melambaikan tangannya ke arah leana dan dhea. Kedua alis dhea bertaut sebelum berbisik, sebenarnya bukan bisikan tapi lebih ke arah mengompori leana yang memang sudah panas.
"Loe kenal sama selingkuhan yascha itu le?"
Pandangan menusuk leana ia alihkan untuk membungkam mulut comel dhea.
"Oke oke, kayanya waktu gue udah abis. Sekarang giliran istri pertama kan?" Karen merapihkan berkas yang tadi dibahasnya dengan yascha, kemudian melangkah menjauh untuk pergi. Namun saat di tengah antara yascha dan leana, ia mengamati ekspresi keduanya yang saling menatap penuh makna. Lalu ia kembali menghampiri yascha, membungkuk untuk merapihkan jas dan dasinya. "Inget ya sa, gue siap jadi istri kedua loe."
Meski dari jarak beberapa meter, dhea dan leana dapat mendengar kalau yascha menggeram pada karen. Sedangkan karen menyeringai dengan bangga. Dengan dagu terangkat, karen membelah jarak antara dhea dan leana sebalum melangkah di antara keduanya.
"Kamu yakin udah berubah?" Ketus leana yang kini sudah mengambil posisi di depan yascha.
"Aku yakin kamu sedang cemburu."
"Tidak." Sanggah leana.
"Iya."
"Tidak."
"Oy oy oy, gue orang bukan pajangan. Please deh jangan ribut manja di depan gue. Ya gue tau yascha baru aja kegep selingkuh, tapi ya..."
"Bahas pekerjaan saja." Potong leana yang langsung menghentikan mulut mercon dhea.
"Pokonya gue cuma mau kasih tau kalau semua surat-surat udah siap. Ini gambar-gambar dari setiap sudutnya. Kalau ada desain yang mau di ubah silahkan saja diskusikan. Bukannya lusa udah mulai di bangun kan?"
Pertanyaan itu ditujukan untuk yascha dan sepertinya pembicaraan itu akan sulit dimengerti leana. Tugasnya hanya memberi sentuhan akhir untuk menata furnitur di rumah barunya nanti. Selain tidak begitu paham apa yang mereka bicarakan, leana juga sedang malas melihat wajah yascha. Apa lagi jika mengingat ada karen sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marry With Crazy Jerk
RomanceRasanya di jodohkan saat punya pacar itu, seperti dihimpit dari dua sisi. Tidak bisa bilang karena takut pacarmu marah, juga tidak bisa menolak karena perintah ayah. Satu-satunya jalan tengah yang bisa dipilih adalah kabur dari rumah sampai ayahmu m...