Lucu. Sepertinya takdir sedang bermain-main dengan leana. Sehabis menemui mantan pacar suaminya, kini ia harus bertatap muka dengan mantan kekasihnya. Yang lebih parah lagi, mantannya itu memergoki leana sedang menangis tersedu-sedu. Sesuatu yang tidak pernah ia lakukan di masa lalu. Mungkin benar, cinta bisa melemahkan apapun dan siapapun.
Rasa sedih yang tadi begitu mendalam, kini memudar, bercampur dengan rasa terkejut. Suasana tiba-tiba saja menjadi hening, hanya dua pasang mata yang saling menatap tanpa ada yang memulai bertegur sapa. Rindu yang mendalam jelas tercetak pada manik mata coklat gelap milik diaz, namun hal itu tidak ditemukan pada mata leana.
"Aahh.. ini taksimu. Maaf, aku akan mencari taxi lain." Ucap leana segera memutus pandangan mereka. Ketika gagang pintu sudah dalam genggaman, diaz mencegah leana untuk melakukan tindakan berikut yang harusnya segera ia lakukan.
Merasa leana tidak nyaman dengan sentuhan tangannya, diaz buru-buru melepaskan tangannya lalu mengutarakan niat dan maksud tindakannya.
"Leana, bisa kita bicara sebentar?"
"Hmmm..." leana nampak ragu.
"Hanya sebentar, aku janji! Ada hal penting yang mau aku bicarakan."
Leana masih diam, menimang akan menerima ajakan diaz atau tidak. Sungguh, ia tidak ingin ada urusan apapun yang menyangkut masa lalunya. Baginya sesuatu yang sudah ia buang tidak akan pernah ia pungut kembali. Dan leana sudah membuang perasaannya untuk diaz.
"Kumohon!" Suara diaz terdengar lirih.
"Baiklah, hanya sebentar."
Diaz mengangguk senang. Sedikit waktu lebih dari cukup untuk meluruskan masalahnya dengan leana. Diaz kira ia tidak akan pernah mendapatkan kesempatan seperti ini, tapi ternyata Tuhan sedang berbaik hati padanya. Bagi diaz, memulai hubungan dengan baik maka harus di akhiri dengan baik pula. Ia akan mengaku salah, dan semoga leana memaafkan dan melupakan segala ketidaknyamanan di antara mereka.
"Pak jalan, pak!" Pinta diaz yang langsung dituruti supir taksi.
Mata leana tidak terlepas dari kaca mobil disampingnya. Diaz pikir leana melakukannya karena tidak ingin melihat wajahnya, namun diaz salah. Leana tengah berharap dan sekarang ia harus menelan kekecewaan. Leana pikir yascha mungkin menyesal lalu memutuskan untuk menyusulnya. Tapi ini bukan novel romance dimana para pria selalu bertindak seperti yang di harapkan pemeran wanita.
Diaz dan leana sampai di sebuah restoran tempat mereka sering makan dulunya. Entah dengan tujuan apa, leana tidak begitu mempedulikannya. Pikirannya hanya terfokus pada satu objek, Yascha.
"Apa kabar leana? Hampir enam bulan kita tidak bertemu."
"Seperti yang kamu lihat, aku baik. Bagaimana denganmu?"
"Aku juga baik."
"Syukurlah."
Ada kecanggungan yang menyelinap di antara mereka. Mungkin karena peran dan status mereka berbeda. Semua juga sudah berubah tak lagi sama.
"Kamu mencintainya?" Tanya diaz tanpa basa-basi.
Leana dapat menangkap maksud pertanyaan diaz dengan sangat tepat, lalu menjawabnya dengan tegas dan tanpa sedikitpun keraguan.
"Sangat."
"Leana, apa kamu bahagia?"
Leana nampak menerawang perasaannnya. Sebelumnya iya, leana sangat bahagia. Itu saat sebelum dia tau jika perhatian yascha bukan untuknya. Juga perasaan cinta yang mungkin tidak akan pernah menjadi miliknya. Sekarang ia berpikir haruskah ia melepaskan yascha dan membiarkannya bahagia? Tapi ada satu sudut di hati yang selalu menahannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marry With Crazy Jerk
RomanceRasanya di jodohkan saat punya pacar itu, seperti dihimpit dari dua sisi. Tidak bisa bilang karena takut pacarmu marah, juga tidak bisa menolak karena perintah ayah. Satu-satunya jalan tengah yang bisa dipilih adalah kabur dari rumah sampai ayahmu m...