02. Iblis Penolong

4.2K 104 1
                                    

"Syukurlah jika memang benar kamu orangnya"

"Apa?"

"Jodoh saya."

Dua kata yang di terucap asal dari bibir yascha membuat kening leana berkerut. Dia pikir semua orang yang berada di rumah itu memang kurang normal. Karena seisi rumah itu tidak bertingkah seperti umumnya ketika menemui orang baru seperti leana.

Bukankah wajar jika mereka bertanya lebih dulu siapa leana, apa tujuan leana, bukannya bertanya macam-macam tentang kehamilan, wanita bekas, wanita simpanan dan sejenisnya itu. Dan yang paling membuat leana tercengang adalah pengakuan dari pria yang mengklaim bahwa leana adalah jodohnya.

"Boleh saya bertanya alasan kamu menerobos ke rumah ini?" Tanya pria bernama yascha itu dengan sopan dan santun. Sepertinya dia membaca ekspresi leana yang nampak tidak ingin menggubris kalimat terakhirnya.

"Boleh saya mengatakannya?" Tanya balik leana. Tindakannya membuat yascha terkekeh. Gadis itu terlalu polos atau terlalu khawatir, tebak yascha dalam pikirannya.

"Tentu saja, saya bahkan telah bertanya sebelumnya."

"Kalau gitu ikut saya." Ajak leana untuk sedikit menjauh dari kerumunan tadi.

"Jadi, apa?" Tanya yascha saat ia pikir jarak mereka dan teman-temannya sudah cukup jauh.

"Aahhh.. anu. Boleh saya minta tolong?" Tanya leana gugup. Tersirat penuh keraguan pada setiap katanya.

"Kamu tidak minta untuk saya nikahi kan?"

"Apa?"

Nih orang waras ga sih? Apa pantas dia bercanda dengan orang baru seperti itu? Rutuk leana dalam hati.

"Akan saya ulangi pertanyaan saya jika kamu lupa, apa tujuan kamu menerobos masuk ke rumah saya?" Tanya yascha langsung ke permasalahan. Dia paham jika wanita itu terlalu naif untuk jadi mainannya. Wanita itu bahkan tidak bisa menimpali candaannya dengan baik.

"Itu, saya.... eemmhhh..."

"Jadi?" Tanya yascha gemas. Menurutnya leana terlalu berbelit-belit dalam menjawab pertanyaannya.

"Emmmhh, boleh saya meminjam uang? Nanti akan saya ganti." Ucap leana pada akhirnya. Ia sudah memutuskan untuk memotong urat malunya, masa bodo dengan apa yang dipikirkan pria itu. Toh leana menganggap mereka tidak akan pernah bertemu lagi.

Butuh keberanian tingkat dewa untuk mengatakan kalimat itu. Seumur hidup hal memalukan seperti itu tidak pernah terjadi dalam hidup leana. Dia memang seorang yang tertutup, tapi tidak pendiam. Ia juga bukan orang yang kesulitan berkomunikasi, karena di kantornya leana terkenal sebagai wanita yang tegas. Ia hanya pemilih, ia harus menyeleksi ketat seorang yang akan masuk dalam ranah pribadinya. Jadi ia tidak sembarangan dekat dengan semua orang. Tapi untuk yang satu itu, leana bahkan harus memutuskan urat malunya untuk sementara. Demi misi melarikan dirinya agar berjalan sukses.

"Baiklah. Tunggu disini." Jawab yascha setuju tanpa menimang apapun. Ia langsung memutar tubuhnya untuk mengambil dompet di dalam kamarnya.

"Tunggu!" Cegah leana. "Kamu tidak bertanya untuk apa?" Tanya leana penasaran.

"Jika kamu meminta, kamu pasti membutuhkannya. Saya tidak butuh alasan untuk membantu seseorang jika itu memang saya inginkan." Penjelasan yascha membuat leana mengangguk-angguk setengah kagum. "Tunggu sebentar." Ujar yascha saat tak ada kata apapun yang keluar dari mulut leana.

Walaupun ia sedikit tidak normal, setidaknya dia baik.

Sementara yascha mengambil uangnya, leana berkelip takjub memandang interior vila yang begitu mewah yang tadi berusaha ia abaikan. Bukan berniat mencontek, leana hanya ingin menjadikan vila itu sebagai sumber inspirasinya. Aura kekuasaan, kharisma dan kehangatan bercampur dalam satu kesatuan. Desain yang artistik, ditambah interior yang mencolok membuat vila itu nampak menakjubkan.

Marry With Crazy JerkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang