14. Terjebak

2.8K 79 1
                                    

"Yas, kamu tidak ingin pulang? Langitnya sudah mendung." Ucap leana gusar.

Wajar jika orang yang bermain di pantai itu menjadi lupa waktu. Leana yang notabennya manusia yang jarang terkesan akan sesuatu saja begitu jatuh cinta. Bermain dari pagi hingga sore, membangun keakraban baru dengan suaminya itu. Mereka banyak mengobrol dan kali ini leana lebih terbuka kepada yascha.

"Sebentar lagi leana. Aku ingin menemukan sesuatu yang berharga untukmu." Jawab yascha yang masih sibuk brenang sambil mencari sesuatu di dasar laut sana.

"Aku akan menghargainya jika sekarang kita pulang."

Langit benar-benar sudah mendung dan mereka masih berada di bibir pantai. Sedangkan tidak ada satupun rumah di daerah sana. Leana memang suka hujan, tapi tidak dalam keadaan seperti ini. Mereka akan menempuh perjalanan panjang, dengan unta lamban dan malam yang akan segera datang.

"Awwwwhhhh." Pekik yascha kesakitan.

"Ada apa? Jangan bercanda yas." Seru leana khawatir.

"Leana, aku menginjak bulu babi."

"Astaga, sudah kubilang untuk naik. Mengapa kamu keras kepala sekali." Omel leana yang kini berlari cepat menghampiri yascha sebelum memapahnya.

"Bisakah kamu tidak memarahiku?" Mohon yascha dengan wajah memelas.

"Ayo! lebih baik kita pulang dan membwamu ke klinik." Yascha benar, seharusnya leana tidak memarahinya saat yascha sedang sakit. "Dimana untanya?" Leana sangat terkejut saat menyadari unta satu-satunya yang akan membawa mereka pulang lenyap di telan bumi. Tidak ada jejak apapun kemanapun perginya unta itu.

"Bukankah tadi aku memarkirnya di sana?"

Kata memarkir itu terdengar aneh untuk seekor unta.

"Kita harus bagaimana? Untanya pergi, aku tidak mungkin membawamu sendirian karena jaraknya juga sangat jauh. Kau bawa ponsel?"

"Tidak."

"Kau ceroboh sekali, bagaimana bisa kau pergi jauh tanpa membawa ponsel." Cerocos leana. Yascha baru tau leana akan menjadi sangat bawel ketika berada dalam situasi yang membuatnya khawatir.

"Kamu tidak ingat? Ponselku kamu lempar dan terinjak di pelabuhan."

Leana terdiam, ia lupa kalau itu juga sebagian dari kesalahannya. Siapa yang menyangka kalau ia akan terjebak dalam situasi yang sangat buruk seperti ini. Bahkan sekarang gerimis mulai turun dan membasahi anak-anak rambut mereka secara perlahan tapi pasti.

"Ponselku juga lowbat yas. Kita harus bagaimana? Lukamu harus segera di obati."

"Jangan terlalu panik leana!" Seru yascha menenangkan. Bukankah seharusnya dia yang panik?

"Bagaimana aku tidak panik, kau terkena bulu babi dan kita tidak bisa pulang. Dan kamu tau apa yang lebih parah? Ini sudah gerimis yas."

"Di sana ada gua, kita bisa istirahat di sana sambil menunggu bantuan. Kita berusaha menyalakan ponselmu."

"Apa tidak sebaiknya kita obati lukamu dulu? Aku takut akan semakin parah. Akan sangat sulit berjalan dengan satu kaki."

"Ada kamu yang memapahku."

"Baiklah, aku akan berusaha."

Dengan sekuat tenaga, mereka berhasil sampai di gua yang tidak terlalu dalam itu. Penerangannya sangat buruk, maka itu leana memilih posisi di bibir gua agar memudahkannya melihat apa yang terjadi dengan kaki yascha. Leana begidik ngeri saat melihat yascha mencabut satu persatu bulu babi yang masih tertinggal di kakinya. Ia sungguh ingin menolong, tapi ia tidak akan tega jika melihat yascha meringis kesakitan.

Marry With Crazy JerkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang