Hari ini adalah hari yang menegangkan bagi leana. Yascha bilang hari ini rumah baru mereka telah selesai di bangun dan hanya tinggal melakukan beberapa finishing. Leana begitu antusias karena selama pembangunan yascha melarangnya untuk datang ke lapangan. Untuk kedua kalinya, leana menjejakan kaki di tanah, bukan, tapi di pasir yang nanti akan ia pijaki setiap harinya. Namun langkah leana terhenti kala ia melihat sosok wanita itu lagi. Karen. Mungkin inilah alasan mengapa yascha selalu melarangnya datang, agar ia bebas bercengkrama dan tertawa seperti yang tertangkap pandangannya.
"Hai leana." Sapa karen saat tak sengaja melihat leana.
"Apa yang dilakukannya di sini?" Todong leana pada yascha, ia bahkan tidak menghiraukan sapaan ramah dari karen.
"Karen yang ngurus pembangunan karena aku harus menyelesaikan proyek lain di kantor."
Sepertinya yascha tidak begitu paham tentang bahasa tubuh leana. Ia bahkan menjawab pertanyaan leana tanpa ragu dan tanpa menyesal sedikitpun. Padahal jika ia mau peka, intonasi dari pertanyaan leana saja sudah mengarah pada amarah. Entah karena leana takut yascha tergoda oleh karen, atau ia takut dirinyalah yang membuat yascha tergoda untuk meninggalkan karen, dua-duanya sama-sama membuat leana marah. Ia tidak suka wanita itu berada di dekat yascha. Bahkan dari pertama ia mengenal yascha, hanya wanita itulah yang terlalu agresif jika berada dekat yascha.
"Dan kamu ga diskusiin apapun ke aku?"
Saat intonasi leana meninggi, terdengar jelas suara sumbang seseorang yang menahan tangisnya. Dan seketika membuat yascha panik dan berusaha memegang kedua tangan leana.
"Tadinya, aku cuma, cuma mau bikin kejutan." Ucapnga tergagap, apa lagi leana terus meronta dari genggamannya.
"Dan kamu berhasil. Aku. Sangat terkejut. Ternyata kamu memang benar-benar tidak bisa berubah."
Leana pergi meninggalkan karen dan yascha. Ia tidak menangis dan tidak boleh menangis. Inilah yang ia takutkan jika mereka sedang bertemu di luar, leana tidak akan pernah tau siapa yang akan menyapa yascha atau wanita mana yang pernah berhubungan dengan yascha. Ia selalu penasaran tentang semua, hanya saja ia tidak berani bertanya. Leana takut apa yang dia dengar jauh lebih menyakitkan, maka dari itu ia lebih memilih percaya bahwa yascha juga akan berubah. Menjaga jarak dengan keseharian yascha adalah cara yang dipilihnya.
Yascha tidak tau kalau leana akan semarah itu karena kehadiran karen. Sepertinya memang dia yang salah karena tidak pernah mencoba mengakrabkan mereka sebelumnya. Ya, ia bahkan belum mengakrabkan leana pada siapapun sahabatnya. Lalu bagaimana leana bisa percaya. Kakinya hendak melangkah mengejar leana, namun karen menahan dengan tangannya.
"Biar gue aja."
Karen bergegas mencari keberadaan leana. Mencari setiap sudut yang mungkin di datangi istri yascha itu. Tak lama mencari, karen menemukan leana yang duduk sejengkal dari ombak. Terlihat jelas kalau leana berkali-kali menghempaskan nafas kasarnya. Karen menyeringai dan ini akan sangat menarik nantinya.
"Hei." Sapa karen untuk yang kedua kalinya.
"Mau apa?" Ketus leana.
"Loe cemburu sama gue?"
Tidak ada jawaban apapun dari bibir leana.
"Kenapa? Karena gue cantik? Karena gue sexy? Lebih cantik dan sexy dari loe? Atau karena gue lebih dulu kenal yascha di banding loe? Jadi loe takut suami loe kegoda sama gue?"
Iya, iya, iya, semua benar. Semua pertanyaan yang dilontarkan karen adalah sebuah fakta, fakta yang selama ini leana rasakan. Mengingat jika dulu yascha adalah seorang pria yang brengsek membuatnya tidak yakin sepenuhnya, baik pada yascha maupun pada dirinya sendiri. Jika dibandingkan wanita-wanita kenalan yascha, apa lagi karen, ia bahkan tidak ada setengahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marry With Crazy Jerk
רומנטיקהRasanya di jodohkan saat punya pacar itu, seperti dihimpit dari dua sisi. Tidak bisa bilang karena takut pacarmu marah, juga tidak bisa menolak karena perintah ayah. Satu-satunya jalan tengah yang bisa dipilih adalah kabur dari rumah sampai ayahmu m...