07. Mother

2.7K 68 1
                                    

"Ya Tuhan, mamah sedang apa?" Pekik leana saat membuka mata dan mendapati mamahnya, ralat, maksudnya mamah yascha yang memandangnya penuh haru. Mau tak mau leana bangkit dan merubah posisi tidurnya menjadi berdiri.

"Selamat pagi leana." Sapa tyas.

"Selamat pagi mah."

"Maaf, mamah mengganggu tidurmu. Hartman bilang kamu biasa bangun jam 6, makannya mamah menunggu disini. Takut kamu keburu bangun, soalnya mamah mau wujudkan cita-cita mamah. Kamu langsung mandi saja biar mamah yang merapihkan kamarmu."

Keinginan tak tersampaikan tyas memang akan terwujud karena kehadiran leana. Dari dulu ia selalu mempimpikan punya anak perempuan, memandanginya terlelap, membantu merapihkan kamar, belanja dan bergosip bareng. Selama ini yascha tidak pernah membiarkan tyas melakukannya. Yascha seorang pria, jika tidur ia akan mengunci kamarnya agar tyas tidak masuk, ia juga paling benci jika di ajak belanja dan ia akan mengomel sepanjang waktu kalau mendengar tyas bergosip.

Sebelum di dahului leana, tyas sudah mengurung sprei dan bantal leana dengan sangat posesif.

"Biar leana saja yang membereskan mah."

"Biarkan mamah yang melakukannya, mamah selalu ingin membereskan kamar anak perempuan mamah. Boleh ya le?" Rengek tyas. Ia menjadi lebih kekanakan, lebih manja dan lebih keibuan saat bersama leana.

Melihat wajah penuh harap tyas, leana tak tega mematahkannya. Karena itu leana mengangguk dan membiarkan tyas melakukan apapun yang diinginkan.

"Baiklah."

"Jika kamu sudah rapih mandi, kita sarapan bersama. Mamah akan tunggu di bawah ya sayang."

"Iya mah."

Setelah selesai mandi, leana melihat sebuah gaun casual yang sangat cantik. Ia bahkan tidak pernah memiliki gaun seperti itu. Tentu saja tidak punya, leana hanya memiliki stelan kerja dan baju rumahan ala kadarnya. Untuk datang ke resepsi pernikahan saja ia bisa-bisanya pergi dengan stelan kantor.

Gaun itu sangat pas di tubuh leana, terlihat simpel dan anggun. Leana mematut dirinya di depan cermin lalu menyanggul rambutnya seperti saat akan bekerja. Tapi sepertinya menyanggul rambut dengan gaun seperti itu tidak terlihat cocok, lalu leana memilih mengikat bagian atas rambutnya, sedang sisanya ia biarkan tergerai.

Setelah di rasa cukup, leana pergi ke ruang depan untuk sarapan.

"Pagi om." Sapa leana pada wildan yang sudah siap di posisi.

"Papah, leana." Ralat wildan.

"Iya papah."

"Pagi leana." Kali ini yascha yang menyapa.

Sapaan itu tidak berbalas. Yascha justru mendapat tatapan sinis dari leana. Mood baiknya berubah saat mendengar dua kata dari yascha. Tidak bisakah makhluk itu di enyahkan saja?

"Kamu mau makan apa sayang?" Tanya tyas yang muncul dari arah dapur. Ia membawa telur mata sapi yang pinggirannya sudah gosong.

"Lea makan roti saja mah."

Kurang dari sedetik setelah leana menyelesaikan kalimatnya, tyas bergegas mengambil sepotong roti dengan mata berbinar.

"Mau di panggang?"

"Tidak usah mah."

"Mau pakai selai apa?"

"Apa saja."

"Strawberry suka?"

Leana mengangguk. Sedangkan dua pasang mata yang satu meja dengan mereka saling menatap dan menggelengkan kepala. Sejak kedatangan leana, tyas begitu antusias. Seperti saat ini, ia seperti hanya mempedulikan kehadiran leana. Yascha dan papanya bisa mengerti bagaimana bahagianya tyas, karena itu tidak ada yang berusaha protes.

Marry With Crazy JerkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang