05. Kesepakatan

3.5K 81 0
                                    

Setelah acara inti selesai, para tamu sibuk bercengkrama dengan kerabat serta saudara yang lama tak berjumpa. Beberapa ada yang sibuk dengan makanannya seperti yang di lakukan dhea, dan beberapa lagi sibuk dengan dunia maya dalam genggamamnya. Sedangkan si ratu acara hari ini hanya terdiam merenungi, bukan, tapi merencanakan strategi untuk bebas dari kekangan dari konsekuensi cincin di jari manisnya.

"Loe yang waktu itu ke villa yascha kan?"

Suara seorang pria membuat leana menoleh. Dilihatnya seseorang yang tak asing dalam pandangannya, lelaki itu lelaki yang dulu menebaknya hamil oleh yascha. Astaga Tuhan, mengingatnya saja sudah membuat bulu kuduk leana menebal. Tidak akan pernah sesuatu yang seperti itu akan terjadi.

"Maybe."

"Loe terlalu cantik buat hidup tersiksa sama laki-laki macam yascha."

"Tentu saja dia akan tersiksa dengan kenikmatan yang akan gue kasih." Kali ini suara orang yang paling ingin dihindari di dunia datang menyela.

"Hahah.." lelaki yang diingat leana bernama dean itu tertawa.

Memangnya ada yang lucu? Leana menggelengkan kepalanya. Muak, itulah yang dirasakannya saat melihat kelakuan para lelaki dihadapannya itu. Dia tidak boleh berlama-lama dengan pria seperti mereka, oleh sebab itu leana memutuskan untuk mengasingkan diri.

"Tunggu." Cegah yascha dengan menggenggam tangan leana. "Berikan nomer ponselmu." Tambahnya.

"Tidak." Tolak leana sambil menyingkirkan tangan yascha yang sempat memegang tangannya. Jelas saja leana menolak, ia tidak ingin terlibat apapun dengan tunangannya itu.

"Kita bertunangan."

"Lalu?"

"Karena kita bertunangan, akan aneh kalau kita tidak memiliki nomer ponsel masing-masing."

Tidakkah yascha terlalu serius menanggapi pertunangan mereka. Ayolah, leana hanya menganggap ini sementara sampai ia mendapat bukti jika yascha seorang bajingan gila. Jika itu terjadi, ayahnya tidak akan tega apalagi kecewa dengan keputusan menolak perjodohan itu.

"Nggak penting."

"Kalau gitu saya akan minta bapak."

Kali ini leana yang menahan lengan kokoh yascha agar tidak pergi. Ingat, bukan karena ia tidak ingin di tinggal, tapi karena ia harus mencegah hal itu terjadi. Setelah yascha berhenti, leana melepaskan genggamannya.

"Berhenti memanggil bapak saya, dia bukan bapak kamu." Omel leana.

"Mertua sama dengan bapak."

"Itu tidak akan terjadi jika saya dapet bukti tentang kebusukanmu."

"Untuk dapat bukti, setidaknya kamu harus tau apa saja yang saya lakukan. Dengan kata lain kamu harus berada dekat dengan saya. Saya tidak qkan menghalangimu mendapatkan bukti, selama itu kebenaran yang kamu yakini."

Apa yang dikatakan yasha memang ada benarnya. Untuk mendapatkan bukti, ia harus tau aktivitas yascha. Namun leana sedikit merasa aneh, yascha begitu enggan menolak perjodohan tapi ia pula yang memintaku mencari bukti. Tidakkah leana sedang di manfaatkan? Dibodohi? Atau di permainkan? Leana tidak peduli, selama itu bisa membatalkan perjodohannya.

"Baiklah, catat nomermu. Saya akan menghubungimu duluan." Ucap leana sambil menyerahkan ponsel miliknya.

"Sudah."

Niat leana untuk membuat yascha menunggu telponnya harus kandas saat ponsel yascha ikut berdering. Ternyata setelah mengetikan nomer ponselnya, yascha memanggil langsung ke ponselnya agar ia tidak harus menunggu kapan leana akan menghubunginya. Ia akan menyimpan nomor leana dan menghubunginya kapanpun dia mau.

Marry With Crazy JerkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang