04. Tunangan

3.4K 82 1
                                    

"Jadi apa yang ingin kamu bicarakan, leana?" Tanya diaz tanpa basa-basi. Ia tidak sabar mendengar apa yang akan dikatakan leana. Padahal ia baru saja tiba dengan nafas yang masih tersenggal karena habis berlari.

Setelah mendapat telpon dari leana, diaz yang sedang menjenguk 'ibu anaknya' segera berlari untuk menghampiri leana. Ia menduga jika leana memutuskan untuk menerima lamarannya, karena memang leana tidak biasanya tergesa-gesa seperti ini.

"Kita putus." Ucap leana dingin.

Dua kata tersebut membuat diaz mematung. Tubuhnya seolah di timpa semen berton-ton yang mengering secepat kilat hingga tubuhnya terasa kelu. Untuk bernafas saja terasa sulit, apa lagi untuk berbicara. Tidak, diaz pikir ada sesuatu yang salah. Yang di hadapannya saat ini pasti bukan leana, tak mungkin leana memutuskannya kecuali... leana mengetahui kabiasaan buruk dan masa lalu yang selama ini ia simpan rapat-rapat.

"Kenapa?" Hanya satu kata itu yang mampu terucap, padahal ia juga belum tentu siap mendengar jawabannya.

"Karena kamu brengsek."

"Maksud kamu?"

"You're a jerk. Cukup jelas? Apakah otak kamu buntu? Atau kamu biasa di panggil selain itu. Bajingan, brengsek?" Leana mengatakannya dengan beku dan tanpa ekspresi selain mencemooh.

"Lea kamu keterlaluan." Ujar diaz dengan nada lemah.

Hampir saja leana goyah. Siapa saja akan goyah melihat mimik kesedihan di wajah diaz, tapi sebelum mereka tau kalau diaz seorang pebjahat wanita, walaupun bukan terhadapnya. Ia sudah mengambil keputusan dan ia tidak bisa terus mendengarkan diaz atau dia akan dibodohi dua kali.

"Urusan kita sudah selesai, itu undangan dari aku. Titip buat tomy." Tutup leana.

"Leana." Teriak leana saat kekasihnya itu, tidak, mantan kekasihnya itu tak menoleh sedikitpun.

Diaz tau suatu saat hal seperti ini akan terjadi, leana tau peragai buruknya. Ia pikir leana hanya akan mengamuk sesaat dan menerimanya jika diaz meminta kembali. Tapi bahkan leana, tanpa belas kasih sedikitpun menyerahkan undangan pernikahan itu, undangan yang leana sendiri belum pernah melihatnya. Pagi ini leana baru menerimanya dan terpikir memberikannya pada diaz.

🌻🌻🌻

Ini adalah hari yang tidak pernah dibayangkan leana seumur hidupnya. Hanya tinggal menunggu hitungan menit, dirinya sudah akan bertunangan, dengan seseorang yang wajah dan namanya saja leana tidak tau. Nama, leana tidak pernah berpikir untuk menanyakan namanya. Fokusnya hanya pada acara pertunangan karena bagaimanapun orangnya leana tidak begitu peduli.

Leana terlihat sangat anggun dan mempesona dengan balutan kebaya gold yang begitu serasi dengan warna kulitanya yang putih. Sanggul dan makeup natural menambah poin plus kecantikannya. Kalau di lihat sekilas, leana nampak tenang duduk bersantai di antara saudara dan tetangga di belakangnya. Ia sempat melirik ke arah kanannya dan mendapati ayahnya memandang penuh haru. Bagaimana tidak terharu saat akan melepas putrinya untuk mengejar kebahagiaannya sendiri.

"Kamu sudah siap, lea?" Tanya hartman saat ia menerima pemberitahuan jika acara akan segera di mulai.

"Siap pak." Jawab leana mantap.

"Loe yakin le?" Bisik dhea yang entah muncul mana. Ia mengambil posisi di samping kiri ryana dan menduduki kursi kosong yang diperuntukan pamannya.

"Jangan coba goyahin sesuatu yang udah kokoh dhe." Tegur leana.

"Iya iya, gue kan cuma mastiin. Tapi kalau cowok loe punya kaki pincang, tangan sengkleh, kepala menggeleng, lidah keluar, gigi tonggos, hidung berlendir, mata merah..."

Marry With Crazy JerkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang