33.1. Mantan

1.5K 43 10
                                    

Dari dalam kamar, samar-samar terdengar suara yascha yang sedang mengomel. Sebenarnya leana masih enggan berbicara dengan yascha karena masalah terakhir mereka. Namun rasa penasaran itu mengalahkan gengsinya. Yascha tidak pernah marah karena masalah sepele, bahkan kesalahan besarpun sering dimakluminya. Kesalahan seperti apa yang di lakukan bi minah hingga yascha menegur bi minah hingga sebegitu kerasnya.

"Tadi kan saya sudah bilang untuk berhati-hati, mengapa kemeja saya bisa gosong begini? Bibi tau ini kemeja kesukaan saya." Omelan yascha masih berlanjut pada bibi minah, ART yang dulu bekerja di rumah leana sekarang bekerja di rumah yascha.

"Ada apa yas?" Tanya leana yang berusaha mengalihkan perhatian yascha agar amarahnya mereda.

"Lihat bajuku rusak leana." Kesal yascha sambil menunjukan kemeja berwarna baby blue yang nampak sudah kecoklatan di bagian dada kirinya.

"Sudahlah, kemajamu masih banyak yas." Leana mencoba melerai. Sepertinya bi minah juga sangat ketakutan karena bentakan yascha, terlihat dari wajahnya yang masih terlihat shock.

"Tapi ini berbeda leana, kamu tidak mengerti."

"Aku bahkan belum pernah melihatmu memakai kemeja itu, lalu bagaimana bisa itu menjadi kemeja kesayanganmu?"

"Karena aku suka kemeja ini, aku hanya menyimpannya. Hari ini akan kugunakan untuk...."

"Untuk?"

"Sudahlah, kemeja ini juga tidak akan kembali seperti semula."

Lagi-lagi leana merasa ada yang berbeda dengan yascha. Akhir-akhir ini suaminya melakukan sesuatu yang di luar kebiasaannya. Kadang itu mengusik perasaan leana dan pikirannya mengacu pada lia mantan pacarnya. Ya, setiap kali ada perubahan pada yascha, orang pertama yang dipikirkannya adalah lia. Memang setelah pertengkarannya malam itu yascha berjanji untuk tidak menemui lia, dia juga membuktikannya dengan pulang ke rumah lebih cepat. Tapi, entahlah. Leana mencoba percaya saja pada yascha. Toh selama ini memang dia melakukannya. Jika yascha mengkhianati kepercayaannya, tidak masalah selama leana masih sanggup untuk berada di sisinya. Tapi jika ia telah menyerah, jangan harap ada kata kembali setelahnya.

Leana menggelengkan kepala saat yascha pergi dengan rasa kesalnya.

"Dia bahkan tidak pernah marah jika barang mahalnya rusak, sekarang dia mengamuk bagai orang gila." Komentar leana.

"Maafin bibi neng lea."

"Tidak apa bi, tidak perlu dikhawatirkan. Biar saya yang mengurus. Bibi lanjutkan saja pekerjaan bibi, kalau lelah istirahat saja. Jangan dipaksakan."

"Makasih neng."

"Aku yang seharusnya berterimakasih sama bibi karena bibi sudah menjaga bapak dengan baik selama lea tidak ada. Kalau nggak ada bibi, lea nggak tau bapak harus bergantung sama siapa. Sedang dengan lea saja, bapak tidak mau bercerita."

"Sama-sama neng lea. Bapak tidak mau cerita bukan karena tidak percaya pada non lea, bapak cuma tidak mau membuat neng lea khawatir. Bapak sangat sayang sama neng, bahkan setiap hari bapak tidak pernah berhenti buat memuji dan membanggakan neng lea di depan bibi, dan sama semua kerabat bapak."

"Maksasih ya bi."

"Sama-sama neng."

"Itu pakaian yascha? Biar lea aja yang menaruhnya."

Saat menaruh pakaian yasca, tidak sengaja leana menemukan selembar foto yascha dan lia yang sedang berdansa. Dan kemeja yang tadi menjadi sumber kemarahan yascha, itu kemeja yg sama yang digunakan yascha di dalam fotonya. Sepertinya foto itu belum lama jelas ada tanggal di bawahnya.

Marry With Crazy JerkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang