Hujan menari-nari perlahan, menggelitik deras pepohonan. Semilir angin menusuk pori-pori terdalam, tubuhpun menggigil merasakan sepinya malam. Langit semakin gundah, ia terus-terusan menangis seolah ikut meratapi penyesalan yang yascha rasakan.
Kini ia mulai berandai-andai. Andai ia tidak mengingkari janjinya untuk bertemu leana, tentu leana tidak akan terbaring kritis di UGD, mencoba berjuang untuk mempertahankan hidupnya. Andai yascha datang lebih cepat, tentu tidak akan terjadi peristiwa yang menyesakan ini. Dan andai yascha tidak pernah bertemu lia, tidak mungkin ia mengabaikan leana. Mau bagaimanapun yascha tetap salah, ia selalu mempunyai pilihan akan keputusan yang akan di ambilnya. Dan yascha mengambil keputusan yang salah, karena sekarang ia sangat menyesalinya.
Saat itu, ketika yascha turun dari mobilnya, ia melihat ratusan orang berlalu lalang dan menghambur dalam kepanikan. Hatinya mulai gundah saat mendengar seseorang berkata jika akuarium hiu pecah dan memakan beberapa korban. Dan terpampanglah sebuah kenyataan menyakitkan, kenyataan bahwa leana tengah dimasukan ke dalam ambulance. Sungguh, yascha tidak akan memaafkan dirinya jika sampai terjadi sesuatu pada leana.
Semuanya akan baik-baik saja. Yascha berharap ada orang yang mengucapkan untuk sekedar menegarkan hatinya. Tapi tidak, dhea dan kedua orang tuanya sama terlukanya. Mereka menangis dalam diam, meraung dalam kesedihan yang tidak mereka tunjukan. Semua ini salah yascha, dialah yang menyebabkan leana mengalami hal ini.
"Papah akan menjaga hartman. Kalian tenanglah, tolong beri tahu papah jika ada kabar terbaru." Ucap wildan seraya mengusap punggung istrinya untuk menenagkan. Tak lupa ia memberikan kecupan di kening sebagai isyarat perpisahan. Ia harus menunggu hartman yang kembali tidak sadarkan diri bersamaan dengan kabar kecelakaannya leana.
Tubuh tyas yang awalnya ditopang oleh wildan, kini tegolek lesu. Ia bertumpu pada dinding yang menjadi sekat penghalang dengan leana yang sedang berjuang di dalam. Mata yang sembab itu tidak kuasa membendung air mata yang selalu menetes setiap kali tyas mengingat menantunya. Menantu, tyas bukan hanya menganggap leana sebagai menantu, tetapi anak terbaiknya meski leana tidak pernah keluar dari rahimnya.
"LOE BERENGSEK YASCHA. DASAR BAJINGAN." Teriak dhea sambil mencengkram erat kerah baju yascha. Seperti orang kerasukan, tubuh kecil dhea yang dari tadi terlihat lesu tiba-tiba menyerang dengan garang. Tenaganya dilipatgandakan dalam hitungan detik khusus untuk memberi peringatan kepada yascha. Ia tidak bisa menahannya, ia membenci kenyataan bahwa orang yang dicintai sahabatnya itu adalah penyebab leana kecelakaan seperti ini.
Kekuatan itu tiba-tiba menghilang. Dhea bersimpuh di depan yascha dengan air mata yang berlinang. "Bisa-bisanya loe biarin leana nunggu di sana selama berjam-jam. Loe harusnya tau betapa takutnya dia saat di dalam sana, dan ketakutannya sekarang jadi kenyataan. Selamat, loe orang yang mewujudkannya. Selamat. Loe orang paling berengsek yang paling gue kenal."
Tyas yang melihat kejadian itu hanya bisa memandang dalam kepiluan. Ia juga tidak memungkiri jika hatinya saat ini memepertanyakan peran yascha sebagai suami yang harusnya menjaga leana. Tapi yascha tetaplah anaknya, ia coba meraih dhea dan menenangkannya. Tapi dhea menolak, dia melepaskan genggaman tangan tyas kemudian beralih memukul dada yascha dan sesekali mencengkram kembali kerahnya.
"Bilang sama gue, kemana loe tadi?" Tanya dhea dengan wajah kejam.
"Dhe tenang dhe." Sebuah usapan pada pucuk kepala dhea mampu sedikit menenangkan emosinya. Dean merengkuh tubuh dhea dan membawanya duduk menjauh dari yascha.
Karen dan dean baru saja datang. Mereka langsung meluncur begitu mendapat kabar. Karen mengambil alih posisi di samping yascha sambil sesekali mengusap belakang punggung sahabatnya itu.
"Aku harus pergi sebentar." Lirih yascha. Ia melangkah dengan gontai dan dengan tatapan mata yang kosong.
Saat ini, seluruh semesta seolah berlomba-lomba melontarkan cacian yang menyakitkan kepadanya. Semua benda yang dilihatnya seolah mengatakan yaschalah yang bersalah. Yascha setuju, dialah penyebabnya. Seketika perasaannya menjadi ruang hampa yang dihinggapi kegelapan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marry With Crazy Jerk
RomanceRasanya di jodohkan saat punya pacar itu, seperti dihimpit dari dua sisi. Tidak bisa bilang karena takut pacarmu marah, juga tidak bisa menolak karena perintah ayah. Satu-satunya jalan tengah yang bisa dipilih adalah kabur dari rumah sampai ayahmu m...