"Jadi, kemana kalian akan bulan madu?" Tanya hartman di sela-sela perbincangan santai antar keluarga.
Di sebuah halaman luas di belakang villa, keluarga yascha dan leana sedang berkumpul sambil mengenang masa lalu. Mereka memiliki cangir masing-masing dengan isi yang berbeda. Para lelaki lebih memilih kopi sebagai teman, sedangkan para wanita lebih memlih teh. Tak lupa beberapa croissan sebagai pelengkapnya.
"Swiss." Jawab yascha secara sepihak.
"No." Tolak leana keras. Oke, mungkin reaksinya terlalu berlebihan karena semua orang yang berkumpul dalam satu meja menatapnya heran. "Kamu belum mendiskusikan apapun kepadaku. Atau memang kamu mau berbulan madu sendiri?" Sindir leana.
"Lea nggak suka swiss? Atau ada tempat lain yang ingin kamu kunjungi? Katakan sayang!" Suara lembut tyas membuat leana melunak.
"Tidak, aku bukannya tidak suka. Itu terlalu jauh dan juga terlalu dingin, aku tidak suka."
"Hati mu saja bahkan lebih dingin dari itu." Gumam yascha spontan.
"Apa?"
"Tidak."
"Atau kamu mau ke argentina? Dari dulu kamu selalu ingin pergi ke cordoba." Cetus hartman saat ia mengingat percakapan leana dengan dhea lewat telpon.
Air mata leana menggenang di pelupuk mata. Entahlah, akhir-akhir ini leana menjadi begitu cengeng dan mudah terharu. Mendengar ayahnya tau keinginannya saja dapat membuatnya hampir menangis, namun leana tidak membiarkannya terjadi.
"Tidak, aku suka pantai. Kita akan ke lombok saja." Putus leana.
"Kalau kamu suka pantai kita bisa pergi ke maldives atau hawai." Yascha kembali mendebat keinginan leana.
"Pantai tulum di meksiko. Di sana kamu bisa menginap di resort berbentuk piramid."
"Atau pantai tavira di portugal."
"Benar leana cobalah pergi kesana."
"Bahkan jika kamu mau, kalian bisa kunjungi semuanya."
"Ini momen pertama kalian, sebaiknya kalian membuat kenangan di tempat yang istimewa."
"Pergilah leana, selama ini kamu bahkan belum pernah berlibur ke tempat yang benar-benar kamu inginkan."
Hartman, tyas dan wildan bergantian untuk mencekoki leana berbagai macam destinasi wisata pantai setelah leana mengutarakan niatnya. Entah mereka yang terlalu antusias atau memang yascha dan leana saja yang merasa mereka terlalu berlebihan. Dalam hati kecilnya, leana bahkan merasa dirinya sedang mencoba di asingkan, namun dengan cara yang halus. Mereka seolah-olah ingin leana pergi jauh untuk waktu yang lama.
"Kumohon, jangan memaksaku untuk pergi ke tempat yang jauh. Kalian seperti berniat mengusirku secara halus." Ucap leana mengutarakan uneg-unegnya.
"Maksud kami tidak seperti itu lea." Sanggah tyas. Ia bergegas meraih tangan leana dan menggenggamnya dengan lembut. "Kami hanya ingin kalian datang ketempat yang terbaik karena . Maaf jika kami terkesan sedang memaksamu, tapi kalian pengantin baru yang butuh tempat dan suasana indah untuk membangun kemistri. Apa lagi kalian belum lama kenal, ini kesempatan yang bagus lea."
"Aku akan pergi jika memang itu harus, kemanapun asal tidak ke luar negri."
"Lea." Erang hartman. Ia tidak tau bagaimana mengubah keputusan putrinya yang keras kepala itu. Ia kehabisan akal untuk membuat leana mengerti bahwa dia butuh sedikit ruang.
"Maaf ini keputusanku, tolong hargai itu."
"Bapak akan senang jika kamu..."
"Aku akan senang jika kalian menghargai keputusanku. Aku dan bapak baru saja dekat setelah 26 tahun, dan sekarang aku harus jauh lagi dengannya. Aku tidak ingin berada lebih jauh dari bapak. Andai aku bisa menolak pergi, akan kutolak. Tapi akupun tidak ingin mengecewakan kalian. Lagi pula aku tidak bisa meninggalkan pekerjaanku lama-lama. Ada tanggungjawab proyek yang harus kuselesaikan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Marry With Crazy Jerk
RomanceRasanya di jodohkan saat punya pacar itu, seperti dihimpit dari dua sisi. Tidak bisa bilang karena takut pacarmu marah, juga tidak bisa menolak karena perintah ayah. Satu-satunya jalan tengah yang bisa dipilih adalah kabur dari rumah sampai ayahmu m...