"Sudah~"
Jeno melirik sekilas piring Taeyong.
"Ayo.. habiskan dulu makannya.."
"Eeeunnggg.." rajuk Taeyong.
"kalau nggak habis, nggak makan es krim."
Lagi-lagi Taeyong mengerang, dan kini disertai dengan goyangan bahu dan bibir yang mengerucut. Siapa yang tak akan gemas jika melihatnya? Jeno memang menyimpan es krim yang –akhirnya- tadi ia beli di lemari es. Jeno melarang Taeyong memakan es krimnya langsung karena ia belum makan siang.
Kali ini Jeno tak mau kalah. Sudah cukup dia kalah dengan taktik jembatan Bombob konyolnya yang berakhir sia-sia. Apalagi jika ini menyangkut soal makanan. Jeno tak mau menyia-nyiakan makanan terlebih nasi.
'Orang susah kok buang-buang nasi.'
"Jeno suapin ya.. Nanti nasinya nangis kalau nggak dimakan.."
Jeno sudah memegang piring Taeyong dan mulai menyendok nasi yang tinggal beberapa suap itu. Sayangnya Taeyong masih mengerucutkan bibirnya.
"Nih.. Ada pesawat, nguuuuung.."
Masih tidak mempan. Bibir itu masih tertutup rapat, seolah tak memberi izin pada pesawat Jeno untuk masuk.
"Huhuhu~ Nasi nangis... Yongie nggak suka nasi lagi~"
Taeyong mulai mengerlingkan pandangannya ke arah suapan Jeno, namun masih enggan membuka mulutnya. Matanya kembali menunduk, menatap bagaimana kedua tangannya memainkan ujung bajunya. Kebiasaan yang ia lakukan jika ia sudah masuk mode 'rewel'.
Jeno pun meletakkan sendoknya. Mengambil nafas dalam. Jeno tahu jika kakaknya sering rewel jika diminta untuk menghabiskan nasinya. Padahal Jeno sudah memberikan porsi nasi yang sedikit. Itulah sebabnya Taeyong susah sekali untuk gemuk. Porsi makan Taeyong hanya separuh porsi normal Jeno, dan itu pun seringkali tidak habis. Seringkali Jeno harus menyuapinya supaya Taeyong mau menghabiskan makanannya. Terkadang disuapi pun Taeyong tetap tidak mau menghabiskan makanannya, seperti saat ini.
Tak mau menerima kekalahan tanpa perlawanan, Jeno pun menyembunyikan wajahnya di antara kedua lengannya. Tak lama terdengar suara isakan dari tubuh Jeno. Sontak mata Taeyong yang semula menunduk kini membola menatap tubuh adiknya.
"Je..Jeno kenapa?"
Mendengar suara khawatir kakaknya, Jeno pun mengeraskan suara isakan pura-puranya. Dan dengan kemampuan akting amatirnya, ia menjawab dengan suara yang ia parau-paraukan.
"Hiks.. Jeno sedih.. Jeno capek masak, tapi kakak nggak mau makan.."
Taeyong tampak kaget dan mulai turun dari kursinya dan memeluk Jeno.
"Heuuu.. Jeno jangan nangis.. Kakak sudah makan.."
"Hiks.. Tapi nggak habis.. Jeno nggak mau masak lagi.. Huuu.."
Dalam hati Jeno merutuki aktingnya sendiri yang terdengar begitu memalukan. Jeno hanya berharap jika tidak ada orang yang pernah melihatnya berperilaku seperti ini.
"Huee.... Jangan nangis.. Kakak juga pengen nangis.."
Mendengar suara kakaknya yang mulai melemah membuat Jeno berpikir untuk segera mengakhiri aktingnya. Tidak betah juga Jeno berlama-lama bersikap seperti ini.
"Pokoknya habisin.. kalau nggak habis Jeno nangis terus.."
Jeno bisa mendengar sendiri bagaimana manjanya suara yang ia buat. Jeno sudah sering bertingkah memalukan demi sang kakak, namun kali ini, Jeno sungguh berharap tidak ada orang yang melihatnya.
"Heu.. Iya.. Iya.. Kakak habisin ya..."
Seketika gerutuan Jeno terhenti dan senyum Jeno perlahan terulas di balik persembunyiannya. Jeno pun perlahan mengangkat wajahnya, tak lupa dengan gestur mengusap mata dan wajahnya. Tampak sekali Jeno benar-benar mendalami perannya sebagai adik yang cengeng.
"Janji ya.." ujarnya sebagai pemanis di sentuhan akhirnya.
Tanpa menunjukkan ekspresi curiga atau heran, Taeyong menganggukkan kepalanya dengan semangat. "Uhm! Suapin tapi.."
Kini Jeno bisa memamerkan eyesmile-nya. Dengan perasaan lega yang membuncah, ia mengangkat piring dan mulai menyuapkan sesendok nasi dengan sedikit lauk yang tersisa ke mulut Taeyong.
'Setidaknya kali ini aku bertingkah memalukan dengan membawa hasil.'
***
Bersambung
Siapa yang mau punya adik rewel seperti Taeyong?
Atau adik semanis Jeno?
KAMU SEDANG MEMBACA
Childish (END)
FanfictionCerita ini mengisahkan perjuangan Lee Jeno dalam memenuhi kebutuhan hidupnya dan kakaknya yang mengalami keterbelakangan mental. Mampukah Jeno bertahan dalam menghadapi masalah yang timbul silih berganti? 'Karena kau tahu Kak? Kadang aku merasa lela...