Bagian 28. Komitmen

3.8K 506 58
                                    


Hembusan pelan meluncur dari bibir ranumnya. Jaehyun merasa ia sudah memantapkan diri dengan pilihannya waktu itu. Kini datang saat di mana ia harus bisa mewujudkan tekadnya.

Minggu sebelumnya Jaehyun batal mengajak Taeyong berjalan-jalan mengunjungi kebun binatang karena sakitnya Si Malaikat Mungil. Sudah sepekan waktu berlalu dan tibalah waktu yang Jaehyun nantikan sekaligus juga ia takuti. Ia tak sabar ingin bertemu lagi dengan Taeyong (meski ia masih sering mengunjungi rumah Jeno dengan alasan mampir atau menengok Taeyong) tapi ia juga takut tak mampu menepati komitmennya.

Ya. Jaehyun menetapkan hatinya untuk menganggap Taeyong sebagai anak asuhnya. Tak kurang dan tak lebih. Tentu itu berat bagi Jaehyun yang memang sudah sangat lama mendambakan pendamping hidup. Tapi setidaknya itu lebih baik daripada memaksakan ego dan hasrat Jaehyun semata. Jika Jaehyun bersikeras, akan ada banyak pihak yang tersakiti, termasuk dirinya sendiri dan Taeyong.

Memikirkan ulang pertimbangan itu, Jaehyun menghembuskan nafas kedua kalinya. Kali ini dengan lebih mantap dan kuat, sebagai tanda jika ia sudah benar-benar yakin akan keputusannya.

Jaehyun pun keluar dari pintu mobilnya, menyapa kakek penjaga toko seperti biasanya, dan berjalan menuju rumah Jeno dengan senyum khasnya. Senyum menawan yang seolah tak mengkhawatirkan apa pun di dunia ini.

Jemari tegas itu mengetuk pintu rumah Jeno, dan tak lama terdengar suara pekik girang yang langsung dapat Jaehyun kenali.

"Kakak yang bukaa..!"

"Kak.. Jangan lari-lari..!"

Pintu terbuka, dan mata Jaehyun langsung dimanjakan oleh pemandangan yang begitu indah. Waktu selama sepekan tampaknya cukup untuk membuat Taeyong sembuh dari flu-nya. Tampak dari sinar wajahnya yang kembali merona seperti buah persik.

Taeyong tersenyum lebar ke arah Jaehyun dalam balutan coat berwarna biru muda yang Jaehyun berikan untuknya. Bulu-bulu halus berwarna putih di sekitar hoodie-nya seolah mempertegas kesan angelic pada imej Taeyong. Jaehyun benar-benar tak mampu berkomentar apa-apa lagi selain bergumam 'cantik' di hatinya.

"Om! Om! Ayoo.. Yongie sudah nggak sabar pengen lihat gajaahh!"

Senyum Jaehyun tertarik kian lebar. Hatinya terasa hangat sekali sekarang, dan untuk sesaat Jaehyun hampir melupakan komitmennya.

"Iya.. Kalau sudah siap, kita berangkat ya.."

"Ayo! Ayo! Yongie sudah siap.. Yongie sudah siapp..."

Taeyong sudah meloncat-loncat kecil dengan begitu antusias, sebelum tangan Jeno memutar tubuhnya, dan mengaitkan beberapa kancing mantel kakaknya itu.

"Maaf ya Om, kakak sudah tidak sabar memakainya." Ucap Jeno dengan pandangan mata masih tertuju pada kancing mantel Taeyong.

"Tidak apa-apa.. Om justru suka melihatnya. Lagipula nanti udaranya juga cukup dingin. Kita tidak ingin Yongie kita ini sakit lagi kan?" Ujar Jaehyun dengan tangannya mengusak pelan rambut Taeyong.

Jaehyun menatap Jeno cukup dalam. Minggu lalu adalah momen yang sangat berat untuknya. Jaehyun bahkan ragu apakah dia sudah benar-benar bangkit dari kesedihannya atas meninggalnya Nenek. Namun Jaehyun juga kagum padanya. Bersikap seperti tidak ada yang terjadi di depan kakaknya tentu bukan hal yang mudah, dan Jeno mampu melakukannya dengan baik. Jaehyun berharap rencananya membawa Lee bersaudara ke kebun binatang dapat membuat Jeno benar-benar melupakan kesedihannya. Karena di mata Jaehyun, kebahagiaan Jeno adalah kebahagiaan bagi Malaikat Mungilnya, Taeyong.

'Yah, semoga saja ini berhasil.'

Jeno mengibas-ngibaskan sedikit bagian bahu dan dada mantel Taeyong kemudian merapikan rambutnya. Jeno sudah tampak seperti stylist pribadi Lee Taeyong.

"Nah, sudah."

"Kita bisa berangkat sekarang?"

"Ayooo!" dan Taeyong memimpin jalan dengan begitu antusias, memunggungi Jeno dan Jaehyun yang tersenyum tipis melihat kelakuannya.

Berhubung mereka berangkat pagi-pagi, Jaehyun mewanti-wanti Jeno untuk tidak sarapan terlebih dahulu. Jaehyun mengajak mereka ke sebuah restoran yang tak begitu besar tapi terlihat begitu elegan. Di sana mereka menyantap sarapannya, diselingi dengan pekik girang Taeyong yang sesekali terdengar.

Jaehyun sedikit terkesima dengan suasana sarapan saat itu. Baginya yang selama ini lebih sering menikmati makan pagi, siang, dan malamnya sendiri, makan bersama seperti ini sangat menyenangkan. Terlebih di depannya kini duduk Malaikat Mungilnya yang tak henti mengoceh tentang hewan-hewan yang ingin ia temui di kebun binatang nanti. Sebagian adalah nama-nama yang mustahil ada di dunia nyata, sebut saja My Little Ponny, Unicorn, Mermaid hingga pikachu. Jaehyun tak bisa membayangkan bagaimana nanti dirinya menjelaskan pada Taeyong bila di sana nanti ia tak akan menemukan hewan-hewan imajiner seperti itu.

Childish (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang