Mata itu. Mata bulat yang tadinya bersinar lucu dan menggemaskan, kini tampak kosong. Di dalam pupilnya yang selegam malam tak berbintang itu, Jeno bisa melihat betapa kacaunya pantulan wajahnya kini. Hilang sudah wajah tampannya, hanya tampak wajah yang mengerikan yang tak bisa Taeyong kenali. Atau mungkin, 'pernah' Taeyong kenali.
"Kak.." suara Jeno bergetar saat tangannya terarah ke tubuh Taeyong. Namun, Taeyong buru-buru berlari menuju kamarnya, meninggalkan Jeno yang mematung kikuk di sana. Tak lama, seperti dugaan Jeno, terdengar suara tangis yang teredam dari kamar Taeyong.
Perlahan Jeno melangkahkan kakinya menuju kamar kakaknya. Ia melihat tubuh kakaknya tersembunyi sempurna di balik selimut. Bergelung. Jelas sekali terdengar bagaimana Taeyong menenggelamkan tangisnya di gulingnya. Dan selimut itu tak bisa menutupi bagaiamana tubuh Taeyong yang bergetar karena isakannya. Jeno bergeming. Hatinya pilu melihat pemandangan ini. Ini sudah kali ketiga, Jeno membuat kakaknya menangis sekeras ini.
Dengan perasaan kalut, Jeno meninggalkan kamar kakaknya dan menjatuhkan dirinya di sofa ruang TV. Di sana ia mengusap wajahnya kemudian mengacak tatanan rambutnya kasar. Ia tak peduli lagi dengan penampilannya. Toh kakaknya sudah melihat bagaimana wajah asli Jeno yang pemarah. 'Jeno' yang dulu menghantui hari-hari Taeyong semasa kecil.
Dulu, setelah kematian orang tua mereka, tangisan Taeyong sudah menjadi musik yang biasa Jeno dengar. Musik yang buruk. Jeno membencinya.
Jeno benci ketika kakaknya menangis tiap malam mencari ibunya. Jeno benci ketika kakaknya menangis karena tak mau dibangunkan untuk sekolah. Jeno benci ketika kakaknya menangis karena lecet kecil di lututnya. Jeno benci.. benci apa pun yang ada pada kakaknya. Menurutnya saat itu, kekurangan Taeyong adalah beban ekstra yang harus ia dan neneknya tanggung. Sikap Taeyong yang seperti bayi membuatnya tak memahami keadaan ekonomi saat itu yang bisa dibilang susah. Jadi, jika kau bertanya pada Jeno, apakah ia membenci kakaknya, Jeno tak bisa sepenuhnya mengatakan 'tidak'. Jeno mengutuk kekurangan pada kakaknya. Tanpa itu, kakaknya akan tampil sempurna. Jeno bersumpah tak akan mengeluhkan kehidupannya yang susah jika ada sosok kakak yang sempurna seperti 'Taeyong impian'nya. Sayangnya itu tak terjadi.
Tinggallah sosok Jeno yang dingin dan pemarah, sosok yang muncul atas dasar keputusasaannya pada sosok kakak yang ideal.
Jeno ingat ada suatu saat ketika ia marah besar pada Taeyong karena kakaknya itu mencoret-coret halaman belakang buku tulisnya. Akibat kemarahannya itu, Taeyong menangis, dan Nenek harus meninggalkan pekerjaannya untuk menenangkan Taeyong serta menasihati Jeno. Ya, hanya Jeno yang akan disalahkan!
Anehnya Taeyong tampak tak terpengaruh pada sikap dingin Jeno. Meski Taeyong sering tampak takut-takut jika di dekat Jeno, ia selalu menempel di sisi Jeno. Jika Jeno bermain di luar, dia pun ikut ke luar. Jika Jeno, mengambil mangga, Taeyong pun duduk di tanah, mengamati Jeno dari bawah. Jika Jeno sedang belajar di kamarnya, Taeyong akan setia menunggu di ranjang Jeno. Dulu Taeyong sampai tertidur ketika menunggu Jeno mengerjakan PR , belajar, atau sekadar menyibukkan diri supaya terhindar dari ajakan bermain Taeyong. Jeno dulu memang jahat, Jeno akui itu.
Jeno memang membenci kakaknya saat itu. Tapi ada suatu masa ketika dia benar-benar membenci tangisan kakaknya. Lebih dari itu, ia benci karena ia merasa malu pada dirinya sendiri.
Ketika teringat kejadian itu, Jeno refleks mengusap wajahnya dan mengerlingkan pandangannya. Matanya terasa panas.
Ya, masa itu. Masih jelas di ingatan Jeno. Saat itu dia, sepupunya dan Taeyong sedang bermain di pekarangan rumah paman. Ia dan sepupunya bermain sepak bola dengan semangat, sedangkan Taeyong memilih duduk di bawah pohon sawo di salah satu sudut pekarangan rumah Paman, melakukan aktivitas yang bisa ia lakukan: menggambar. Jeno tidak peduli, lagipula kakaknya tidak bisa bermain bola. Mengikut sertakan Taeyong tidak akan membawa kesenangan, pikir Jeno saat itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Childish (END)
FanfictionCerita ini mengisahkan perjuangan Lee Jeno dalam memenuhi kebutuhan hidupnya dan kakaknya yang mengalami keterbelakangan mental. Mampukah Jeno bertahan dalam menghadapi masalah yang timbul silih berganti? 'Karena kau tahu Kak? Kadang aku merasa lela...