Taeyong tampak murung akhir-akhir ini dan Jeno tak tahu apa yang membuat kakaknya itu tak ceria seperti biasanya. Jeno berpikir jika ini akibat pertemuannya dengan siswa Tunas Bangsa itu. Memang sikap kakaknya mulai terasa berubah sejak insiden itu. Tapi Jeno masih belum yakin jika insiden itu membuat kakaknya tampak murung dan makin rewel belakangan ini.
Masih belum hilang rasanya penat Jeno karena kemarin kakaknya merengek minta dibelikan pensil spongebob baru. Sepertinya ia menjatuhkan pensilnya ketika di sekolah. Parahnya Taeyong hanya mau pensil dengan desain yang sama dengan yang ia hilangkan, pensil kunig bergambar spongebob. Alhasil Jeno dan kakaknya harus berkeliling dari toko ke toko karena memang pensil seperti itu sudah tidak diproduksi lagi. Sepanjang jalan Jeno tak henti membujuk kakaknya untuk mau membeli pensil dengan model yang lain, sayangnya keinginan Taeyong tak mudah utuk diubah. Beruntung saja, ketika asa Jeno sudah semakin tipis, mereka menemukan sebuah toko yang masih menjual pensil dengan model yang Taeyong inginkan. Tak mau kejadian ini terulang lagi, Jeno langsung memborong semua pensil yang masih tersedia. Harga pensil itu tidak begitu mahal, lagipula uang yang Jaehyun berikan waktu itu masih belum tersentuh. Jadi Jeno pikir sudah saatnya ia menggunakan uang itu daripada mubadzir.
Setelah keinginannya terpenuhi, Jeno pikir kakaknya akan kembali ceria lagi. Memang benar Taeyong sempat berteriak kegirangan begitu membawa sekotak berisi pensil kesayangannya pulang. Namun itu tak bertahan lama. Keesokan harinya kakaknya kembali murung dan rewel. Ia hanya memakan beberapa sendok dari sarapannya dan hanya menghabiskan susu cokelatnya. Bekal juga tidak dihabiskan. Jeno jadi bingung dengan perubahan kakaknya yang cukup jelas di matanya.
"Kak.. kenapa murung sih?"
Akhirnya Jeno mencoba kembali bertanya pada kakaknya setelah melihat ia tak bersemangat memakan makan siangnya.
Taeyong masih terdiam. Matanya tak menatap Jeno, hanya menatap kosong ke arah makanan yang sedari tadi hanya ia aduk-aduk.
'Apa dia tidak nafsu makan? Apa dia sakit?'
"Kak? Kok nggak dimakan nasinya?"
Taeyong masih juga tidak menjawab. Ia malah menunjukkan raut wajah cemberutnya.
Ah, ini tidak baik, batin Jeno.
"Kakak nggak mau makan.."
Jeno terdiam sejenak. Ia pun meletakkan peralatan makannya dan mencondongkan badannya mendekati wajah cemberut kakaknya.
"Kenapa? Masakan Jeno nggak enak?"
Taeyong menggeleng.
"Kakak.. mau ciken.."
Rahang Jeno seakan mau lepas rasanya. Kakaknya yang tidak pernah rewel masalah menu makan siangnya tiba-tiba merajuk karena ingin makanan kafe yang mahal itu? Astaga! Jeno ingin sekali menyalahkan Jaehyun. kedatangannya menghadirkan perubahan yang belum bisa diterima oleh kakaknya. Jika ini dibiarkan, bisa-bisa kakaknya meminta yang lebih lagi. Boneka untuk teman Bong-bong misalnya? Ah, tidak. Jeno tak akan membiarkan pola pikir konsumtif itu mempengaruhi kakaknya.
"Iya.. Besok Jeno masakin ciken itu ya.. Sekarang habiskan dulu makannya ya.."
Taeyong diam. Tampak wajahnya makin masam dari sebelumnya. Jelas sekali jika ia tidak puas dengan jawaban Jeno.
"Yongie pingin ciken itu.. Yang Om Jeje belikan.."
Jeno menghela nafas. Ia pun mengelus rambut kakaknya lembut.
"Iya.. Besok Jeno belanja, terus masak ayam buat Kakak ya.. Sekarang Kakak makan du.."
"Cikeeenn..!! Yongie mau ciken!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Childish (END)
FanfictionCerita ini mengisahkan perjuangan Lee Jeno dalam memenuhi kebutuhan hidupnya dan kakaknya yang mengalami keterbelakangan mental. Mampukah Jeno bertahan dalam menghadapi masalah yang timbul silih berganti? 'Karena kau tahu Kak? Kadang aku merasa lela...