Bagian 7. Mangga

5.2K 775 14
                                    

Saat ini Jeno sedang menemani kakak tersayangnya menonton kartun Spongebob di televisi. Mata Taeyong tampak terpaku di layar televisi dan sesekali melonjak girang ketika melihat adegan yang lucu (atau kadang bagi Jeno tidak lucu sama sekali).

"Kak.. Es kimnya leleh itu lho.."

Ingat dengan es krim di tangannya, Taeyong pun menjilati lagi es krimya yang tinggal setengah. Kadang Taeyong menyadari jika es krimnya meleleh dan mengalir di tangannya, sehingga ia menjilati tangan kurus nan putih itu. Terkadang Jeno memperhatikan bagaimana kakaknya menikmati es krimnya. Cara Taeyong menjilati es krimnya membuat makanan dingin itu seolah terasa begitu luar biasa. Membuat orang lain yang melihat jadi ingin mengicipinya juga. Jeno mengerutkan alisnya ketika melihat lidah pink kakaknya menjilati lelehan es krim di pergelangan tangannya.

'Errr.. Apakah dia harus menjilatinya seperti itu?'

Tak tahan dengan aksi jilat-menjilat kakakknya, Jeno berinisiatif mengambil kain lap di dapur dan membersihkan tangan kakaknya.

"Jangan dijilat! Cepat habiskan es krimnya..!" perintah Jeno. Taeyong hanya mengangguk dengan mata tetap fokus pada 'Bombob'nya.

Setelah Jeno mengembalikan lap dan duduk kembali di sebelah Taeyong, ia melihat ponselnya yang ia letakkan di atas meja bergetar.

Jeno pun meraih ponsel model lama itu dan melihat sebuah pesan masuk.

'Dari Paman..'

Jeno membuka pesan tersebut dan membaca isinya, yang kurang lebih sudah Jeno duga-duga.

'Datanglah ke rumah. Penyakit Nenek kambuh.'

Jeno menghela nafas dalam. Ia pun menengok ke arah halaman belakang, tepatnya pada pohon mangga yang sedang berbuah lebat. Melihat beberapa buah yang tampak sudah matang, Jeno pun memalingkan wajahnya ke arah Taeyong.

"Kakak mau mangga?"

Taeyong yang sedang menjilati stik es krimnya langsung menoleh ke arah Jeno. Matanya tampak berbinar dengan ujung lidah yang tersembul malu-malu di antara celah bibir pinknya yang tampak lembut.

"Mangga? Mau! Mau!" serunya girang.

Jeno tersenyum lebar melihat reaksi Taeyong yang sudah ia harapkan.

"Kalau gitu, sekarang bantu Jeno ambil mangga ya?"

"Iya!"

Tanpa perlu dibujuk lagi, Taeyong sudah beranjak dari sofa reyotnya dan berlari menuju halaman belakang.

Jeno yang mengikuti dari belakang hanya bisa mendengus dengan senyum tipis di wajah ketika melihat kakaknya berlarian dengan stik es krim teracung di udara.

"Kakak jangan lari-lari!"

***

Beginilah sekarang. Taeyong berdiri dengan menenteng keranjang besar yang dilapisi kain. Sementara itu, Jeno dengan cekatan menaiki pohon mangga yang sudah ada sejak ia belum lahir itu.

"Jeno hati-hati!"

Jeno tersenyum mendengar suara khawatir kakaknya. Taeyong memang seorang remaja dengan IQ di bawah rata-rata, namun bukan berarti dia adalah seorang kakak yang cukup bodoh untuk membiarkan adiknya terluka. Sang adiklah yang  justru bersikeras melarang kakaknya memanjat pohon setinggi 3-4 meter itu. Jeno memang bukan siswa yang tergolong cerdas di kelasnya, namun dia tidak sebodoh itu untuk membiarkan kakaknya melakukan hal yang berbahaya.

"Jeno.. Hati-hati.."

Lagi-lagi Taeyong memperingatkan Jeno. Kali ini Jeno sudah dekat dengan salah satu cabang yang berbuah banyak. Dengan teliti tangannya memilah-milah mana mangga yang matang dan belum. Inilah sebabnya Jeno lebih memilih memanjat dan memeriksa langsung dengan tangannya alih-alih menggunakan buluh bambu untuk memetik mangga.

Setelah ia yakin, ia memetik sebuah mangga kemudian ia menengok ke bawah, ke arah kakaknya.

"Kak.. Kemari.."

Taeyong pun bergeser, menepatkan posisi keranjang dengan mangga yang akan Jeno jatuhkan. Bibirnya tampak menganga dan matanya membulat saat tengah 'mengunci sasaran'.

"Di sini?" oh, Taeyong membutuhkan konfirmasi dari Jeno.

"Kurang ke kanan!"

Taeyong pun bergeser lagi ke arah yang tangan Jeno tunjukkan (butuh waktu lama untuk mencerna kata 'kanan' dan 'kiri' bagi Taeyong).

"Di sini?"

"Yup"

Dan satu buah mangga meluncur lalu jatuh tepat di keranjang yang Taeyong pegang. Tampak sang kakak agak terhuyung ketika mangga itu mendarat. Taeyong memang susah mengatur keseimbangannya.

"Kakak oke?" tanya Jeno.

Taeyong hanya tersenyum ke arah Jeno dengan memamerkan deretan gigi putihnya tanda ia baik-baik saja. Jeno pun beralih ke mangga berikutnya dan mengulang proses yang sama seperti sebelumnya. Ia memilih, memetik, mengarahkan kakaknya, kemudian menjatuhkannya ke keranjang. Begitu terus hingga akhirnya ia menengok ke bawah dan mendapati kakaknya sudah meletakkan keranjangnya di tanah. Tampak ia mengibas-ngibaskan pergelangan tangan tanda ia kelelahan menahan beban keranjang. Jeno bisa melihat hasil petikan mangganya memang sudah cukup banyak. Ia pun menyudahi kegiatan 'petik buahnya' dan merambat turun dari pohon.

"Kakak capek?"

Jeno langsung menghampiri kakaknya begitu ia sampai di tanah.

Taeyong menggeleng dengan semangat. "Ayo petik lagi!"

Jeno terkekeh dan mengacak rambut kepala kakaknya. "Sudah. Nanti habis. Nanti Kakak nggak bisa makan mangga lagi."

"Eeungg.. Kakak mau mangga.."

"Iya.. Habis ini Jeno kupaskan."

Jeno pun mengangkat keranjang berisi mangga itu, membawanya ke dalam rumah.

"Kakak nonton TV dulu sana! Jeno kupas mangga."

Taeyong langsung berlari menuju televisi begitu mendengar Jeno mengucap kata TV. Kartunnya memang belum selesai.

'Hehe.. Dasar maniak Spongebob'

***

Bersambung.

Sengaja double post karena 2 part ini pendek. Semoga suka^^

Childish (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang