Bagian 8. Nenek

4.9K 763 31
                                    

Selama Taeyong tertawa cekikikan melihat kartun, Jeno membersihkan buah mangga yang ia dan kakaknya petik. Ia ambil beberapa, dan ia kupas. Tampak warna oranye menyala begitu mata pisau Jeno mengupas pangkal buah mangga itu, tanda jika buah itu sudah matang sempurna. Pilihan Jeno memang tak pernah salah.

Jeno langsung mengupas dan memotong mangga itu. Satu buah ia potong dengan selera kakaknya, model sarang lebah. Satu sisi buang mangga dipotong memanjang tanpa dikuliti. Kemudian dagingnya disayat-sayat secara vertikal dan harizontal. Sentuhan akhir, kulit bagia luar di dorong ke dalam, sehingga daging mangganya terdorong keluar membentuk dadu-dadu berwarna oranye. Taeyong menyebutnya sarang lebah karena bentuknya yang kotak-kotak. Satu mangga lagi ia kupas dan potong seperti biasa.

"Ini dia~ Sarang lebahnya."

Mata Taeyong tampak berbinar ketika Jeno menghidangkan piring berisi beberapa potong 'sarang lebah' di atas meja.

"Yeaayyy.. Sarang lebah!"

Taeyong langsung menyambar salah satu dan menggigitnya dengan semangat. Buah mangga yang matang mengeluarkan banyak juice ketika digigit, apalagi jika dimakan dalam bentuk sarang lebah seperti itu. Jeno bisa melihat cairan berwarna kekuningan yang mengalir dari bibir kakaknya hingga ke dagu dan rahangnya. Tidak ingin ada adegan jilat-menjilat lagi, Jeno mengambil lap bersih dan mengusap dagu dan leher kakaknya.

"Aduh, bisa lengket semua nanti."

Taeyong tak menghiraukan gerutuan Jeno dan tetap menikmati mangganya dengan berantakan.

"Kak Jeno~ Yongie~"

Ah, akhirnya orang yang Jeno tunggu-tunggu sudah datang. Jeno pun membukakan pintu, dan tampaklah sosok Haechan yang tersenyum lebar.

"Mana? Katanya kak Jeno habis memetik mangga?"

Anak itu, baru juga dibukakan pintu sudah menanyakan makanan.

"Ck, ya masuk dulu.."

Haechan pun masuk dengan leluasa layaknya rumah sendiri. Bukan karena sudah akrab, Haechan memang suka seenaknya sendiri sejak kecil.

"Yongie~" sapanya ketika melihat Taeyong yang sedang sibuk menonton tv sambil menjilati mangga yang tinggal kulitnya itu.

"Eh, Eccann.. sini, mangga!"

Yang ditawari tanpa melewatkan waktu sedetik pun segera duduk di sebalah Taeyong dan mencomot satu potong mangga yang Jeno potong 'konvensional'. Dia sudah tahu jika Taeyong menyukai sarang lebah, jadi ia lebih memilih tidak mengusik sarang lebah itu jika tidak ingin ada keributan.

Melihat Taeyong yang kini asyik bercengkrama dengan TV, mangga, dan teman sepermainannya, Jeno pun masuk ke dalam kamarnya. Ia mengganti pakaiannya dengan pakaian yang lebih layak untuk dipakai ke luar rumah. Setelah memastikan penampilannya sudah 'pantas', ia pun keluar dari kamar dan menghampiri kakaknya.

"Jeno ke mana?" tampak perubahan pada warna suara Taeyong saat melihat Jeno dalam keadaan rapi.

Jeno menghela nafas. Ia tahu kakaknya akan rewel jika ia pergi tanpa mengajak dirinya.

"Jeno mau ke rumah Paman. Kakak di sini sama Eccan ya?"

Sontak mood Taeyong berubah. Kulit mangga yang semula ia pegang di depan bibirnya kini jatuh di lantai. Matanya tidak fokus pada Jeno lagi melainkan ke arah meja. Bibirnya mengerucut, tanda ia sedang merajuk. Tanda-tanda yang Jeno takuti.

"Ikut.."

Harusnya Jeno tahu jika ini tidak akan mudah.

"Kakak... Kakak di sini aja ya.. Kan ada Eccan. Masa Eccan ditinggal?"

Childish (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang