"Aku lapar,"
Kututup buku yang sedang kubaca ketika mendengar telepon dari orang aneh ini. Bukannya bilang 'halo', dia malah langsung curhat bahwa dia lapar. Dasar. Dianggapnya aku operator McD?
"Ya makan aja," balasku singkat.
"Ayo," ajak Rama lagi.
"Aku udah di kamar,"
"Aku bawakan kamu makanan sekalian," Rama memberi pernyataan.
"Gak mau. Kalau di kamar, nanti lanjut sama yang lain-lain. Aku lagi gak enak badan,"
Bisa kudengar Rama mendengus seperti sedang tertawa namun ditahannya.
"Turun kalau gitu," Rama masih saja tidak mau menyerah.
"Udah dibilangin aku lagi gak enak badan. Lagian aku udah pake piyama," aku menggerutu seperti ibu-ibu mengomeli anaknya yang bandel.
"Di warkop deket kosan kamu. Aku udah di sini," Rama berkata lagi. Sekarang dia menyodorkan telepon kepada Mas Ujo sebagai pemilik warkop langganan kami.
"Halo Neng Nada," sapa Mas Ujo.
Diam-diam aku tersenyum geli. Rama memang begini. Dia muncul begitu saja di depan tempat kost dan mengajakku makan atau menonton atau sekedar mengobrol dan kemudian kami bercinta.
"Jadi?" Suara Rama kembali terdengar.
"Iya tunggu sebentar,"
Dengan malas tapi sebenarnya senang, aku turun dari tempat tidur kemudian mengganti pakaianku dengan yang lebih pantas. Kulapis kaus dengan jaket, tidak lupa membawa ponsel dan dompet, kemudian aku keluar dari kamar. Kusapa Mang Hidir yang sedang menonton pertandingan bola. Keluar dari tempat kost menuju warkop yang jaraknya sekitar 10 meter.
Sesampainya aku di sana, aku sudah melihat Rama dan Mas Ujo yang sedang mengobrol sambil menonton bola seperti yang ditonton Mang Hidir tadi. Aku mendudukkan diri di kursi kayu sebelah Rama tanpa menyapa. Dia menoleh ke arahku dan tersenyum.
"Hei," katanya.
"Gak ketemu Melodi?" tanyaku sambil melihat pilihan mie yang dimiliki warkop Mas Ujo ini.
Rama sedikit merengut tapi ketika menjawab, dia terdengar biasa saja. "Dia syuting di Bandung."
"Melodi apa kabar?"
"Baik. Ceria seperti biasa," jawab Rama singkat. Sebenarnya Rama tidak suka aku membahas perihal Melodi saat kami sedang bersama. Meskipun demikian, aku sengaja sesekali menyinggung Melodi dalam percakapan kami. Ini sebagai pengingat bahwa pacarku adalah milik wanita lain juga. Dengan membicarakan Melodi, membuat aku mengurangi rasa bersalahku.
"Udah lama gak ketemu Melodi," aku menambahkan dengan sedikit tawa. Teringat masa kuliah dulu.
"Gak usah," kata Rama ketus.
"Ih galak. Biarin dong kalau aku ketemu Melodi. Kan dia juga junior kita di kampus."
Rama diam saja meski matanya tidak lepas dari menatapku.
"Kalau ketemu Melodi, aku gak akan bilang kok bahwa kamu pacarku juga." Kali ini aku tersenyum miris. "Aku akan tetap hanya Nada si teman Rama."
"Sudahlah, Nad. Kita gak perlu bahas Melodi," kata Rama dengan lelah.
"Melodi yang cantik dan kurus..."
"Nada," Rama menegurku, matanya menyipit.
"Eh, filmnya Melodi kan sebentar lagi keluar di bioskop. Kamu diundang ke premiernya?" Kualihkan topik pembicaraan menjadi sesuatu yang lebih netral.
KAMU SEDANG MEMBACA
Undeniable Heart - END (GOOGLE PLAY)
Romance21+! CERITA DEWASA! Ketika Rama mencintai Nada dan Melodi di saat yang bersamaan. Ketika Nada tahu bahwa pria yang dia cintai adalah milik wanita lain. Ketika Melodi tidak tahu bahwa kekasih tercintanya sering menjalani malam yang panas bersama wa...