Years ago.
Bergabung dengan organisasi kemahasiswaan sudah bukan hal yang asing buatku. Aku sudah bergabung di tahun sebelumnya dan ini adalah tahun keduaku menjadi anggota Badan Eksekutif Mahasiswa. Aktivitas seperti ini adalah hal yang aku senangi selain belajar di kelas dan makan. Anak-anak dari fakultasku jarang yang berkarier di organisasi tingkat kampus. Mereka lebih senang berkutat dengan organisasi tingkat fakultas. Karena perbedaan inilah aku jadi punya lebih banyak teman dari fakultas lain.
Kutatap sekelilingku. Hari ini adalah hari pertama kami, para pengurus BEM yang baru berkumpul. Ada beberapa wajah yang aku kenal tapi lebih banyak lagi yang tidak kukenal. Sepertinya junior-junior, kalau dilihat dari wajah bingung mereka. Untuk wajah asing yang belum kukenal, mungkin mereka para aktivis kampus yang sebelumnya aktif di fakultas dan baru sekarang merambah ke tingkat kampus.
"Oi," Seseorang menepuk pundakku dan membuatku menoleh.
"Oi Fad," aku membalas sapaannya.
"Kumpul duluan yuk, mumpung belum jam empat," ajak Fadli si Ketua kepadaku yang jadi Bendahara BEM tahun ini.
"Yuk. Dimana?"
Fadli menunjuk sebuah ruangan di samping aula tempat kami akan berkumpul. Aku mengikuti Fadli yang berwibawa dan mulai disapa oleh beberapa anak-anak baru dan hanya berani dilirik malu-malu oleh para mahasiswa baru.
Di ruangan kecil itu rupanya sudah berkumpul beberapa orang. Aku tersenyum pada beberapa orang yang kukenal dan berdiri di samping Tiara, rekan sesame Bendaharaku. Di sisi kananku, Fadli berdiri.
"Teman-teman, makasih semuanya udah bersedia bergabung jadi Badan Pengurus Harian BEM gue. Semoga setahun ke depan kita bisa kerja sama dengan baik dan jadikan BEM ini organisasi kampus yang keren dan sesuai tujuan kita, demi kampus dan demi rakyat," Fadli membuka pembicaraan. Kalimatnya menimbulkan tepuk tangan di antara kami.
"Sebelum kita ketemu sama para anggota, gue mau ajak kalian kenalan lebih dulu. Maaf banget baru kumpulin kalian sekarang semuanya. Sebelumnya gue dan Awan baru sempet temuin satu-satu. Nanti gue bikin acara jalan-jalan khusus untuk para Pengurus Inti dan Badan Pengurus Harian ini ya. Nah kita mulai kenalan dulu dari sebelah gue ya. Bukan Awan. Kalau Awan kalian pasti udah kenal. Wakil Ketua BEM yang banyak penggemarnya." Fadli melirik wakilnya dan kami semua tertawa. Termasuk Awan yang hanya nyengir.
"Silakan, Nad," Fadli mengangguk.
"Halo semuanya. Kenalkan, nama gue Maryska Denada Santosa, kalian bisa panggil gue Nada saja. Gue anak FE dan di sini sebagai Bendahara Controller. Mohon kerjasamanya soal keuangan ya." Selesai bicara begitu, aku membungkuk.
Ketika aku kembali berdiri, di sampingku bukan ada Tiara, melainkan seseorang lain.
"Gue Rama, Dwi Irama Syahreza. FISIP, Ketua Satuan Pengendali Internal," katanya cepat, sebelum dipersilakan oleh Fadli. "Gue Irama, lo Nada. Kita bakalan cocok kayaknya."
Aku hanya bisa bengong saat orang ini bicara begitu akrabnya kepada aku yang baru pertama dia temui.
***
"Gue gak bisa mikir!" Kulempar kertas-kertas berisi laporan keuangan dan laporan pertanggung jawaban dari event BEM tahun lalu. Sedetik kemudian kukumpulkan kembali kertas-kertas itu dan kusayang-sayang seperti bayi.
Tiara tertawa melihat aku yang mabok angka ini.
"Kenapa sih?" Rama mendongak dari laptop dan melihat ke arahku.
"Ini pasti ada yang aneh," kataku pada Rama. Dia beranjak dari laptopnya kemudian menghampiri aku dan Tiara. "Masa uang yang dikasih sama Rektorat dan dari sponsor ini jumlahnya gak balance sama pengeluaran dan pengembaliannya pun kurang."

KAMU SEDANG MEMBACA
Undeniable Heart - END (GOOGLE PLAY)
Romance21+! CERITA DEWASA! Ketika Rama mencintai Nada dan Melodi di saat yang bersamaan. Ketika Nada tahu bahwa pria yang dia cintai adalah milik wanita lain. Ketika Melodi tidak tahu bahwa kekasih tercintanya sering menjalani malam yang panas bersama wa...