Tiga Belas - Nada

37.1K 1.9K 115
                                    

"Something is bothering you, right?" tanya orang yang sedang membelai rambutku dari belakang.

"Kamu tahu aja aku baru bangun," kataku, tidak langsung menjawab pertanyaannya.

"Karena aku tidak melepaskan pandangan dari kamu sejak aku bangun tadi," jawab Rama lalu mencium pundakku yang tidak tertutupi apa pun.

"Hmm, udah bangun dari tadi?" Aku berbalik menghadap Rama.

"Sekitar sejam lalu kayaknya," Rama mengangkat bahu.

"Oh. Selamat pagi by the way," Kumajukan sedikit tubuhku untuk mencium bibir Rama. Padahal tadi malam kami saling mencium berbagai bagian tubuh satu sama lain. Tapi sekarang aku sudah 'lapar' lagi saja.

"Selamat pagi, Nada," balas Rama, tersenyum.

"Ngomong-ngomong, sekarang jam berapa sih?" Aku bangun. Selimut yang menutupi tubuhku melorot sehingga menampilkan tubuh bagian atasku yang masih tidak mengenakan apa-apa. Refleks aku kembali menarik selimut sambil meraba nakas untuk mencari ponsel. Pukul 7. Syukurlah.

"Memang kamu janjian jam berapa?"

"Aku harus sudah ada di kantor klien jam 9," Aku kembali menaruh ponsel di nakas. Dengan susah payah aku mengambil kemeja yang tercecer di lantai lalu mengenakannya. Tidak menutupi seluruh tubuhku, tapi ya sudahlah.

"Masih dua jam lagi berarti," kata Rama.

"Tinggal dua jam lagi," ralatku. "Aku mandi dulu ya. Setelah itu sarapan. Jadi kamu mau ngapain hari ini?"

Aku sedang dinas ke Lampung. Rama mengikutiku ke Lampung supaya kami punya waktu bersama dengan leluasa. Kami sampai di Lampung sama-sama Jumat malam. Begitu sampai di hotel, bukannya beristirahat, kami malah bercinta. Dia kangen katanya. Aku menerima saja meski sebenarnya ada yang ingin kubicarakan dengannya. Masih banyak waktu sampai saatnya kami kembali ke Jakarta besok.

"Baca, mungkin. Aku bawa laptop dan buku sih. Kalau gak ya tidur, siap-siap buat begadang nanti malem," jawab Rama dengan santai.

Aku mengangkat alis. "Ngapain begadang emang? Ada bola?"

Giiliran Rama yang mengangkat bahu. "Persediaan kondomku masih banyak," katanya, nyengir.

Aku langsung tertawa. Kuambil sebuah bantal dan kulempar tepat ke wajahnya. Rama juga tertawa dan menyingkirkan bantal dari wajahnya.

"Dasar gila," aku tertawa dan segera masuk ke kamar mandi.

***

Pekerjaanku di tempat klien selesai benar-benar larut malam. Seharusnya pekerjaan ini bisa diselesaikan beberapa hari. Hanya saja karena tidak ada waktu lagi, aku sampai harus bekerja di akhir pekan. Untunglah masih bisa diselesaikan di hari yang sama. Ketika aku kembali di kamar, aku menemukan bahwa kamar yang kutempati gelap gulita.

"Ram?" panggilku. Kutaruh kartu di tempatnya dan kamar pun mendadak menyala.

Kudapati Rama sedang duduk di lantai. Dia tersenyum. Di hadapannya ada sepiring sandwich, pizza, jus botolan, Milo, air mineral, beberapa buah, dan setangkai bunga dalam vas. Aku baru sadar dia bahkan duduk di atas alas berbentuk kotak-kotak merah putih.

"Ada apa ini?" Aku menaruh tas di kursi lalu menghampirinya. Tidak bisa kucegah senyum terkembang di wajahku. Pipiku menghangat, begitu juga dengan hatiku. Aku duduk bersila di hadapan Rama, menatap orang yang kusayangi.

"Aku mau ngajak piknik. Tapi setelah cek daerah hotel sini, gak ada tempat yang memadai. Kamu juga pulangnya malem. Jadi ya, di sini aja ya," jelas Rama.

Undeniable Heart - END (GOOGLE PLAY)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang