Jariku entah sudah mengetuk berapa kali ke meja di depanku ini. Di sela-sela syuting iklan terbaruku tentang ponsel, aku lebih banyak diam. Sekarang masih siang. Biasanya aku akan menyendiri kalau sudah terlanjur lelah dengan aktivitas seharian. Siang hari begini aku seharusnya bersosialisasi dengan para kru. Nyatanya aku memilih untuk duduk sendirian. Mia pun kuusir jauh-jauh. Biar dia saja yang mengobrol dengan banyak orang. Sekaligus memperhatikan proses syuting yang sekarang sedang giliran Bisma Karisma si personil SMASH.
Obrolan aku dan keluargaku akhir pekan kemarin kurang lebih menyita perhatianku. Memang setelah obrolan selewat itu kami tidak membahasnya lagi. Kami langsung menuju meja makan dan kemudian mengobrolkan hal lainnya. Hanya Kak Miller yang kena todong untuk segera mencari pengganti almarhumah istrinya. Dia langsung bete, pasti. Walaupun aku tidak diingatkan lagi untuk mengajak Rama ke rumah—yang tujuannya untuk membicarakan pernikahan, tapi ide tersebut terus melayang-layang di pikiranku.
Aku belum berani menghubungi Rama untuk membicarakan ini. Entah alasannya apa, tapi aku sedikit takut untuk bertanya pada Rama perihal pernikahan. Sedikit, sedikiiiiiiit sekali aku takut bahwa Rama akan menolak untuk menikah denganku. Jika benar, aku pasti akan patah hati sekali. Sungguh aku terlanjur jatuh cinta pada pria itu. Bahkan aku sepertinya akan rela menunda menikah kalau itu yang Rama inginkan. Asalkan dia tidak meninggalkanku.
"Kayaknya lagi berat banget pikirannya," Bisma mengulurkan kaleng soda sambil tertawa lebar.
Aku tersenyum dan mengambil kaleng soda tersebut. Dia duduk di sampingku dan meminum minumannya lebih dulu. "Aaah," dia berucap setelah beberapa tegukan. Cuaca memang cukup panas. Meminum soda di siang hari memang sangat menyegarkan.
"Giliran lo udah?" tanyaku.
"Udah. Break dulu sebentar. Abis itu kita syuting barengan," jawab Bisma santai. "Kenapa lo? Dari tadi kayaknya diem aja."
Kupandangi wajah temanku ini yang tampak bertanya-tanya. Mungkin tidak ada salahnya bertanya. Lagipula dia laki-laki. Sepertinya bisa memberikan sudut pandang lain dari kekhawatiranku.
"Gue kemarin diminta nikah sama orang tua gue," aku memulai. Kaleng soda yang sudah terbuka, kumainkan sedikit.
Bisma tertawa. "Sama."
"Menurut lo gimana?"
"Lah tiba-tiba nanya gimana. Kasus lo aja gue gak ngerti," Bisma masih tertawa lalu kembali meneguk minumannya lagi. "Kalau gue yang ditanya gitu, gue sih bilang aja masih mau karier. Lagian SMASH baru comeback. Gue pasti banyak fokus di situ."
Aku mengangguk. "Gue punya pacar sih."
"Baguslah. Udah bahas soal nikah sama cowok lo?"
Aku menggeleng sedih. "Gue takut deh, Bis. Nanti dia malah kabur kalau gue bahas nikah."
Lagi-lagi dia tertawa. "Cowok lo usia berapa?"
"Tiga puluh," jawabku.
"Udah punya kerjaan tetap?"
"Udah," aku mengangguk mantap.
"Harusnya sih dia gak kabur ya. Udah mapan sih segitu. Kecuali dia gak mau memikul tanggung jawab, maunya seneng-seneng doang, atau malah ternyata gak suka cewek." Bisma mengangguk-angguk layaknya konsultan cinta profesional.
"Jadi gak apa-apa kalau gue tanya soal nikah sama dia?"
"Gak apa-apa banget. Supaya lo juga tahu pikiran dia. Jangan sampai lo punya pikiran yang malah jadinya kalian gak kemana-mana. Ingat, komunikasi itu penting, Mel," Bisma terlihat serius. Aku jadi tertawa. Wajahnya berbeda sekali dengan tadi yang penuh tawa.
![](https://img.wattpad.com/cover/159430773-288-k900401.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Undeniable Heart - END (GOOGLE PLAY)
Romance21+! CERITA DEWASA! Ketika Rama mencintai Nada dan Melodi di saat yang bersamaan. Ketika Nada tahu bahwa pria yang dia cintai adalah milik wanita lain. Ketika Melodi tidak tahu bahwa kekasih tercintanya sering menjalani malam yang panas bersama wa...