Pagi ini Draco tiba-tiba tak menghadiri kelas Herbal, ia tak membolos namun secara sembunyi -sembunyi pulang ke rumahnya, bukan karena merindukan ibunya maupun ayahnya yang terobsesi pada Voldemort. Tapi karena si hidung pesek memang menyuruhnya pulang, sang Lord memberikan suatu misi khusus dan rahasia untuknya. Draco teramat tercengang mendengarnya, mana mungkin ia sanggup melakukannya.
Siangnya ia langsung mendapatkan pelatihan khusus dari bibinya Belatrix Lestrange yang tak kalah nyentrik dan psikopat. Berulang kali Draco mendapat serangan kutukan dari bibinya yang tak kenal ampun. “Cmon Draco… jangan jadi lemah!” Bukannya lemah, tapi memang pikirannya begitu kalut sehingga menyita begitu banyak konsentrasi. Menjelang sore latihan pun dihentikan, mengingat Draco harus kembali ke Hogwart dan meminimalisir timbulnya kecurigaan.
Entah mengapa Naura ingin mengunjungi ruangan Snape, bukan karena merindukan Snape. Tapi memang dia ingin menyelidiki sesuatu. "Profesor…” sapa Naura yang kebetulan berpapasan dengan Severus di depan ruangannya. “Bolehkah aku menayakan sesuatu?”, tanpa dikomando Naura segera mengikuti Snape memasuki ruangannya. Dan seperti dugaannya, ruang ini tak berubah semenjak ia mendapat detensi karena beradu duel dengan Pansy. “Kuharap ini hal yang sangat penting miss Jonson,” Snape memberikan penekanan ketika menyebut Janson seolah ia ingin menegaskan pada Naura ia putri siapa. "Profesor, apakah anda mengetahui Draco pergi kemana?”. Snape mengernyitkan dahi seolah member tanda 'apa aku harus mengetahui segala gerak-gerik malfoy’.
“Maksudku, apakah anda sudah mengetahui alasan ia tak memasuki kelas, karena seolah tak heran dengan absennya Malfoy dari kelas.” Naura melanjutkan kalimatnya, ia patut menaruh curiga karena Snape akan mempertanyakan ketidak hadiran siswa bahkan mengurangi poin asrama habis-habisan, tapi tanpa malfoy hari ini ia tetap tidak snewen, bahkan Slytherin selamat dari pengurangan skor.
Snape hanya terdiam dan enggan menjawab, karena ia memang anti berkata bohong, Naura merasa kurang sabar hingga akhirnya ia nekat mengucapkan mantra “Legiliment” seolah Snape mempersilahkan pikirannya dieksplore oleh Naura, karena Snape memang enggan mengatakan segala kebenaran yang ia tutupi selama ini. Dia melihat Snape mengatakan sesuatu pada Draco di menara astronomi,
”Pulanglah besok, Lord menunggumu.” Ia cukup tercengang karena Snape juga masih aktif dengan para pelahap maut. Seolah ia telah membuka topeng Snape selama ini. Snape sebenarnya mampu menghentikan langkah Naura, tapi sekali lagi ia ingin memperlihatkan semuanya. Snape yang bertengkar dengan Draco agar ia tak membocorkan identitas Naura, tapi ini diluar dugaan Snape, ia tak ingin Naura melihatnya. Hingga ia akhirnya menyudahi petualangan Naura. “Sudah cukup miss Janson, trimakasih atas ketidaksopananmu!” Naura masih terengah-engah, sekaligus berusaha mengatur adrenalin yang dipicu oleh kekagetannya.“Apa yang diinginkan voldemort pada Draco? Dan sebenarnya siapa diriku?”. Snape hanya melengos dan mengusir Naura secara halus dengan menyatakan dia terlalu sibuk hari itu.
Naura separuh melamun ketika menyusuri koridor, hingga ia menabrak beberapa siswa.
Dan dia pun tanpa sadar menabrak seseorang, “aw.. merindukan aku dear hingga kau berjalan seperti orang penuh beban pikiran?”, Naura melongo dan bernapas lega ketika melihat Draco, dia segera memeluk Draco. “Oh God,,, syukurlah kau tidak kenapa-kenapa.” Tapi Draco mengernyitkan dahi karena punggungnya yang hampir remuk kini mendapat pelukan erat dari kekasihnya, ramuan yang ia minum belum sepenuhnya mengobati semua lukanya.
Naura yang memahami situasi ini segera memandu Draco menuju salah satu gudang peralatan di koridor lantai bawah tanah. “Tak ingin cerita eh?” Naura bertanya sambil membuka-buka tas sihirnya berharap menemukan obat pereda nyeri , minyak gosok maupun koyo di sana, meski ia hidup di dunia sihir ia masih mempercayakan pengobatannya dengan cara muggle. Draco pun pernah mencoba pengobatan ala muggle yang menurutnya begitu lamban efeknya. “Aku tahu kau sudah meminum ramuanmu, tapi kau harus tetap meminum ini, Naura menyodorkan 3 butir pil dan sebotol air minum. Sambil ia membuka plastic koyo dan mengurut sedikit badan Draco untuk menghilangkan pegal-pegalnya.“Kau menemui kakak Mrs Naura?” Draco berpikir apa yang dimaksud oleh kekasihnya, oh tentu voldemort adalah kakak dari ibu Naura. Tapi bagaimana bisa mungkin ia mengetahuinya, dari mana, siapa yang memberitahunya?”.
“Aku melegilimen Snape.” Naura berkata datar, justru Draco yang semakin melongo, nekat dan hebat itulah kosakata yang cocok untuk Naura saat itu, “Apakah benar ia pamanku? Apakah benar aku putri dari seorang pelahap maut?” Naura kini benar-benar tak heran kenapa ia memasuki Slytherin, sang topi sama sekali tidak membuat kesalahan, karena ia benar-benar Pure blood.
Draco mendekap erat gadisnya, ia tahu Naura begitu bersedih mengetahui kebenaran ini. Fakta bahwa ia merupakan keponakan orang paling jahat di negri sihir, dan putri dari Snape, professor yang paling ia benci seumur hidupnya di Hogwart.
“Tapi kenapa aku disembunyikan dan dianggap mati?” pertanyaan Naura pun menggantung di awang-awang karena Draco pun tak tahu mengapa.Draco menemani Naura menemui Dumbledore setelah istirahat makan siang. Dumbledor pun membisu dan enggan mengeluarkan jawaban yang dinantikan oleh Naura. Ia yakin kepala sekolahnya mengetahuinya, mengingat Dumbledor penyihir yang berpengaruh dan mengetahui seluk beluk dunia sihir.
Anehnya Dumbledor justru mengajak Naura pergi ke suau rumah, dan jika ingatan Naura tidak salah ini adalah rumah Dumbledor yang digunakan sebagai tempat pelarian ibu dan ayahnya.
Naura kaget karena ternyata di dalam Snape telah menunggu mereka, “Dia yang akan menjawab semuanya miss Naura.” Dumbledor pun keluar seolah ingin memberikan ruang kepada mereka.
Kini Snape justru menguurkan tangannya seolah memohon Naura untuk mau mendekat dan memegang tangannya.
Kini mereka berapparate ke Deatly Hollow, benar, secara khusus Snape mengajak Naura menuju makam mendiang istrinya.
“Profesor..” Naura agak terbengong mendapati namanya terpampang jelas di batu nisan tersebut tetapi dengan nama belakang yang berbeda yaitu Riddle.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Not a Slytherin
Random"Aku tahu, aku keturunan muggle asli, tapi mengapa topi tua itu justru memenjarakanku di asrama Slytherin? Dan mengapa aku harus terlibat dengan musang itu, dan sialnya Ferret itu mempunyai seringai yang menawan." (Banyak yang tidak sama dengan ceri...