Horcrux

2.3K 288 2
                                    

"Well Mr. Malfoy it's your rome, and I'll go now."
"Kau yakin tak ingin menemaniku di sini?" Draco secara tiba-tiba menarik pinggang Naura dan memeluknya erat.
"Jaga sikapmu Sir, apa kau lupa kau sedang di rumahku dan ada orang tuaku di sini."
"Tapi sepertinya orang tuamu tak keberatan jika kau tinggal di sini."
"Sure," karena jengah Naura pun masuk ke dalam dan menutup pintu.
"Silento..." Naura merapal mantra agar kamar itu menjadi kedap suara.
"Wow... Sekarang kau cukup agresif dear," Draco semakin menunjukkan seringai kebanggaannya.
"Hahh yeah, katakan Mr. Malfoy kenapa kau di sini?" Naura mulai mengacungkan tongkatnya ke leher Draco seolah memberi tanda "katakan sejujurnya dan jangan macam-macam padaku."
"Tenang dulu dear.... Bisakah kau menurunkan tongkat ini dulu. Aku jauh-jauh datang ke sini karena merindukan pelukanmu." Draco semakin memperlebar seringainya, ia yakin Naura tak akan tega pada dirinya.
Setelah tongkat diturunkan, tak perlu waktu lama untuk Draco menarik Naura dalam pelukannya. Dan membenamkan wajahnya ke ceruk leher kekasihnya itu.
" I really Miss You..."
"Bohong, kau baru tak melihatku beberapa jam."
Draco tak berbohong ia benar-benar sangat merindukan gadisnya ini. Justru kini Naura lebih mengetatkan pelukannya. "Draco...." tiba-tiba ia terisak. "You're right"... Draco yang mendengarnya menepuk-nepuk bahu Naura perlahan.
"Kau benar tentang semuanya, Prof. Snap. He's my true Father...tapi kenapa Aku harus mengetahuinya? Aku sudah cukup bahagia dengan keluargaku sekarang." Naura semakin terisak..." Setelah agak tenang, Draco membaringakn Naura di atas ranjang dan tetap memeluknya.
"Sejauh mana yang kau tahu?" Draco menatap intens manik kekasihnya.
"I'm a Horcrux..." Draco tak menyangka bahwa dia telah mengetahui kebenaran itu. Secara tidak langsung Naura adalah Horcrux atau tempat sebagian jiwa Voldemort. Ketika ibunya meninggal, jiwa itu berpindah pada tubuh Naura.
"Tidak apa-apa bukan, hanya Horcrux apa yang kau risaukan?" Draco samar menggeram kesal dan ingin berusaha menghancurkan si hidung pesek sampai menjadi butiran debu.
"Jiwa voldemort ada pada diriku... Kau tau itu tidak baik." Naura mengusap air mata di kedua pipinya.
"I've to destroy it, aku harus mengatakan pada Prof Dumbledor sebenarnya.
"No, jangan coba-coba!" Kini Draco mulai menatap tajam Kekasihnya.
"Kau tau cara menghancurkannya? Tak ada cara lain selain melenyapkanmu juga dear... Dan aku lebih senang hati jika harus membunuh hidung pesek itu sendirian." Draco mengepal hingga telapak tangannya memutih.
"Yeah, never mind. Aku harus melakukan tugasku ."
"Kau tahu aku tak menginginkannya, bahkan ketiga orang tuamu, dan ketiga sahabat-sahabat anehmu.
Tetaplah tutup mulut dan jadilah anak baik, setelah Harry mengalahkan hidung pesek sedikit jiwa yang tersisa di tubuhmu tak akan mampu membuatnya pulih, please believe in me..." Draco mengeratkan pelukan itu ....
"I really love you, stay alive and be my wife. . Sembunyilah, dan tinggalkan dunia sihir, seperti yang kau inginkan...."

I'm Not a SlytherinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang