30. [One of Them: Know]

264 48 4
                                    

Jihoon mengemas barang-barangnya serapih mungkin, setelah dirasa sudah selesai. Barulah, tangan kecil Jihoon mengumpulkannya sampah plastik dan solatip yang sempat bertebaran dimana-mana, menjadu satu bulatan. Lalu, Ia sembunyikan dipojok kamar.

Biarkan nanti pembantunya yang membereskan soal itu.

Jihoon menghembuskan nafas lelah, lantas tersenyum begitu melihat sebuah kado besar dan kecil diatas kasur. “Mamah, pasti suka.” Gumamnya pelan diselingan senyumannya. Jihoon tak tau jika membungkus kado selelah ini, meskipun hasilnya tak terlalu bagus tapi dirinya sangat puas. Hey, ini pertama kalinya, Jihoon membungkus kado sendiri.

Jadi, wajar saja, jika Jihoon bangga.

Tubuhnya kembal maju, mendekat ke arah kasur. Mengambil bingkisan kecil berbentuk kotak, yang Ia persembahkan sebagai hadiah perdana untuk Mamahnya. Ibaratnya uang muka. Dan yang besar itu untuk nanti.

Tanpa mikir panjang, dirinya segera keluar sembari membawa kotak tersebut.

Dengan pelan, namun pasti. Jihoon berjalan mengendap-endap layaknya maling, Ia takut tiba-tiba Mamahnya muncul. Niatnya ingin memberi kejutan, eh tapi malah Jihoon yang terkejut. Itu tidak lucu bukan?

Samar-sama, Jihoin mendengar suara televisi di lantai bawah. Pun dirinya maju beberapa langkah, mendekati tiang penyangga tangga, Jihoon bisa melihat Mamahnya dari atas.

Yoora sedang berdiri disana, memposisikan tubuhnya menghadap televisi. Sehingga berhasil memunggungi Jihoon dan menutup benda persegi panjang tersebut.

Jihoon cekikikan sendiri. Ini waktu yang tepat untuk memberi kejutan.

Anak kecil itu mulai melangkahkan kakinya, begitu sudah beberapa langkah. Dan baru saja ingi menurunkan kakinya ditangga pertama, tiba-tiba niatnya terhenti, ketika melihat sosok Seokjin yang tiba-tiba datang dari arah dapur.

Sontak, Jihoon membatalkan niatnya turun.

“Paman, kenapa datang sih? Sudah tau, Jihoon mau kagetin Mamah.” Jihoon membuang nafas sebal. Dengan terpaksa, Jihoon membalikan tubuhnya akan masuk kamar. Namun, lagi-lagi terhenti.

Telinganya tak tuli, Ia bisa mendengar jelas suara teriakan dari Mamahnya. Seketika, tubuh Jihoon membeku ditempatnya. Ia sangat terkejut ketika mendengar suara itu, masalahnya Ia tidak pernah mendengar Mamahnya teriak. Dan ini pertama kalinya.

Jihoon menjauh dari tangga, lalu bersembunyi dibalik penyangga tangga. Tiba-tiba, Jihoon penasaran dengan apa yang sedang dibicarakan Mamahnya dengan Pamannya. Sampai, Mamahnya teriak begitu kencang.

Aku berbicara seperti ini karena Jihoon, Yoora! Sadarlah...”

Jihoon berusaha menajamkan pendengarannya.

“...Jihoon harus tau siapa Ayahnya yang sebenarnya. Dia masih butuh kasih sayang lebih, tak hanya darimu, tapi juga Ayahnya. Tidak baik membohonginya terus menerus, Yoora.”

Deg!

Apa?

Susah payah, anak kecil itu menahan kadonya yang sempat jatuh. Genggamannya semakin erat, kepala Jihoon menunduk dalam, menatap lantai nanar.

“Apa...benar yang dikatakan Paman?”

Dadanya tiba-tiba terasa sesak.

Daddy Hasung bukan Ayahku?”

Jihoon menggigit bibirnya dalam-dalam. Ia tidak menyangka jika Mamahnya sudah membohonginya. Tanpa sadar, setetes airmata mendarat mulus dipipi gembulnya. Hatinya sakit, sakit sekali.

BETWEEN YOU AND ME [US] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang