32. [The Choice]

321 49 5
                                    

At Yoora’s House
18.25 pm

Hari sudah berganti malam, sejak beberapa jam yang lalu. Wanita berbaju merah sedang sibuk berdiam diri didepan meja rias, matanya tak henti memerhatikan bentuk wajahnya sekarang.

Sedikit lebih tirus dengan mata panda yang sedikit terlihat. Raut wajahnya datar—tak berekspresi—apa Ia harus senang? Yoora tak tau. Ia ingin sekali bahagia, namun dalam hatinya seakan menolak. Dirinya merasa ada sesuatu yang mengganjal, entah itu apa.

Perasaannya merasa tak enak.

Yoora tak ingin pergi, tapi disisi lain, Ia tak mau mengecewakan Jungkook. Dan jika Ia terpaksa pergi, bagaimana dengan Jihoon? Urusan dengam Jihoon saja belum kelar. Yoora membuang nafasnya pelan, menundukan kepala menatap jemarinya yang terkulai las diatas paha.

“Haruskah aku pergi?” gumam Yoora pelan.

Saat dirinya tengah sibuk berpikir, ponselnya berdering. Dengan cepat, Yoora mengambil ponselnya diatas nakas. Air wajahnya sedikit berubah ketika melihat nama jungkook muncul dilayarnya.

“Hallo?”

“Malam, noona. Apa noona sudah siap? Aku sedang dijalan nih.”

“Mmm...” Yoora nampak ragu menjawabnya. “Sebentar lagi, Jung. Apa masih lama?”

“Ya. Aku baru saja keluar rumah, kenapa? Apa noona tidak sabar bertemu denganku ya?” Jungkook terkekeh.

“Aha. Ya—begitulah.”

Lagi-lagi Jungkook tertawa. “Baiklah. Kalau begitu, tunggu aku noona. Aku akan sampai secepatnya, dandan yang cantik ya. Aku mencintaimu.”

Yoora tersenyum kecil. “Aku juga.”

Tut.

“Baiklah. Tak ada gunanya menolak, aku rasa ini waktu yang tepat untuk mencoba mencintai Jungkook.” Yoora tersenyum manis, kembali ke meja rias. Segera merias diri secantik mungkin.

Disisi lain, anak kecil bernama Jihoon itu, tengah sibuk membereskan barang-barangnya. Ia berkata pada dirinya sendiri dengan penuh keyakinan, kalau malam ini ketika rumah sepi. Ia akan pergi dari rumah ini.

Beberapa baju main dan sekolah Ia masukan ke dalam backpack besarnya, dan Ia juga tak lupa akan mainan kesukaannya. Hanya butuh beberapa menit bagi Jihoon untuk menyelesaikan semuanya, anak kecil itu terduduk sebentar disisi ranjang, mengistirahatkan tubuhnya.

Matanya tak sengaja menatap jam dinding diatas telelevisi. “Sebentar lagi...” Jihoon tersenyum lebar. “Aku akan bertemu denganmu, Yah.”

===

Taehyung tak menyangka jika semakin hari kota Seoul akan semakin padat, menjadi penduduk Seoul selama puluhan tahun, baru kali ini, Taehyung merasa kesal akan kemacetan yang tak bisa dihindarkan lagi.

Dan Taehyung baru sadar, jika hari ini adalah hari Libur Nasional. Jadi, wajar saja jika kota ini sangat padat. Bahkan, Taehyung harus menghabiskan waktu selama beberapa jam dijalan. Menyebalkan memang.

Sehabis parkir mobilnya dengan rapih, Taehyung keluar dari mobilnya. Memasuki lobby rumah sakit dengan santai, membalas sapaan para perawa—meskipun Ia tak kenal. Dan—oh ternyata tak hanya perawat! Begitu Taehyung masuk lebih dalam, ternyata banyak sekali warga Korea yang menghampirinya. Hanya sekedar meminta foto dan tanda tangan.

Masih ingat apa yang Taehyung lakukan pagi ini? Ya, jangan lupakan acara promosi filmnya tadi. Ternyata, paras wajah Taehyung mampu menghipnotis kalangan Wanita. Menakjubkan. Taehyung sendiri pun tak heran, namanya bisa melambung pesat apalagi Perusahaan yang memproduksi filmnya. Sudah sangat terkenal.

Taehyung memperlambat langkahnya, saat Ia merasakan ponselnya bergetar disaku celana. Lagi-lagi nama Ayah muncul dilayar.

“Apa kau sudah sampai?”

Tak ada salam atau apapun. Ayahnya langsung saja bertanya soal keberadaannya. Susah payah, Taehyung tak mengumpat meskipun Ia sangat kesal. “Sudah.”

“Oke, baiklah. Tolong jaga Hyeri sampai Ia sadar, Wanita itu masih belum sadarkan diri. Aku akan kembali jika urusanku sudah selesai. Sampai nanti.”

“Tunggu—“

Tut.

Taehyung memejamkan matanya dengan tangan yang terkepal kuat. “Andai kau tidak mencari masalah waktu itu, pasti semuanya tak akan seperti ini.” Geram Taehyung. Meskipun begitu, hatinya tak bisa membenci seseorang yang selama ini menemaninya. Taehyung terlalu sayang, Ayahnya terlalu berarti untuknya.

Pria itu kembali melanjutkan jalan menuju ruang rawat Hyeri. Hingga akhirnya sampai di ruang 402, Taehyung hendak membuka pintu, namun terhenti. Saat telinganya dengan jelas mendengar Hyeri sedang berbicara dengan seseorang.

Perlahan, Taehyung menempelkan telinganya ke pintu.

“...Nomor 205, Cat putih. Bagaimana? Apa kau ketemu?”

“Pintar!”

“Apa? Kosong? Tidak ada siapapun? Tidak mungkin! Pasti anak itu ada didalam, cepat bawa dia ke Jeongseon.”

Taehyung semakin menamjakan pendengarannya sesaat suara Hyeri menghilang. Pria itu yakin, Hyeri sedang merencanakan sesuatu. Ia pasti sedang menyuruh bawahannya untuk melakukan perintahnya.

Suara Hyeri masih menghilang. Taehyung menunggu dengan jantung yang berdegub tak karuan, Pria itu sangat penasaran apa yang sedang direncanakan Hyeri.

“Hallo?”

Suaranya kembali terdengar.
Masih samar-samar, Taehyung mencoba memfokuskan pikiran dengan pendengarannya agar semua yang diucapakan Hyeri tak ada yang terlewat.

Hingga akhirnya, sesuatu kalimat yang Hyeri ucapakan berhasil membuat tubuh Taehyung lemas. Telinganya mulai menjauh dari pintu ruangan tersebut, tangan yang semula menggenggam gagang pintu mengendor.

Taehyung pasti salah dengar. Itu tidak mungkin.

Hyeri tidak mungkin melakukan itu.

Tapi, sekuat apapun Taehyung pergi dan berlari dari kenyataan, nyatanya Hyeri memang mengatakan kalimat itu dengan jelas.  Tiba-tiba ingatan Taehyung kembali berputar, ucapan Jimin terus terngiang-ngiang diotaknya. Nafas Taehyung mulai tak beraturan, wajahnya merah padam menahan amarah.

“...Nomor 205, Cat putih...”

“Apa? Kosong? Tidak ada siapapun? Tidak mungkin! Pasti anak itu ada didalam, cepat bawa dia ke Jeongseon.”

Ucapan Hyeri tadi, refleks membuat jantung Taehyung berhenti berdetak.

“Itu tandanya...”

Pria itu menelan salivanya sekali teguk, bolamata hitamnya bergerak tak menentu mencari arah. “Anakku...”

Tanpa pikir panjang, Taehyung segera berlari meninggalkan rumah sakit. Tanpa memperdulikan orang yang Ia tabrak, Taehyung terus berlari seperti orang kesetanan. Ia tidak boleh terlambat, Taehyung harus menyelamatkan keduanya meskipun mustahil.

Saat dirinya sudah sampai didalam mobil, Pria itu menghirup oksigen sebanyak mungkin. Taehyung benar-benar panik, Ia bingung. Bisa-bisanya jalang itu akan melukai dua orang yang Taehyung cintai.

Taehyung meremas stir, dengan keadaan yang sulit dikatakan. Matanya sudah memerah menahan amarah bersamaan dengan kesakitan, hatinya sangat sakit ketika membayangkan kedua orang yang Ia cintai akan terluka karena dirinya.

Lantas sekarang, siapa yang akan Taehyung selamatkan lebih dulu?

Yoora


atau


Jihoon?

-o0o-

Almost...
Please wait till this story ends...

BETWEEN YOU AND ME [US] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang