Boleh?

5.4K 732 292
                                    

Waktu sudah menunjukkan kurang lebih pukul tujuh malam. Mereka sudah sampai di kediaman Rian. Perjalanan dari Bandung memakan waktu kurang lebih 10 jam.

"Bu, ini Rian sudah di depan rumah" Fajar tersenyum lebar mendengar tutur kata Rian yang sangat halus. Terlebih ketika berbicara dengan ibunya. Tak lama setelah sambungan telepon terputus. Seorang bapak keluar dari rumah dengan ibu mengekor dari belakang.

Pintu bagasi mobil sudah dibuka oleh Fajar. Kini keduanya sedang disibukkan dengan barang bawaan mereka.

Sementara para orang tua asyik berbincang, Fajar dan Rian menggeret koper mereka ke dalam rumah.
Rumah Rian cukup besar, tetapi tetap bergaya sederhana. 1 kamar utama (ibu bapak), 1 kamar Rian, dan satu kamar tamu. Kamar mandi terletak di samping ruang makan. Sedangkan dapur berada di belakang. Tak lupa juga ruang tengah (ruang keluarga)

"Piye, jar? Macet ra dalane?" Ayah Rian membuka percakapan diantara mereka. Fajar mencium tangan ayah Rian sebelum menjawab

"Mboten kelangkung, pak"
(Tidak terlalu, pak)

"Weh, wis iso basa Jawa toh"
Rian merasakan telinganya menghangat. Memang semenjak bersama dengan Rian, Fajar selalu minta diajari Bahasa Jawa. Jawa Krama lagi.

Koper dan semua barang bawaan sudah ditempatkan di mana mereka seharusnya berada.
Saat ini, para bapak sedang berbincang di ruang keluarga. Sementara para ibu dan anak berkumpul di meja makan.

"Ngelih, le?" Ibu Rian memperhatikan raut muka Fajar yang sangat bersemangat melihat mangkuk berisi sayur asam dihidangkan di tengah meja.

"Inggih, bu" Fajar senyum sumringah.

" Durung sempet mangan neng dalan po?" Ibu' melirik tajam mata Rian.

"Sampun Rian kengken, bu. Nanging Mas Fajar mboten kersa." Rian berusaha membela dirinya sendiri.

(Sudah Rian suruh, bu. Tapi Mas Fajar tidak mau)

"Lah, ngapa?" Ibu menyodorkan piring pada Fajar dan Rian.

"Kersa tumunten kepanggih sami ibu bapak" Ibu' tertawa geli mendengar jawaban Fajar.

(Mau cepat-cepat ketemu sama ibu bapak)

"Pak, ayo makan" suara Ibu Fajar terdengr dari ruang keluarga. Tak lama kemudian, ibu Fajar datang dengan duo bapak di belakangnya.

2 keluarga bahagia menyantap makan malam mereka dengan khidmat. Sayur asam dan ayam goreng buatan ibu Rian memang tak ada tandingannya.

Setelah makan malam, semua disibukkan dengan kegiatan masing-masing. Ibu-ibu mengobrol di depan tv, bapak-bapak mengobrol di teras ditemani kopi dan teh. Sedangkan Fajar dan Rian? Mengistirahatkan diri sejenak di kamar Rian. Kasur di kamar Rian bisa memuat dua orang, Rian pun menyuruh Fajar tidur bersamanya.

Sekarang Fajar sedang rebahan di kasur. Matanya terpaku pada layar gawainya.

"Mas, ampun kesupen adus" Rian membongkar isi koper untuk menyiapkan baju Fajar. Atensi Fajar seketika teralih mendengar ucapan Rian. Duduk dalam diam, memperhatikan Rian memilah-milah baju.

Ya Allah, hamba mohon jangan pernah ambil Rian dari hidup hamba

Rian berdiri dari posisi jongkoknya, menyerah satu set pakaian lengkap dengan pakaian dalam.

"Nih"

More Than Friends? [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang