Pintu Yang Terbuka (2)

1.9K 307 27
                                    

"Eri siapa mas?"

Fajar sedikit tersentak mendengar suara Rian yang tiba-tiba. Akibat terlalu larut dalam pembicaraannya via telepon. Berbalik dan langsung bertemu dengan tatapan yang menunjukkan sorot curiga.

"Nanti aku ceritain di hotel"

Pipi Rian terasa hangat saat Fajar mengusapnya lembut dengan ibu jarinya. Mengembalikan kepercayaan yang hampir hilang, walaupun belum sepenuhnya. Rian meragu, tetapi tetap mengulas sebuah senyum.

"Kamu jadi pilih yang mana cokelatnya?"

"Dua-duanya, abis bingung keliatannya enak semua. Biar Kevin yang milih sendiri"

Kevin memang minta dibelikan oleh-oleh cokelat dari Fajar dan Rian. Sedangkan dari Jonatan dan Anthony dia minta dibelikan minuman yang cuma ada di Perancis. Apapun itu, tapi jangan mengandung alkohol.

Rian mendorong troli menyusuri lorong dengan Fajar di sampingnya. Diam-diam, matanya sesekali melirik Fajar yang tak henti-hentinya tersenyum semenjak menerima panggilan dari Eri itu. Menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan, Rian mencoba untuk menenangkan diri. Menampik pikiran-pikiran negatif yang mulai memenuhi benaknya.

Di sisi lain toko, Jonatan sedang asyik memasukkan beberapa bungkus permen dan marshmallow ke dalam troli. Hingga tak menyadari bahwa Anthony sudah tak lagi berada dalam jangkaun pandangannya.

"Nyk?"

Jonatan celingak- celinguk mencari pria yang lebih pendek darinya itu. Mengambil satu bungkus permen lagi lalu membawa troli yang nyaris terisi penuh untuk mencari Anthony. Selagi mengisi trolinya dengan makanan apapun yang tampaknya enak dan mendorongnya di saat yang bersamaan Jonatan mengeluarkan ponselnya. Baru akan mencari kontak Anthony ketika Jonatan menangkapnya sedang berinteraksi dengan lelaki asing. Pria bertubuh tinggi, lebih tinggi sedikit darinya. Berambut cokelat gelap dan kulit putih. Dengan iris hijau yang dengan mudahnya dapat menghipnotis siapapun yang melihatnya, ditambah dengan senyuman yang manis. Tapi tidak semanis Anthony, pikir Jonatan.

"I've actually watched you live, once. You have great skill"

(Aku sebenarnya pernah menontonmu live, satu kali. Kamu punya kemampuan yang sangat baik)

"Oh thank you very much, Adam"

(Terima kasih banyak, Adam)

"You're welcome. I've always supported you. Even when you were playing against my country"

(Sama-sama. Aku selalu mendukungmu. Bahkan ketika kamu bermain melawan negaraku)

Telinga Jonatan memanas mendengarkan tawa yang terlepas dari keduanya. Geram rasanya melihat Anthony tertawa bukan karena dirinya. Cengkeramannya pada gagang troli semakin mengencang seiring dengan semakin dekatnya dia dengan Anthony dan pria yang ternyata bernama Adam. Pundak Anthony ditepuk pelan, otomatis memalingkan wajahnya dari Adam.

"Hey Jo! Oh, ini aku nemu pesanan mama"

Ujar Anthony mengacu pada ibunya dan ibu mertuanya. Meletakkan dua bungkus permen peppermint jahe ke dalam troli. Mendongak untuk menemukan Jonatan sudah menatapnya cukup lekat.

"Oh Adam, this is Jonatan. Jonatan Christie"

Jonatan menjulurkan tangannya. Bermaksud untuk berjabatan tangan dengan pria yang membuatnya merasa sedikit terancam.

"Christie! I almost forgot your last name. You're also a badminton athlete, aren't you?"

(Christie! Aku hampir lupa nama akhirmu. Kamu juga atlet badminton kan?)

Adam menjawab dengan santai sembari menerima tangan Jonatan.

"Yes, i am. I am also Anthony's husband"

More Than Friends? [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang