Dua buah koper digeret oleh pemiliknya masing-masing. Dibawa memasuki belalai raksasa yang akan mengantar mereka ke dalam badan pesawat.
"Kita seat berapa, ian?"
Lembaran boarding pass yang berada di tangan Rian dipindai satu per satu.
"Mas di 6A, aku 6B"
Fajar memicingkan matanya dengan tetap fokus pada ujung akhir belalai yang sudah memperlihatkan pintu masuk pesawat yang sudah terbuka.
"Kamu mau duduk deket jendela, ngga?"
Kepala Rian otomatis menoleh mendengar pertanyaan itu terlontar dari mulut seorang Fajar Alfian. Yang Rian tahu, setiap mereka melakukan penerbangan untuk menghadapi suatu turnamen Fajar tak pernah mau duduk di tempat lain selain di samping jendela. Meskipun nomor yang tertera di tiket berkata lain, ia tetep kekeuh. Teringat suatu kali Rian ia pernah pernah menjadi saksi mata perdebatan antara Fajar dan Kevin yang menolak untuk bertukar tempat duduk.
"Serius mas?"
"Iya, mau nggak?"
Rian tersenyum lebar sebagai jawaban. Rasa gemas menggerakkan tangan Fajar untuk mengusak surai legam Rian.
Mereka sudah melewati ambang pintu pesawat. Fajar memperlambat langkahnya untuk berjalan di belakang Rian. Mempermudah mereka menyusuri barisan kursi yang akan menjadi tempat persinggahan mereka selama mengudara. Koper berukuran sedang sudah terbaring aman dalam kabin penyimpanan dengan tas punggung kelabu milik Fajar menemani.
"Sini tasmu, ian"
Ucap Fajar pada lelaki yang sedang mencari posisi wenaknya pada kursi yang semula diperuntukkan untuk suaminya. Setelah mengambil earphone kesayangannya, tas yang tadinya dipangku kini Rian pindahkan pada tangan Fajar.
"Eh, susu kotak mas kamu masukkin mana?"
"Itu ambil aja di dalem"
Resleting yang mulai terasa dingin karena hawa dalam pesawat ditarik, menyebabkan tas terbuka menampakkan isinya. Sebuah kemasan susu berwarna kuning terang segera diambil oleh Fajar sesaat setelah ia melihatnya. Alisnya menyatu melihat sisa stok susunya.
"Bukannya yang strawberry ada dua?"
Pandangan Rian yang terpaku pada layar ponsel diberikan pada Fajar.
"Aku kasih Ony satu, dia kan juga suka yang rasa strawberry"
Raut muka Fajar seketika menjadi kusut. Menutup kembali resleting bacpack dan memasukkannya ke dalam kabin. Kursi di sebelah Rian segera ia isi. Plastik transparan pembungkus sedotan dirobek Fajar dengan giginya. Mulai meminum susu berperisa cokelat itu dengan wajah yang masih murung.
Benda persegi yang selama ini menyita perhatian Rian, akhirnya dimatikan. Melihat sang pramugari sudah memulai prosedur pemeriksaan terakhir terhadap jumlah penumpang. Berjalan di sepanjang karpet merah sembari menghitung dengan hand tally dalam genggamannya. Rian menoleh untuk menemukan Fajar dengan bibirnya yang mecucu menghimpit sedotan. Berusaha menahan tawa geli melihat ekspresi yang menyelimuti wajah kesayangannya.
"Mas kenapa cemberut gitu?"
Tak mendapat respon apapun, Rian menempelkan dagunya pada pundak Fajar. Menatap manik Fajar yang sedang memandang kosong. Dengusan tawa kecil berhasil memanggil perhatian Fajar. Bibirnya sengaja dibuat semakin mengerucut dengan tatapan mata yang dibuat-buat. Dengan maksud membebaskan tawa dari yang lebih muda. Sudut bibir Fajar melesat terangkat melihat upayanya membuahkan hasil. Suara tertawa yang beriringan mengundang seorang Jojo yang berada di kursi 5A untuk mengintip ke belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
More Than Friends? [Completed]
FanficRead me first, please! Untuk mengiringi kehaluan ku tentang mereka. Just for fun ya gengs! Semoga kapal JoTing dan Fajri terus berlayar!! 🚨🚨BoyxBoy 🚨🚨