Dari Hati ke Hati (2)

9.2K 1.2K 78
                                    

Jojo tak sengaja terbangun dari tidurnya. Mengusap kepalanya yang mendadak pusing, ia bangun terduduk. Malam saat ia tidur sambil memeluk Ginting tidak bisa hilang dari pikirannya. Di sebelah kanannya, Ginting masih tertidur dengan pulas. Jojo diam- diam tersenyum melihat wajah polos Ginting. Tanpa sadar, detak jantung Jojo tiba-tiba bertambah cepat. Napas Jojo yang tadinya lancar menjadi agak tersengal. "

"Lu kenapa, Jo?"

Jojo berbisik pada dirinya sendiri, mengelus-ngelus dada.

"Engga, engga mungkin. Gw paling cuma kebanyakan energi"

Setuju dengan pernyataannya sendiri, Jojo pergi keluar kamar. Tak lupa mengenakan sepatu larinya. Ia juga tidak lupa meninggalkan pesan untuk Ginting yang berbunyi 

"Pagi Ginting, gw lari pagi dulu ya" 

Jojo berbohong saat mengatakan bahwa ia akan lari pagi. Awalnya memang dia lari pagi, tetapi selesai bukannya pulang Jojo malah menelepon Gregoria.

......

J  : Hallo?

G  : Iya kenapa Jo?

J   :Lu sibuk hari ini?

G  : Engga, ada apa emangnya?

J   : Ada sesuatu yang harus gw omongin empat mata.

Jojo memutuskan untuk bertemu dengan Gregoria di suatu kedai kopi.

Tak lama setelah ia memesan kopi, ia merasa sesorang menepuk punggungnya.

"Gimana, Jo? Ada apa?"

Gregoria duduk di seberang Jojo. Merapikan posisi tas, mencari posisi yang enak.

"Engga ngopi dulu?"

Jojo berusaha mengulur waktu. Merasa tidak siap untuk membicarakan hal yang selama ini mengganggunya.

"Lagi engga mau ngopi"

Jojo menyesap kopi dari bibir cangkir  memikirkan cara untuk mulai terbuka dengan perempuan di hadapannya

"Normal ga sih, kalau gw sayang sama sahabat gw sendiri?"

Jojo masih menatap cangkirnya yang setengah penuh.

"Normal lah, emang kenapa? Sayangnya lebih atau gimana?"

Gregoria bingung mendengar pertanyaan Jojo. Bukankah normal untuk seseorang memiliki rasa sayang terhadap sahabatnya sendiri? Layar handphone Jojo tiba-tiba menyala, memperlihatkan notifikasi instagram yang membludak. Tetapi Gregoria lebih terfokus pada lockscreen  yang terpampang. Menampilkan foto Jojo dan Ginting sedang menggigit medali yang mereka dapat baru-baru ini. Barulah Gregoria sadar maksud dari pertanyaan Jojo.

"Jo, lu tau gw orangnya open minded kan. Lu bisa cerita apa aja ke gw" Gregoria mengusap lembut tangan Jojo yang masih memegang cangkir.Jojo hanya menghela napas.

 Setelah sesi curhat dengan Gregoria selesai, Jojo kembali ke asrama. Dari balkon, mata Ginting telah menangkap Jojo berjalan memasuki gedung. Ia masih dalam posisi yang sama ketika Jojo membuka pintu kamar.

"Lari paginya lamat, lu lari keliling dunia atau gimana?"

Ginting berjalan menghampiri Jojo. Jojo menyerahkan kertas bungkus pastry untuk sarapan Ginting.

"Gimana mau lari keliling dunia, kalo dunia milik gw aja ndekem di kama mulu" pipi Ginting memanas mendengar itu

"Abis dari mana bawa pastry sebanyak ini?" pipi Ginting yang bulat semakin bulat karena terisi pastry.

"Abis ketemuan sama Gregoria".

Rasa sengat memenuhi dada Ginting saat mendengar nama perempuan itu disebut. Ginting membanting bungkus pastry di atas meja, dan kembali ke balkon mengambil handuk yang dijemur. Jojo tersentak mendengar Ginting membanting pintu kamar mandi. Jojo tersenyum, menyadari bahwa ia bukan satu-satunya yang merasakan hal serupa.

 Uap hangat nyaris memenuhi ruangan saat Ginting keluar dari kamar mandi. Jojo yang sejak tadi sibuk bermain game langsung memusatkan perhatian padanya. Ia ingin memastikan bahwa Ginting memang memiliki perasaan yang sama dengannya

"Lu kenapa tiba- tiba baper gitu?"

Ginting mengabaikan pertanyaan Jojo dengan keluar menjemur handuk.

"Woy, jawab"

Jojo bangun dari posisi berbaring dan mendekati Ginting. Menarik lengannya yang berusaha pergi menghindar

"Ting, Jawab!"

Jojo sudah tidak bisa menahan emosinya. Ginting memalingkan wajah menatap Jojo dengan mata penuh amarah.

"Gw capek,Jo! Ngerti?!"

Jojo melonggarkan pegangannya

"Bingung gw sama diri gw sendiri, kenapa tiba-tiba ada perasan kaya gini" Mata Ginting berkaca-kaca

" Kesel banget pas denger lo ngajak Gregoria malem itu. Padahal gw udah berkali- kali meyakinkan diri kalo lo cuma sahabat gw"

Kali ini giliran mata Jojo yang mulai membendung air mata. Antara sedih dan bahagia karena ia membuat orang yang dia sayang cemburu buta.

"Sekarang lu ketemuan lagi sama dia, pelukan lu malam itu engga ada artinya gitu?!"

Tubuh mungil Ginting secepat mungkin dirampas oleh Jojo dalam dekapannya. Ginting yang ingin memberontak mengurungkan niatnya untuk membalas pelukan Jojo.

"Maaf, ting. Maaf lu udah nunggu lama" Jojo mengusap lembut punggung Ginting.

"Gw takut kalo gw buru-buru, lu bakal kaget. Gw engga bisa kehilangan lu"

Perkataan Jojo seakan mengangkat semua beban yang selama ini singgah di pundak Ginting.Ia mengangkat kepalanya yang selama ini bersandar di pundak Jojo. Dengan satu tangan masih melingkari tubuhnya, Jojo menangkupkan pipi Ginting dengan tangan kanannya dan mengecupnya pelan

"Sekali lagi maaf, ting. Gw ga bermaksud bikin lo sedih kaya gini"

Jojo menatap mata Ginting dengan hangat. Ginting yang masih berusaha memproses kejadian sebelumnya kembali dikejutkan dengan pelukan erat Jojo. Ia tidak bisa berkata apa- apa lagi, seseorang yang selama ini membuatnya bimbang,sedih, dan senang dalam waktu bersamaan akhirnya memberikan kepastian.






More Than Friends? [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang