Pintu Yang Terbuka (3)

1.7K 260 19
                                    

"Bayu ikut jemput, Jo?"

"Iya, lagi otewe ke sini sama Ihsan"

Jonatan, Anthony, dan Fajar berdiri di samping dinding berwarna hijau turquoise. Dimana tak jauh dari situ, terdapat tandas tempat Rian sedang buang air. Mereka ditemani dua troli yang mengangkut barang-barang mereka yang kini beranak pinak. Selang beberapa menit, tampak Rian berjalan keluar dari gang tandas. Warna lantai yang putih bersih memantul dan menambah efek glowing dari kepala hingga ujung kakinya. Berjalan menghampiri imamnya yang sudah tersenyum melekatkan tatapnya pada Rian semenjak ia keluar tandas.

"Ihsan udah dimana mas?"

"Bentar lagi ke sini"

Pucuk dicinta ulam pun tiba, dua manusia terlihat semakin dekat ke arah Jonatan dan kawan-kawan menunggu. Yang satu terlihat tampan dan santai dan yang satunya masih berkutat dengan donat.

"Oy Bang!"

Bayu memberi Fajar pelukan singkat. Tak lupa menyapa tiga teman lainnya.

"Kangen gw sama kalian"

"Sering-seringin main dong ke pelatnas"

Kedua tangan Fajar menggenggam gagang troli untuk mendorongnya. Rian dengan tas punggung dan satu tas belanjaan berjalan di sampingnya. Jonatan, Anthony dan Ihsan mengekori.

" Lu tumben Bay main ke Jakarta"

"Iya nih, di Bandung sepi. Lagi pula disini ada yang butuh hiburan"

Manik Bayu menuju pada Ihsan yang sudah menuntaskan 3 donat dalam perjalanan. Kotak yang mulai terasa ringan itu sekarang berdiam dalam kantong plastik dalam genggamannya.

"Itu apaan san?"

"Donat, mau?"

Tangan Anthony mengisyaratkan keinginannya menerima tawaran Ihsan. Kantong plastik buram itu pun dipindahtangankan. Jonatan yang dihampiri rasa penasaran ikut mengintip is kotak sambil terus mendorong troli. Satu donat berlapis gula menjadi sasaran Anthony. Menggigitnya mantap dengan menyunggingkan senyum.

"Mau, Jo?"

Jonatan membuka mulutnya sebagai jawaban. Tangan Anthony segera mengisi mulut Jonatan dengan donat yang baru saja ia makan.

"Enak?"

"Hm em"

Bayu dan Ihsan menggiring teman- temannya ke lapangan parkir. Dengan sedikit bersusah payah, Ihsan mengangkat koper Jonatan dan Anthony yang terasa lebih berat dari saat mereka berangkat. Sementara Bayu memasukkan koper dan beberapa tas yang masih buat di bagasi mobil.

"Udah ngga muat nih, Jo ini oleh-oleh lu taro' tengah deh. Punya Bang Fajar juga"

Jonatan dengan patuh mengambil beberapa tas belanjaan dan membawanya masuk ke kursi tengah dimana Anthony sudah terduduk manis. Di kursi paling belakang, Fajar dan Rian masih berusaha mencari posisi wenak. Sama seperti saat berangkat, Bayu mengambil roda kemudi. Perjalanan dari bandara menuju asrama memakan waktu lebih lama dari biasanya. Banyak kendaraan berdesakan. Untung hanya karena durasi lampu merah yang panjang. Karena perjalanan mengudara yang juga tidak singkat, semua penumpang mobil tidak membutuhkam waktu lama untuk mengistirahatkan mata mereka lagi. Kecuali Rian, Bayu dapat melihatnya tampak segar bugar dengan ponsel pintarnya dari kaca spion.

"Ngga capek, Jom?"

Yang disebut sedikit tergelak karena terlalu terbawa dengan apapun yang ada di layar kaca gawainya. Rian melempar senyum pada Bayu.

"Tadi udah banyak tidur di pesawat"

Jawab Rian meyakinkan Bayu. Anggukan kecil Bayu berikan sebelum kembali fokus pada jalan raya yang mulai melaju. Di sebelahnya, Ihsan mulai terlelap. Terlihat usahanya melawan matanya yang menolak untuk terbuka. Namun Ihsan akhirnya mengalah. Kepalanya layu bersandar pada sandaran kursi.

More Than Friends? [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang