Dari Hati ke Hati (1)

10.2K 1.3K 34
                                    

Ginting bangun, menemukan kasur di sebelahnya kosong. Tidak ada suara dari arah kamar mandi, itu berarti Jojo pergi keluar asrama. Untuk memastikan, Ginting meraih handphonenya untuk mengontak Jojo.

"Pagi Ginting, gw lari pagi dulu ya." 

Ginting tersenyum membaca pesan Line dari Jojo yang terkirim pukul 05.50 pagi. 

Selagi menunggu, Ginting mengisi pagi harinya dengan menonton serial kartun kesukaannya di tv. Jam hampir menunjukkan pukul 09.00 tetapi orang didambakan oleh Ginting belum juga kembali.

"San, ke kamar gw. Sekarang" 

Ginting tampak sibuk mengetik pesan. Tak perlu menunggu lama untuk Ihsan membalas pesan tersebut.

"Ogah, ntar ada yang marah" balas Ihsan ditambah dengan stiker nyengir  menggoda.

"Apaan sih, buruan . Mumpung dia lagi pergi."

.....

"Mau lanjutin obrolan yang kemaren ga?" 

Membaca pesan dari Ginting, Ihsan langsung melesat ke tempat 2 temannya menetap.

Tok tok tok

"Masuk aja, engga usah sok ngetok lu" 

Kedatangan Ihsan disambut oleh wajah beler  Ginting. "Anjir, baru bangun lu?" Ginting menggeleng "Kagak, udah dari tadi. Cuma belom mandi" Ginting membetulkan posisi duduknya agar lebih tegak

"Jadi,gimana?"

Ihsan menatap Ginting penuh tanda tanya. Ginting tersenyum, memikirkan jawaban yang tepat untuk pertanyaan Ihsan.

"Gw engga bisa san"

Ihsan mengerutkan alis mendengar pernyataan itu.

"Kan berkali-kali udah gw bilang, kalo belom nyoba.."

Ginting beranjak dari kasur menuju dispenser. Mengambil air untuk menuntaskan dahaganya.

"Gw belom selesai" potongnya.

Ihsan membentuk kata "sorry" dengan bibirnya.

"Maksud gw, gw engga bisa nahan perasaan gw" Ihsan yang tadinya menunduk, seketika mendongak mendengar perkataan Ginting.

"Setiap ada cewek yang neriakkin namanya, gw pasti langsung panas. Apalagi sejak dia berani selebrasi buka baju kemaren"

Ginting mendengus kesal. Ihsan menepuk bagian kasur di depannya, menyuruh Ginting untuk duduk.

"Denger ya,ting. Jojo sekarang bukan lagi dikenal sebagai atlet doang. Dia udah dikenal sebagai sosok publik figur yang bisa menghibur para wanita yang kesepian"

Candaan Ihsan dihadiahi tabokan Ginting di kepalanya.

"Serius, san" mata yang tadinya sendu sekarang melotot menatap Ihsan.

"Iye, engga usah nge-gas"

  Ihsan berdeham, bersiap- siap untuk mengeluarkan kata-kata "mutiara" untuk sahabatnya yang sedang galau itu.

"Menurut gw, ting. Lu harus kasih tau dia, kalo bisa secepat mungkin"

Ginting mendangak kesal "

biar lo ga mendem terus. Sakit tau kalo di pendem lama-lama."

Ihsan menambahkan.

"Tapi gw takut dia ilfeel sama gw, terus pergi gitu aja"

Ginting menanggapi saran Ihsan. Ihsan menggeleng

"Engga, Jojo ga mungkin kaya gitu. Dia orangnya baik,ting. Kalau emang dia sahabat lu dia ga bakal ninggalin lu gitu aja. Toh kalo dia pergi pasti entar balik lagi, dia mana bisa si jauh- jauh dari lu"

Ginting kaget mendengar perkataan Ihsan yang langsung mengalihkan pandangan darinya

"Maksud lo?"

"Udah lah percaya sama gw. Lu ga usah takut, lu engga ngelakuin sesuatu yang salah"

Ihsan mencoba menghiraukan pertanyaan Ginting. Untungnya Ginting satu pikiran

"Tapi gw suka sama laki-laki. Sahabat gw sendiri, seorang Jojo"

Punggung ginting diusap lembut oleh Ihsan

"Menyayangi orang dengan tulus bukan suatu kejahatan, Ginting. Itu hal biasa, semua orang pernah ngerasain"

Ginting menumpangkan dagu di tangan kanannya. Sedikit tenang mendengar nasihat itu. Sedikit heran juga sebenarnya, medengar kata- kata yang cukup bijak itu keluar dari mulut seorang Ihsan.

More Than Friends? [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang