Publikasi (2)

8K 1.1K 92
                                    

  Sepulang dari pertemuan, Jojo dan Ginting kembali ke kamar untuk beristirahat. Kunci kamar Jojo lempar ke atas rak, begitu juga dengan tubuhnya yang ia lemparkan ke atas ranjang. "Heh, minggir. Kasur gw itu" Ginting berusaha mengusir pria bertubuh jangkung itu dari tempat tidurnya "Jooo, pindah" tangan Ginting yang semula menapak pada perut Jojo seketika ditarik sehingga membuat Ginting jatuh menimpa tubuh Jojo sendiri "Jojo! Lu tau gw orangnya geli-an," Jojo tak henti-hentinya berusaha menggelitiki pinggang Ginting "JoJo StOp!!" Ginting tertawa lepas kali ini. "Cukup Jo, cukup" lengan Jojo digenggam begitu erat oleh Ginting hingga memerah. Mereka menatap satu sama lain. Napas yang masih tersengal menjadi latar suara saat itu. Jojo sedikit membungkuk, mendekatkan posisi wajahnya dengan wajah Ginting yang turut melakukan hal serupa. Pandangan yang awalnya mengarah pada mata, kini jatuh pada bibir. Untuk memastikan, Jojo mengembalikan pandangannya pada mata lawan mainnya itu. Ginting tersenyum, dan kembali menatap bibir Jojo yang kosong. Mengangkat kepalanya untuk menghampiri wajah Ginting, Jojo perlahan menutup kedua matanya. Begitu juga Ginting...

Kriiiing!!

Dering ponsel Jojo mengejutkan keduanya. Jojo mengeluarkan ponsel tersebut dari kantong jeans-nya

"Halo?..Oh, engga sih kayanya... Bisa kok bisa... Oke nanti saya kabarin" 

Ginting mengusapkan ibu jari pada bibirnya. Tertegun memikirkan apa yang akan terjadi jika ponsel tadi tidak mengganggu mereka. "Ting, coach ngajak traktiran" Jojo kembali duduk di samping Ginting "Barusan makan-makan" Ginting membenerkan posisi rebahannya. Berdiri untuk pergi ke toilet. "Ikut ga?" Jojo menunggu jawaban disertai bunyi tuuurrrr  deras . "Yaudah lah, kapan lagi ditraktir coach" Jojo memalingkan wajah saat Ginting keluar dari kamar mandi. Berusaha menahan rasa malu. Ginting menaikkan kedua alisnya "Burung lo terbang, ting" dengan sigap Ginting meresleting celananya. Entah sudah berapa kali kedua pipi itu dibuat memerah oleh ulah Jojo.

"Udah siap?" Jojo bersandar pada dinding di seberang pintu. Memainkan kunci mobil yang akan ia kendalikan lagi. Ya sepertinya selain menjadi kekasih, Jojo sekarang juga resmi menjadi sopir pribadi Ginting. "Kuylah"Gemerincing kunci terdengar saat Ginting mengunci pintu. "Ganti celana lu?" Jojo terlihat memperhatikan Ginting dari atas sampai bawah. "Takut terbang lagi burungnya" Sontak Jojo tertawa mendengar jawaban Ginting.

Di restoran yang dimaksud coach, para pemain regu putra sudah duduk manis menunggu kedatangan mereka. Lagi- lagi, Ihsan sudah menyisakan dua tempat khusus untuk 2 sejoli itu. Makan malam hari itu berjalan baik- baik saja. Banyak canda dan gibahan tersebar diantara mereka. "Jo," Jojo menoleh mendengar namanya dipanggil. Ginting mengambil tissue dan mengelap sisa makanan yang mengotori sudut bibir Jojo. Melihat itu, teman- teman mereka terbelalak. Kecuali Ihsan dan Fajar tentunya. "Eheem..." Ihsan berdeham, untuk menyadarkan situasi dan kondisi dimana mereka berada. Coach cukup ketat soal hal berpacaran, jangankan yang di luar lokasi (bukan sesama atlet badminton) yang didalam pun pasti digertak. Beliau memang melarang anak didiknya untuk berpacaran, teman dekat boleh tapi jangan berlarut-larut. Hal itu ia tegaskan agar anak didiknya tetap fokus pada permainan mereka. Untungnya, Jojo dan Ginting memang terbilang sangat dekat sebagai sepasang "sahabat". Jadi, ia tidak berkomentar apa- apa melihat perlakuan Ginting pada Jojo. Baginya itu hal yang biasa.

Satu per satu dari mereka pulang meninggalkan restoran dalam pusat perbelanjaan itu. "Saya duluan, ya" coach berpamit pulang "Makasih coach maemnya!"Ihsan berteriak yang mengakibatkan perhatian orang tertuju pada mereka "Mampus gw" Ihsan segera kabur meninggalkan tempat kejadian. Bersembunyi dari para wanita yang mulai mengerumuni mereka. "Sorry Jo, gw duluan hehe" pesan Line tak lupa ia tinggalkan. Mau tak mau Jojo dan Ginting harus berusaha menghindari kaum-kaum hawa yang haus akan mereka 

"Ka Jojo foto dong, boleh ga?"

"Ih, lucu banget ka Ginting. Mungil- mungil gimanaaa gitu"

"Gimana nih, ting?" Jojo mulai panik menyadari dirinya akan menjadi santapan. Dengan gerak cepat, Ginting berdiri di depan Jojo. Menautkan salah satu tangannnya dengan tangan orang yang menjadi sasaran para kaum hawa itu. Tak lupa lengan Jojo ia kempitkan pada pinggangnya. "Maaf ya, kita harus buru-buru" Ginting menarik cepat tubuh Jojo menerobos lautan yang hampir menenggelamkan mereka berdua. Jojo mendengar seruan gemas dari para perempuan yang melihat momen itu. Jemari Ginting dengan erat memeganginya, menjaga agar tidak ada orang lain yang bisa mencuri Jojo darinya. Dengan gelagapan, Jojo mengikuti langkah pendek Ginting.

"Posesif amat lu jadi cowok"  Jojo menutup pintu mobil. Memasukkan kunci dan menyalakan mesin. Ginting menoleh dan tersenyum "Salah kah posesif sama pacar sendiri?" Ginting menirukan gaya bicara Jojo. "Salah lu juga punya muka kelewat ganteng, minta di sayang" Jojo tidak percaya akan apa yang barusan ia dengar. Ia mengambil tangan Ginting hanya untuk mengecupnya "Makasih Ginting,udah jadi penyelamat gw"

More Than Friends? [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang