"Udah bu, Rian sama Mas Fajar udah urus"
Laki-laki berkulit glowing itu sedang dalam panggilan dengan ibunya Fajar di Bandung. Tangan kirinya memainkan tali seatbelt yang melintang di dadanya selama tangan kanannya memegang ponsel.
"Serius bu'? Oooh, ehehe iya nih. Rian juga kangen sama Fariq"
Dua sudut bibirnya terangkat dalam senyuman kecil.
"Bisa kok bu. Oke, nanti Rian kabarin Mas Fajar" sambungan telepon dimatikan.
"Ibu, ian?" Rian mengangguk sebelum mengunci layar ponselnya. Meletakkannya di dashboard mobil.
"Besok mau ke Jakarta"
"Naik pesawat?" Fajar memfokuskan matanya pada jalanan yang lumayan ramai.
"Kereta"
"Tumben?"
"Si Fariq yang minta"
Suara dengusan tawa terdengar dari empunya nama akhir Alfian.
"Besok minta dijemput di Stasiun Gambir" sambung Rian."Siaap, eh ke rumah Jojo yuk"
"Ngapain?"
"Si Ony minta bantuin buka kado pernikahan. Banyak banget katanya" Kaki Fajar menginjak rem perlahan saat lampu lalu lintas berganti warna menjadi kuning. Menoleh ke kiri, ke arah pria yang membuatnya bisa merasakan indahnya mencintai dan dicintai. Melambaikan jari telunjuknya, sebagai isyarat untuk Rian menyodorkan pipinya untuk di kecup.
Cup
Rian menutup matanya, menikmati kecupan dari Fajar. Lalu menyatukan pandangan mata mereka. Menatap dalam-dalam sepasang pupil di hadapannya yang melebar. Sebuah senyum perlahan terukir di wajah keduanya, seakan membaca pikiran satu sama lain.
TIIIIN!
Suara klakson kendaraan menjadi perusak momen mereka. Memutus pandangan secara terpaksa sambil tersipu malu. Memancarkan rona merah yang jelas terlihat, terlebih pada Rian.
Begitulah mereka, di mana saja dan kapan saja satu dunia bisa berubah menjadi ruang hampa dalam sekejap. Berubah menjadi dunia milik mereka sendiri. Apapun yang mereka lakukan, sekali pandangan mereka terkunciBoom
Seisi dunia lenyap entah ke mana.
"Ke rumah Jojo ya?" Rian mengangguk pelan menjawab tawaran Fajar.
-
Fajar memarkir mobilnya tepat di depan rumah Jojo. Membuka layar ponselnya untuk mencari kontak pemilik rumah.
"Hallo, Jo? Gw udah di depan rumah" ucap Fajar. Tombol merah dipencet oleh Rian untuk melepas ikatan seatbeltnya.
"Langsung masuk aja kata Jojo"
Fajar membuka pagar rumah yang tidak terkunci. Melepas alas kakinya di depan pintu, melihat Jojo sudah membukannya.
"Kok sepi?" Tanya Fajar seraya mengedarkan pandangannya ke tiap sudut rumah.
"Mak gw lagi nemenin bapak ke elsol*"
"Ony di kamar?" Rian membuka suara. Melihat tidak ada keberadaan Anthony di sekitar Jojo.
"Iya, lagi gelud sama kado dia" Jojo menutup pintu, menghalangi akses cahaya matahari untuk memenuhi ruangan yang redup.
"Yok ke atas" Fajar dan Rian mengikuti langkah Jojo menaiki tangga. Membawa mereka ke depan pintu kayu berwarna cokelat gelap. Telapak kaki Rian bisa merasakan hawa dingin AC yang berasal dari dalam kamar.
KAMU SEDANG MEMBACA
More Than Friends? [Completed]
FanficRead me first, please! Untuk mengiringi kehaluan ku tentang mereka. Just for fun ya gengs! Semoga kapal JoTing dan Fajri terus berlayar!! 🚨🚨BoyxBoy 🚨🚨