Fitting Room (2)

4.1K 674 144
                                    

Suara kunci pintu yang berhasil diputar mengisi kehampaan kamar yang telah ditinggal pemiliknya selama seminggu.
Ruang yang gelap menerima secercah cahaya dari pintu yang dibuka lebar oleh Rian. Dibelakangnya terlihat Fajar sedang menggeret koper yang selama ini menjadi rumah bagi keperluan Fajar dan Rian. Jari telunjuk Fajar memberi tekanan pada saklar lampu. Memberi kamarnya penerangan yang lebih melimpah.

"Sini kopernya mas, biar ku bongkar" koper diletakkan disebelah kaki kasur. Yang lebih tua mengucek matanya "Ngga mandi dulu, ian?" Tangan Rian mencengkram gagang koper dan menariknya agar lebih dekat dengan posisi dia duduk.

"Mas dulu aja, biar lebih seger. Pasti mas capek kan?" Fajar hanya tersenyum lembut melihat raut muka Rian yang berfokus pada koper yang sudah dalam keadaan terbuka. Meminta diringkankan beban isinya.

"Bener, nih? Tapi nanti ngga ada yang bantuin kamu bongkar koper"

"Udah,ngga papa. Aku bisa sendiri" sergah Rian sambil memulai aktivitas bongkar kopernya. Rasa tak enak hati membuat Fajar terpaku pada lantai. Masih enggan meninggalkan Riannya sendirian.
Rian yang masih merasakan keberadaan Fajar menoleh menoleh ke arah Fajar berdiri.
"Seriusan masku sayaaang. Mandi aja duluan"
Mendengar kata "sayang" terselip dalam ucapan Rian alis Fajar sedikit terangkat. Senyum tersipu membentang kedua pipinya. Fajarpun melaksanakan apa yang harusnya ia laksanakan.

-

Rian bisa mendengar suara pintu kamar mandi dibuka. Uap hangat terasa menaungi tubuhnya. Ia memutar kepalanya, menemukan seorang Fajar dengan handuk yang melingkar di pinggangnya. Alur satu dua tetes air dapat terlihat pada dadanya.

Sejak kapan Mas Fajar jadi seganteng ini?

"Rian?" Suara berat Fajar membuyarkan lamunan Rian.
"Dalem?"
Ekspresi wajah laki-laki bernama lengkap Muhammad Rian Ardianto itu berhasil membuat Fajar tertawa renyah.

"Apa yang lucu mas?" Fajar menggeleng.

"Muka mu itu lho, ian. Minta di cium" sorot mata Fajar yang tadinya berantakan kini menjadi lebih serius.

"Mas Fajar ya, kalo ngomong suka bener" tentu saja Rian tidak mengatakan dua kata terakhir itu.

"Yaaah, udah selesai beberesnya?" Ucap Fajar setelah melihat koper yang sudah kosong.

"Udah, emang kenapa?"

"Mas kan sebenernya tadi mau bantu. Kirain bakal lama kamu beresin kopernya" bibir bawah Fajar sedikit maju setelah mengatakan kalimat itu. Rian memutar kalimat Fajar soal wajah dan cium mencium itu dalam benaknya. Hanya bedanya kata "ian" diganti dengan "mas". Satu set baju dan celana rumah dibawakan Rian untuk Fajar.

"Udah berkali-kali ku bilang, aku sama sekali ngga keberatan. Cuma beresin koper mah urusan kecil" tangan Rian mengelus bahu Fajar yang belum terbalut sehelai benang pun.

Rian hendak masuk ke kamar mandi, membersihkan dirinya dari keringat yang mungkin sudah mengendap menjadi daki.

Mata Fajar hanya memandang kosong 1 set pakaian yang masih ia topang.

Baru calon aja udah kaya gini,gimana nanti pas udah sah?

Batin Fajar

"Oiya ian, si Jojo udah nyuruh kita fitting. Mau kapan?" Fajar melempar kaos yang akan dipakai ke atas kasur, lalu memasukan satu persatu kakinya ke dalam lubang celana.

"Besok aja, mas. Udah kesiangan kalo jam segini" suara Rian terdengar agak menggema, diikuti suara deru air dari shower.

Siang hari di kamar asrama hanya mereka habiskan dengan leren di kasur. Streaming film di laptop dan menonton dalam dekapan satu sama lain, alias cuddling. Cuddling sepertinya salah satu aktivitas favorit Rian yang bisa dia lakukan bersama Fajar. Ralat, semua hal yang dilakukan bersama Fajar adalah aktivitas favoritnya.

More Than Friends? [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang