PART 10

17.1K 1.5K 81
                                    

_

_

_

_

_

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



*Beberapa bagian di hapus untuk kepentingan penerbitan* 😊😊😘










































______






Jimin sedang memperhatikan jam yang melingkar di tangannya. Bukannya, fokus pada ucapan Jungkook dan wanita yang berpropesi sebagai model yang berada tapat di depannya, dia lebih memilih untuk melihat keambang pintu cafe tempat mereka melakukan meeting.

"Park Jimin-ssi."

Jungkook mengetuk meja dua kali dengan ujung pulpennya seolah menyadarkan Jimin agar lebih fokus membahas proyek merka. Jimin melihat kearah Jungkook---

"Ne?"

"Aku harap kau bisa sedikit menaruh perhatianmu pada proyek kita. Ini bukan masalah main-main Jimin-ssi."

Jimin tersenyum remeh---- "Na neun ara. Sebaiknya kalian selesaikan urusan kalian dulu." Jimin melihat kearah bibir Naeun yang menggunakan lipstik berantakan. "Sepertinya kalian tadi sedang terburu-buru." Lanjutnya sarkasme.

Memang benar. Jimin sedikit melihat Jungkook dan Naeun dengan tatapan yang menjijikan. Pasalnya sebelum mereka bertemu Jimin sedang melihat Jungkook dan Naeun berciuman di tangga darurat tepat sebelum mereka bertemu.

Naeun langsung mengabil kaca dari dalam tas dan memperbaiki riasannya. Jungkook menatap Jimin dengan tatapan tidak suka, bukannya takut Jimin malah terlihat mengeluarkan senyum remehnya.

"Jika kau tidak bisa menentukan hatimu. Lepaskan salah satu. Jangan egois dengan menahan keduanya."

Jungkook meremas kertas di depannya mendengar perkataan Jimin. Hingga sebuah lonceng pintu cafe terdengar. Jungkook dan Jimin menatap secara bersamaan.

Kim Yujin. Wanita itu sedang berjalan dengan tumpukan berkas ditangannya. Angin yang berhembus menerpa kulit wajah dan menerbangkan rambut panjangnya menambah tingkat kecantikan wanita yang berpropesi sebagai desainer tersebut.

Yujin sedikit berlari menghampiri mereka. Dia meletakkan tumpukan berkas di atas meja cafe dan menyibak rambut menghembus nafasnya kasar.

"Maaf membuat kalian menunggu lama. Aku baru selasai mengerjakan beberapa sampel tadi."

Yujin masih menatap kedua pria yang belum menjawab perkataannya. Kedua pria itu masih menatap tanpa berkata apapun.

"Kalian mendengarku."

Diam tanpa jawaban.

Naeun yang menyadari tingkah Jungkook, menyenggol pria itu dengan tangan kanannya. "Jungkook-ah."

"Eoh." Jungkook menatap Naeun sekilas kemudian melanjutkan menatap Yujin kembali.

"Ada apa dengan kalian berdua."

Yujin menggelengkan kepalanya kemudian mengambil tempat duduk disamping Jimin. Yujin memandang kearah Jimin dengan tatapan kesalnya.

"Kau masih sakit. Kenapa kau harus memaksakan diri untuk bekerja."

Jimin tersenyum. Yujin memang tidak pernah berubah, wanita itu masih saja selalu memperhatikan dan menghawatirkannya.

"Kau aneh Jimin-ah, kenapa kau tersenyum seperti itu. Apa otakmu sedikit bergeser akibat kecelakaan itu."

Yujin menangkup pipi Jimin, memutar kepalanya ke kiri dan ke kanan demi memastikan bahwa Jimin baik-baik saja.  "Aish.. bahkan perban dikepalamu masih tertempel sempurna." Lanjutnya.

"Aku tidak apa-apa Yujin-ah. Aku bisa mengatasi ini. Tidak usah khawatir."

Jimin melepaskan tangan Yujin dari pipinya dan menggenggamnya. Yujin terkejut dengan yang dilakukan Jimin. Dia dapat melirik Jungkook dari sudut matanya---- pria itu sedang melihatnya dengan tatapan yang sulit diartikan.

Ditambah dengan Naeun yang sedang bergelayut manja di lengan Jungkook membuat Yujin kesal. Dia tidak bisa mempungkiri bahwa dia sedang cemburu. Sedangkan Jungkook? Dia tidak tahu apa yang dirasakan pria itu.

"Bisakah kita memulai meeting ini segara."

Perkataan Jungkook melepaskan genggaman Jimin dari tangan Yujin. Jungkook menatap Yujin dengan tajam, Yujin tidak perduli. Toh, Jungkook juga membiarkan Naeun bermanja-ria di lengannya.

Meeting yang mereka lakukan cukup lama. Jimin tidak pernah melepaskan pandangannya dari Yujin sedikitpun, dan Jungkook menyadari itu. Dia terus saja memperhatikan Jimin yang menatap Yujin dengan tatapan mendalam dan penuh arti, Jungkook tahu dengan jelas Jimin masih mencintai Yujin.

"Baiklah kalau sudah tidak ada yang ingin kita diskusikan lagi. Kita selesaikan saja sampai disini, Im Naeun-ssi, sampai berjumpa di kantorku besok siang."

Yujin mengulurkan tangannya, dan disambut oleh Naeun. "Tentu saja, sampai bertemu besok, semoga kau tidak mengecewakanku." Jawab Naeun remeh.

"Aku akan mengusahakannya. Kau tidak usah khawatir."

Setelah kata-kata itu, Naeun langsung melepaskan tangannya sepihak dan mengedikkan bahunya acuh. Yujin hanya bisa menggeleng tidak jelas.

Dasar wanita sombong. Bagaimana mungkin Jungkook mencintai wanita seperti ini.

"Kalau begitu. Sampai jumpa. Aku permisi dulu, ada yang harus aku kerjakan."

Yujin membungkukkan setengah badannya kemudia berbalik dan ingin pergi. Tapi Jimin, langsung meraih pergelangan tangannya.

"Aku akan mengantarmu."

Tanpa menunggu persetujuan Yujin, Jimin langsung membawa wanita yang sudah menjadi istri Jungkook itu  meninggalkan cafe tanpa mempertimbangkan Jungkook sebagai suaminya. Yujin melihat kebelakang kearah Jungkook yang masih setia menatap kepergiannya dengan Jimin.

Jimin tersenyum ketika membuka pintu mobilnya dan mempersilahkan Yujin layaknya ratu yang sedang memasuki mobil. Bahkan dia meletakkan tangannya diatas kepala Yujin agar wanita itu tidak kehujunan ketika menuju mobilnya.

Jimin memang tipe pria yang romantis.

Tapi dibalik keromantisan mereka, ada pria yang sudah mengepalkan tangannya kuat, matanya memerah, rahangnya mengeras pertanda bahwa dia tidak suka dengan apa yang dilihatnya.

Jeon Jungkook. Untuk pertama kalinya dia mengakui bahwa dia cemburu.

Dia benar. Hatiku memaksa diriku sendiri untuk mencintainya. Aku lemah. Pertahananku kalah. Dia menang, aku cemburu.





***

T.B.C

Annyeong..

Cieee Jungkook cemburu niye..😂😂
Makanya kook, jangan main-main sama hati 😂

Ngomong apasih gue 😂

Oke jangan lupa Vomentnya..

Saranghae😘😘

I Choose To Love You (JJK) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang