_
"Bangunlah tuan putri. Ini sudah siang."
"Lima menit lagi. Aku mohon."Yujin merengek di dalam selimut yang terbungkus tubuhnya yang terlipat kedinginan di dalam sana. Jungkook tersenyum dan menggelengkan kepalanya.
"Harusnya kau bangun lebih awal dan menyambut pagiku. Kenapa sekarang kau malah terlihat sedang melakukan aksi malas berkepanjangan."
Yujin tersentak dari tidurnya. Suara yang begitu dia rindukan akhirnya bisa terdengar jelas di telinganya. Sudah tiga minggu belakangan ini dia tidak mendengar suara itu, aroma yang menyeruak pada indra penciumannya membuat dia membelakkan mata.
"Jungkook!"
Wanita itu langsung berhambur kepelukannya. Jungkook tersenyum senang dan membalas pelukan yang diberikan Yujin.
"Kau sepertinya sangat merindukanku."
"Tentu saja." Yujin melepaskan pelukannya. "Sangat. Aku sangat merindukanmu." Lanjutnya sembari menangkup pipi Jungkook dan menggoyang-goyangkannya.
"Jinjja?"
Yujin mengangguk. "Apa kau tidak merindukanku?"
"Tidak." Jungkook menahan senyum.
"Baiklah. Kau menyebalkan."
Yujin menyorot tajam. Berbalik hendak meninggalkan Jungkook, tapi pria itu langsung menahan tangan dan membalikkan Yujin dan kembali memeluknya.
"Bagaimana mungkin aku tidak merindukanmu. Neo paboya." Jungkook mengusap punggung istrinya, "aku hampir mati menahan rinduku. Kau kalah. Rinduku ternyata lebih besar."
Seketika Yujin merasa semua darahnya berkumpul pada satu titik sehingga menyemburkan rona merah di kedua pipinya. Sudut bibirnya naik saat Jungkook mengatakan itu. Bagaimana mungkin pria yang dulunya lebih dingin dari bongkahan es kutub utara berubah menjadi pria sehangat mentari pagi untuknya.
Aku harap ini bukan mimpi. Aku mohon.
"Baiklah. Apa yang terjadi denganmu akhir-akhir ini." Jungkook melepaskan pelukannya, melingkarkan tangan pada pinggang Yujin dan menatap istrinya dengan hangat. "Apakah setelah suamimu pergi tiga minggu terakhir ini, kau berubah menjadi seorang ahjumma yang bermalas-malasan."
Jungkook memang telah melakukan perjalanan bisnis selama tiga minggu di Tokyo. Itu sangat menyebalkan menurut Yujin, parahnya pria itu tidak membiarkan Yujin untuk ikut dengannya.
"Eoh, aku sedang melakukan aksi demo. Karena seorang ahjussi meninggalkanku sendiri." Sarkas Yujin.
Jungkook memainkan lidahnya di dinding pipi dan menahan senyum. Melipat bibir kemudian memberikan satu kecupan singkat pada pipi Yujin.
"Kyowo. Kau menggemaskan jika sedang marah. Aku jadi ingin memakanmu."
Demi Andromeda diatas sana, Yujin ingin melayang sekarang. Jungkook sungguh membuatnya gila, baru beberapa detik yang lalu pria ini membuatnya kesal dan detik berikutnya sudah bisa meluluhkan amarahnya.
"Kau-, bagaimana ini..., aku tidak bisa marah padamu."
Yujin menjatuhkan kepalanya pada bahu Jungkook dan membuat rambutnya yang sedikit berantakan ikut turun dan menutupi wajahnya. Melihat itu lagi-lagi Jungkook menggulum senyum, bagaimana mungkin istrinya terlihat sangat menggemaskan sekarang.
"Kau berbahaya." Yujin mendongak menatap Jungkook-, "Apa yang kau lakukan padaku. Kenapa kau bisa membuatku seperti ini, Ramuan apa yang kau pakai, dimana kau membelinya, malhaebwa." (katakan padaku)
Jungkook menaikkan alisnya. Mengusap pelan pipi Yujin yang terlihat memerah. "Aku tidak akan mengatakan apapun, karena sesungguhnya aku akan menunjukkannya-, menunjukkan tempat ternyaman untukmu. Your Magic Shop. I'll Show You."
_________
*Beberapa bagian dihapus untuk kepentingan penerbitan 😊
KAMU SEDANG MEMBACA
I Choose To Love You (JJK)
Fanfiction[SUDAH TERBIT] [Tersedia di toko buku online dan shoope] Aku memulai kehidupanku yang baru dengan menikahi pria yang hanya mencintai satu wanita selama ini, dan itu bukan aku. Jeon Jungkook CEO terkaya yang bersikap dingin dan angkuh. Aku harus berh...