_
_
_
"Aku tidak suka dengan ini."
Wanita itu melempar sebuah kertas desain tanpa perasaan kedasar lantai.
"Ini juga."
Lagi. Dia melempar dengan tidak berperasaan.
"Ini terlalu kuno."
Wanita itu meremas dan menggulung kemudian melempar kertas itu lagi.
"Ini aku tidak suka dengan warnanya."
Naeun terus saja berkomentar tentang desain yang Yujin kerjakan. Dia melempar tatapan yang begitu meremehkan tanpa perduli kerja keras yang Yujin lakukan. Yujin meremas ujung bajunya menahan emosi.
"Ups. Bagaimana ini Yujin-ssi, aku tidak suka dengan desain yang kau buat. Ini terlalu---- maksudku ini bukan style ku."
Yujin membuang nafasnya berat mendengar ucapan Neun. Dengan langkah malas, dia berjalan memunguti kertas yang menjadi kerja kerasnya.
"Tidak bisakah kau menghargai hasil kerja orang lain."
Wanita dengan status pernah menjadi istri dari suami Yujin itu membuang muka dan tersenyum miring. Bukan dengan perkataan Yujin. Bukan. Tapi dengan sebuah tanda merah keunguan di leher wanita itu.
"Aku sudah berusaha sebisaku. Aku harap kau harus belajar menghargai hasil kerja orang lain."
Naeun masih tidak menjawab. Fokusnya masih tertuju pada tanda di leher Yujin. Sebuah tanda kepemilikan.
"Sepertinya hari ini kau bahagia Nyonya Jeon."
Yujin terkejut dengan perkataan Naeun. Dia menatap Naeun yang sedang melihat kearah lehernya yang sedang ditutupi oleh syal berwarna merah. Sesuatu terlintas dipikiran Yujin.
Dengan segera dia memperbaiki syal itu agar sesuatu disana tidak terlihat. Yah.. sebuah kissmark yang entah sejak kapan berada disana. Seingatnya dia hanya tertidur di ruang kerja akibat pekerjaannya yang menumpuk, walaupun akhirnya tidak dihargai seperti sekarang yang dialaminya. Anehnya, Yujin sudah terbangun diatas tempat tidur milik Jungkook dengan posisi sedang dipeluk pria itu. Entah sejak kapan dia berpindah dan ada disana, dan entah sejak kapan juga ada beberapa kissmark dilehernya.
"Apa maksudmu." Yujin berkata dengan nada datar.
"Aniya. Lupakan. Sekarang sebaiknya kau harus memulainya kembali. Aku tidak suka dengan desainmu."
Naeun mengambil tasnya diatas meja kemudian pergi dengan langkah sombong tanpa melihat dan mendengar Yujin sedikitpun.
"Woah... jinjja..."
Yujin menyibak rambutnya dan membuang nafasnya kasar. Dia begitu kesal melihat Naeun seperti itu, sepertinya untuk pertama kalinya dia sedang menyesali keputusannya untuk ikut bekerja sama dalam proyek yang dia lakukan.
Dia membuka syal dan melemparnya kesembarang arah. Dari pantulan cermin yang ada diatas meja kerja, Yujin dapat melihat beberapa tanda sudah bertengger di lehernya. Yujin berusaha menghilangkan dengan menggosok-gosoknya dengan sekuat tenaga.
"Aish.. kenapa ini tidak bisa hilang."
Dia terus saja menggerutu. Tanda itu seolah menambah tingkat kekesalannya. Dia tidak menyadari apa-apa, siapa yang melakukan itu dan kenapa dia melakukannya, dan tersangka utamanya adalah suaminya sendiri. Jeon Jungkook.
________
"Kau sudah lama menunggu?"
Jungkook menggelengkan kepalanya. Naeun tersenyum kemudian memasangkan seat beltnya. Wanita itu memang telah menyuruh Jungkook untuk menjemputnya sekitar tiga puluh menit yang lalu.
"Sudah siap. Kita berangkat sekarang?."
Naeun mengangguk. Jungkook tersenyum kemudian menancap gas menuju rumah Naeun. Disepanjang jalan Jungkook selalu senyum-senyum tidak jelas, sesekali dia menyentuh bibirnya dan kemudian tersenyem bahkan tertawa kecil sendiri.
Naeun yang cukup mengenal Jungkook sudah lama semakin curiga. Dia tahu Jungkook seperti itu bukan karena dirinya.
"Kookie-ya...?
"Hmmmm.?" Jungkook berkata tanpa melihatnya.
"Apa ada sesuatu yang terjadi denganmu."
"Apa maksudmu Eun-ah." Kata Jungkook dengan menatap Naeun sekilas dan kembali fokus pada jalanan.
"Ani. Mungkin perasaanku saja."
Naeun tersenyum tipis. Dia masih setia dengan memandangi Jungkook yang tersenyum dengan atau tanpa disadari pria itu.
Apa aku mulai kehilanganmu kookie-ya.
Sementara Jungkook. Pikirannya masih saja dipenuhi oleh Yujin. Semenjak kejadian tadi malam saat dia melihat wanita itu tertidur diruang kerjanya, entah apa yang ada di dalam hatinya hingga dia menggendong dan membawa wanita itu kedalam kamar miliknya. Bukan hanya itu, hal lebih gila lagi adalah dia mencium kening, pipi, mata, hidung, hingga bibir bahkan dia meninggalkan jejak kepemilikan disepanjang leher wanita yang saat ini sudah menjadi istrinya.
Paginya, saat wanita itu menyadari apa yang terjadi. Dia begitu terkejut mendapati bekas kissmark dilehernya, teriakan Yujin di pagi hari, kebingungan wanita itu, menjadi hiburan tersendiri baginya. Polosnya, Jungkook bertingkah seolah-olah bukan dia yang melakukannya.
"Kita hampir sampai."
"Eoh?"
Perkataan Naeun menyadarkannya. Mereka berada di dalam mobil selama lima belas menit tanpa mengobrol, bercanda seperti biasanya. Mereka sibuk dengan pikiran masing-masing.
"Aku pamit. Sampai jumpa besok Kookie-ya."
Disaat Naeun ingin mencium bibir Jungkook, tepat saat itu juga Jungkook mengambil ponselnya dan mengangkat sebuah telepon dari seseorang. Naeun tersenyum sinis. Dia tahu ponsel itu tidak bergetar dan tidak ada yang menghubungi pria itu, dia cukup mengenal Jungkook. Dia langsung menarik tuas pintu dan keluar dari mobilnya. Jungkook tersenyum kemudian mengisyaratkan agar Naeun memasuki apartementnya segera.
Naeun masih mencoba sebisa mungkin untuk menahan emosinya. Akan menjadi hal yang sangat fatal jika dia meluapkannya sekarang, Naeun tidak boleh gagal dalam mendapatkan Jungkook kembali.
Aku tidak akan menyerah Kim Yujin. Jungkook milikku.
________
*Beberapa bagian dihapus untuk kepentingan penerbitan 😊
KAMU SEDANG MEMBACA
I Choose To Love You (JJK)
Fanfiction[SUDAH TERBIT] [Tersedia di toko buku online dan shoope] Aku memulai kehidupanku yang baru dengan menikahi pria yang hanya mencintai satu wanita selama ini, dan itu bukan aku. Jeon Jungkook CEO terkaya yang bersikap dingin dan angkuh. Aku harus berh...