PART 23

12.7K 1.1K 127
                                    

_

_

_

_

Ini hari yang menyebalkan untukku. Moodku benar-benar berantakan, entah untuk kesekian kalinya lagi aku menghela nafas karena kelelahan yang menimpa.

"Apakah kau tidak bisa menyusun ini dengan benar? "

Salah seorang pegawai yang tengah berdiri merapikan beberapa pakaian yang tergantung menunduk meminta maaf. Aku akui— tingkat kecerewetanku bertambah. Tidak jarang aku marah-marah dengan beberapa pegawai hari ini bahkan hanya untuk hal-hal kecil. Aku tidak tahu kenapa?, mungkin ini pengaruh hormon ibu hamil atau mungkin pengaruh istri yang lagi hamil.

Yah. Aku dan Jungkook belum bicara, sudah dua minggu. Kami bahkan tidur terpisah. Dia marah karena aku lebih memilih menghubungi Jimin dibanding dengannya. Heilo. Bagaimana denganku? Dia yang memilih Naeun apa aku tidak berhak marah.

Aku memilih untuk kembali keruanganku sekarang, sepertinya itu lebih baik daripada karyawan disini yang menjadi sasaran kemarahanku. Aku mulai mengambil sebuah pensil warna yang tersusun rapi disisi kiri dan mulai menggoreskannya pada kertas desain kecil kesukaanku.

Melampiaskan kedalam sketsa mungkin lebih menguntungkan. Lihat saja---aku bahkan bisa menyelesaikan desainku dalam waktu kurang dari tiga puluh menit. Bahkan terlihat luar biasa. Biarkan aku memujinya. Setidaknya ini akan cocok untuk proyek kerja sama antara kami dan Jimin.

Tapi lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Tapi lagi. Aku mengerang frustasi ketika mengingat siapa yang akan memakai rancanganku. Im Naeun. Aku tidak ikhlas. Sampai kapanpun. Perempuan ular.

Aku kembali meletakkan pensil warna dan beralih pada ponselku. Menekan tombol home seakan memeriksa apa ada pesan untukku. Setidaknya dari Jungkook. Bolehkah aku berharap?

Ini situasi yang menyebalkan sungguh.

Ketukan pintu mengalihkan pikiranku. Seorang karyawan yang sedang membawa beberapa sempel kain datang menghampiriku----

"Ada apa? " Tanyaku to the point.

"Ada yang ingin bertemu dengan anda nyonya."

Aku mengerutkan kening. "Siapa? Hari ini aku tidak ada janji dengan siapapun sepertinya."

Baru saja karyawanku ingin menjelaskan, tapi suara ketukan sepatu datang dari arah pintu. Perempuan dengan dress sepaha ketat dilengkapai dengan kaca mata dan tas senada dengan warna bajunya terus melangkah masuk dan mendaratkan bokongnya tepat pada kursi didepanku tanpa dipersilahkan.

Aku mendengus. Panjang umur. Wanita kurang ajar. Im Naeun.

"Maaf mengganggu waktumu. Tapi ini terkait dengan kerja sama kita."

Lihatlah. Bahkan telingaku panas mendengar suara menyebalkan itu.

"Tidak apa. Ada perlu apa kau kesini? " Aku mencoba mereda emosi.

"Bagaimana ini---- Jimin memintaku untuk bertemu denganmu dan mencoba pakaianku." Dia membuka kacamata melipat gagang dan menyelipkannya diantar belahan dada yang sedikit terlihat.

Memuakkan.

"Kau bisa meminta karyawanku mengantarmu. Aku tidak punya waktu."

Dia menyunggingkan senyum mendengar perkataanku.

"Sepertinya kau sedang dalam mood yang berantakan? Apa ini karena Jungkook----  Aissh.. Pria itu. Dia masih saja tidak bisa melupakanku."

Woah. Mataku melebar, emosiku naik hingga ke ubun-ubun. Park Jimin sialan. Kenapa dia harus mengirim wanita ular seperti ini disaat yang tidak tepat. Jelas sekali dia ingin memancing emosiku.

"Tadi malam dia menghubungiku. Sepertinya dia tidak bisa lepas dariku nyonya Kim. Dia kesepian. Kami menghabiskan malam di sebuah club dan berujung di kamar hotel."

Brengsek. Aku mengepalkan tangan menahan emosi.

Kau harus tenang Kim Yujin. Tidak boleh terpancing. Tenanglah. Tenang.

Suara ponselnya berdering menampilkan nama Jungkook disana lengkap dengan emoticon hati disampingnya. Emosiku semakin memuncak. Naeun tersenyum puas melihat ekspresiku sekarang.

"Sepertinya dia merindukanku." Dia menggoyangkan ponselnya kearahku. "Mungkin dia merasa kehilangan saat membuka mata aku tidak ada disampingnya." Lanjutnya dengan nada yang terdengar dibuat-buat.

Entah apa yang Jungkook katakan. Aku tidak mendengarnya dengan jelas, tapi sikap Naeun yang selalu tertawa dan manja ketika menerima telepon membuatku semakin mual. Ingin muntah sekarang juga.

"Huuuuuekkk... "

Naeun melihatku dengan mengerutkan kening. Aku dapat sedikit mendengar Jungkook bertanya dia ada dimana ketika mendengar suaraku yang muntah. Naeun dengan segera mematikan teleponnya.

"Mian. Aku sedikit mual." Kataku sambil memegangi perut.

Naeun menelisik tajam.

"Aku tidak tahu kenapa, tapi sepertinya seluruh isi perutku ingin keluar----Hueeekk..---- Aku sungguh tidak tahan. Kau bisa tinggal disini lebih lama dengan karyawanku. Tapi aku ada urusan sebentar. Rasa mual ini sangat menyiksaku." Aku berdiri masih dengan memegangi perutku. "Sayang. Ucapkan salam pada Ahjumma menyedihkan ini." Lanjutku dengan mengusap perut.

Dia mengerti dengan apa yang aku katakan. Eksperesinya berubah. Rahangnya mengeras. Jelas sekali dia menahan amarah.

Rasakan itu.







________









*Beberapa bagian dari part ini dihapus untuk kepentingan penerbitan 😊


I Choose To Love You (JJK) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang