_
_
_
"Yak. Hentikan Kim Yujin." Jimin langsung menyambar botol soju yang akan segera diteguk oleh Yujin."Kembalikan Jimin-ah itu milikku." Yujin ingin merebut kembali minuman itu, tapi dengan segera Jimin menjauhkannya dari jangkaan wanita itu.
Sekarang mereka tengah berada di sebuah warung tenda kaki lima, tempat dimana orang menghabiskan banyak waktu untuk makan dan minum terutama dalam jam-jam tengah malam seperti ini.
"Tidak akan. Kau sudah minum terlalu banyak. Ini sudah botol ketujuh Yujin-ah. Kau sudah mabuk."
Yujin mendecak. Dia begitu kesal melihat Jimin yang berusaha menahannya agar tidak minum lagi. Bahkan ponselnya yang bergetar menandakan panggilan masuk tidak diambil pusing olehnya.
"Aku tidak mabuk. Lihatlah." Yujin menepuk pipinya yang memerah dua kali. "Aku bahkan masih bisa melihat jari-jari mungilmu dengan jelas dari sini."
Jimin tersenyum. Disatu sisi dia senang bisa menikmati waktu berdua dengan Yujin dalam waktu lama ditambah dengan sikap manis wanita itu yang masih sama seperti yang dulu. Tapi disisi lain, ada rasa kesedihan dihatinya, fakta yang harus dia ketahui Yujin mencintai pria lain.
Jimin cukup mengenal wanita ini, dia tahu kalau saat ini Yujin sangat menderita dengan perasaannya. Seperti dulu, ketika mereka dipisahkan oleh orang tua Yujin, wanita itu akan menghabiskan waktu untuk minum soju sampai kehilangan kesadaraannya, persis seperti saat ini.
Kenapa kau begitu cepat mencintainya Yujin-ah.
Jimin meneguk soju langsung dari botolnya. Dia menyibak rambutnya dan membuang nafas kasar, mengalihkan pandangan pada Yujin yang sedang menyandarkan kepalanya diatas meja merah sembari meracau tidak jelas.
"Kim Yujin."
Yujin mendongak menatap Jimin.
"Hentikan. Jangan menyiksa dirimu lagi."
Yujin tersenyum. Anehnya, air mata langsung mengalir dipipinya ketika mendengar perkataan Jimin.
"Kenapa denganku." Yujin mengusap air mata dipipinya sendiri. "Aku sedang tersenyum tetapi kenapa air mata ini mengalir. Bukankah aku bodoh, haha."
Jimin membuang muka. Dia tidak bisa melihat wanita yang jelas-jelas masih dicintainya keadaannya seperti ini.
"Kenapa aku harus memilih mencintainya. Bukankah aku bodoh. Dasar. Kim Yujin neo paboya... Pabo.. Neo paboya.. Kim Yujin. Neo paboya.."
Yujin memukul kepalanya sendiri beberapa kali dengan air mata yamg terus mengalir padahal bibirnya sedang tersenyum. Jimin tidak tahan lagi-----
"Hentikan." Pria dengan rambut pirang itu menahan tangan Yujin. "Geumanhae... jebal!"
Yujin tersenyum. "Kau pasti bahagia melihatku seperti ini Jimin-ah. Lihatlah. Bukankah aku terlihat menyedihkan. Sekarang siapa yang aku salahkan."
Jimin membasahi bibirnya yang kering dengan lidahnya. Bukannya bahagia, Jimin sangat menderita melihat Yujin seperti itu.
"Jawab aku Park Jimin. Siapa yang bisa bertanggung jawab. Siapa yang salah disini." Suaranya bergetar. "Ibuku yang menjodohkanku dengannya, Jungkook yang tidak bisa lepas dari mantan istrinya, kau yang menyerah memperjuangkanku dan pergi meninggalkanku begitu saja, atau aku-----" nafasnya serasa terhenti. Yujin tidak bisa melanjutkan kata-katanya, "atau aku yang memilih untuk mencintainya."
Yujin terduduk. Badannya bergetar hebat, kedua telapak tangan digunakan untuk menutupi wajahnya, isakannya terdengar begitu memilukan hingga suara tangisan itu tidak tertahan lagi. Jimin hanya bisa diam, dan membiarkannya----
Mianhada Yujin-ah. Jeongmal mianhada...
_______
*Beberapa bagian dihapus untuk kepentingan penerbitan😘😊
****
KAMU SEDANG MEMBACA
I Choose To Love You (JJK)
Fanfiction[SUDAH TERBIT] [Tersedia di toko buku online dan shoope] Aku memulai kehidupanku yang baru dengan menikahi pria yang hanya mencintai satu wanita selama ini, dan itu bukan aku. Jeon Jungkook CEO terkaya yang bersikap dingin dan angkuh. Aku harus berh...