Waktu menunjukkan pukul 16.30. Tak terasa waktu terus berjalan dengan cepatnya dan delapan belas anak di sana masih berada di tempat yang sama. Roti-roti serta minuman yang dibawa oleh Doyoung, Taeyong, dan Jungwoo sudah habis semua, membuat mereka bingung sendiri bagaimana nantinya.
"Gilaa.. Gilaa... Sumpah! Tenggorokkan gua rasanya kayak di gurun. Gersang banget!!" keluh Lucas yang duduk di tanah dengan Mark, Jaemin, Jeno, Renjun, dan Haechan.
"Lagian si lu! Sekali minum satu botol yang seliter. Sekali makan dua bungkus sari roti yang gede, itu juga harus dibacotin dulu sama bang Johnny, kalo enggak pasti lebih tuh!!" cibir Mark, memandang malas pemuda besar di sampingnya.
Haechan tiduran di atas tanah kering, tidak peduli bajunya kotor atau gimana. Dirinya sudah terlalu lelah, apalagi hari mulai semakin gelap. "Emang sialan lo Kas. Gue jadi laper banget, gara-gara kebagian roti cuma sepotong!!" kesal anak bertubuh tan, memandang tajam cowok bertubuh besar. Melihat tatapan tajam kelima temannya, Lucas hanya tersenyum bodoh memperlihatkan gigi-gigi putih yang nyatanya ada coklat yang membuat gigi itu tampak kotor. "Hehe.."
Kumpulan tertua sedang duduk melingkar membicarakan persoalan yang mereka alami. Dengan Joni sebagai pembuka sidang konferensi meja bundar. Oke, tidak, tidak. Lupakan, ini bukan cerita sejarah.
"Jadi, macam mana pula kita lanjut cari jalan?" tanya Joni kepada Taeil, Taeyong, Yuta, Jaehyun, Kun dan Doyoung. Sedangkan sisanya kumpul dengan pembahasan yang berbeda.
Yuta yang asik nonton video dari ponselnya, menanggapi Johnny sekenanya, "Ya jalan aja, kalo gak satu mobil aja," usulnya enteng, seenteng pahalanya.
Taeyong yang jengah melihat tingkah teman sedari kecilnya itu, mengambil ponsel pemuda bernama lengkap Toyota Ambrian. "Gua hapus semua video lu, kalo nganggep ini enteng ya, Yut!!" kesal Taeyong memasukkan ponsel Yuta ke dalam saku jaket denimnya. Sedang Yuta berdengus kesal akan sikap temannya, "Ck. Reseh tau gak si lu!!"
Doyoung menggelengkan kepalanya saat melihat dan sudah hafal dengan sikap ketidakpeduliaan terhadap sekitar milik Yuta. Padahal jelas mereka belum lama berkenal, namun agaknya sudah seperti saudara kandung.
"Dua mobil aja gue udah pengap, apalagi satu mobil cuk!" kata Taeil masih dengan logat Jawa kentalnya, namun penggunaan bahasa Indonesia gaul terdengar di sana.
"Iya.. Gak mau ah saya, apalagi badan kitakan besar-besar. Bisa-bisa, mobil Winwin ikut bocor juga," kata Kun menyetujui perkataan Taeil.
"Yeah.. nanti ujung-ujungnya malah nambah perkara," sambung Jaehyun.
Menit demi menit terganti. Detik demi detik pun turut terganti. Matahari yang awalnya menyinari bumi, secara perlahan digantikan oleh sang bulan yang bersinar tak kalah terang.
"Kejap lagi malam nih. Nak di sinikah atau cari penginapan?" tanya Johnny yang mulai bosan akan pembahasan ini. Johnny mah ikut-ikut aja, toh selama dia tidak mengeluarkan duit, everything is okay yeah.
"Jalan aja kuy.."
"Jalan? Kemana? Gila ya lu Hyun, mau buat betis gue segede Joni?!" kesal Yuta.
"Kok gua si!!" kesal Joni saat namanya dibawa-bawa.
Tinggalkan mereka mari beralih ke Winwin, Jungwoo, Chenle, Jisung dan juga Ten yang sedang asik dengan buku-buku yang Chenle bawa. Mereka sedang memilah buku mana yang akan dibaca.
"Lo bawa berapa buku, bang?" tanya Jisung ke Chenle.
"Gak banyak sih, cuma sepuluh," ujar anak keturunan Cina itu sembari mengeluarkan buku-buku miliknya.
"Kok kamu bawa banyak banget buku sih, Le? Emang bakal kamu baca semua? Atau udah dibaca semua?" tanya Jungwoo, mengambil salah satu buku. "Cara menjadi pria kaya yang baik," innernya berujar, setelah mengambil sebuah buku dengan cover berwarna hijau dollar.
"Hidup indah dengan uang?"
"Menghargai masyarakat miskin?"
"Cara menghabiskan uang yang tak pernah habis?"
"Mengatasi solusi gatal-gatal dengan uang dan berlian?"
Semua bengong menatap heran buku yang dibawa Chenle "Buku apa-apaan nih!!" kesal Ten meletakkan kembali buku milik Chenle.
"Le, lu seriusan bawa buku kayak beginian dari sepuluh buku itu?" tanya Jisung heran kepada salah satu temannya itu.
Chenle mengangguk dan mengambil salah satu buku, "Iya. Sepuluh buku ini belum gue baca. Jadi, ya gue bawa," ujar anak bermata sipit itu, lalu membaca judul buku salah satu yang ia bawa. "Menjadi anak baik tanpa menyisakan uang pemberian ibu". "Wahh.. Harus dihayati nih bacanya!"
"Ssstt..ssttt.. Sung, dia seriusan temen lu, kan?" tanya Ten setengah berbisik. Pasalnya, Jungwoo yang ada di samping Jisung masih dapat mendengar percakapan mereka. Tapi tidak dengan Chenle yang sedang bertapa dengan buku miliknya.
Jisung mengangguk, "Iya. Kenapa bang?" dengan cepat Ten menggelengkan kepalanya.
🔹➖🔹
18.25
Awan sudah berubah menjadi gelap. Mentari sudah lama menghilang digantikan oleh sang purnama. Sedang ke delapanbelas anak di sana masih berada di tempat yang sama tanpa tujuan . Hingga di mana titik kejengahan Johnny sudah melampaui batas. "ARGHHHHHH!! GUA MULESS!!" pekiknya membuat semua bergidik ngeri. Tanpa babibu lagi, Joni keluar dengan menarik orang yang ada di depannya. Dan sialnya itu adalah Doyoung.
"WOYY BADAK, LEPAS!!" kesal Doyoung saat Joni menariknya entah ke mana. Kan gak lucu kalo si Joni ternyata mau buang dia.
"BAWEL! LAH! KOK LU SI YONG?! bodo ah. Temenin awak buang air kejap!"
Dengan berat hati, berat raga, berat dosa, Doyoung mengikuti langkah Joni yang makin memasuki kawasan pohon-pohon rindang. Beruntunglah Doyoung membawa ponsel untuk menerangi jalan.
"Tunggu situ! Jangan ngintip! Sampe lu ngintip, gue potong anu lu!" titah Joni dan berlari sedikit jauh dari Doyoung.
"Cih! Sori dori mori stroberi ya, gue masih suka gunung dan lembah, dibanding pedang dan triplek!" Batin Doyoung.
Bersambung..
KAMU SEDANG MEMBACA
ᴾᵉʳᵗᵉᵐᵘᵃⁿ ᵀᵉʳˡᵃʳᵃⁿᵍ || ᵒᵗ¹⁸
Teen Fiction[TAMAT] "We all ready to definition!!" Sekumpulan remaja dari berbagai daerah yang dipertemukan di sebuah Vila. Tampang dengan asli tidak menutup kemungkinan untuk mereka takut kepada hantu. Sebuah pertemuan yang tidak sengaja itu pun mulai diputus...