09. Holkay

4.5K 635 52
                                    

"Anjay, le! Gila, gua akuin lu bener-bener kaya le..."

".. Kaya monyet"

"Sial."

Plak

"Awhh.. Hehe canda elah canda!"

"Bodo nyink!!"

"Yeuh songong lu ama yang tua!"

"Ampun nyai!!"

Chenle dkk turun di lintasan bandara pribadi milik keluarga Zhong. Mereka semua ke Jawa menggunakan pesawat pribadi milik keluarga Chenle. Mereka pikir awalnya Chenle hanya bergurau, ternyata semua yang Chenle ucapkan benar. Dan mereka semua akui Chenle seorang kolongmerat (seketika gw lupa gimana nulisnya:")

Dari bandara mereka akan pergi ke vila yang sudah Chenle sewa. Entah bagaimana ia menyewa vila itu, namun katanya vilanya murah dan bagus. Ya pada akhirnya ia menyewa vila itu.

"Kita tunggu dulu, Pak Jimin sebentar lagi sampai katanya," ucap Chenle dan ia duduk di pinggir trotoar jalan bersama teman-temannya. Jika mereka tidak tampan, mungkin saja mereka sudah diusir oleh pihak keamanan bandara ini yang disangka gembel pinggir jalan yang nyasar.

Chenle, Jisung dan Mark duduk di pinggir trotoar sambil main ponsel mereka masing-masing. Jaemin dan Jeno duduk nyenderan di tiang yang ada disana. Sedangkan sisanya, Renjun, Haechan dan Lucas, mereka tiduran di trotoar sambil nutupi mukanya pakai jaket yang mereka bawa.

Haechan bangun dengan muka lelahnya, "Mana si le supir lu? Gak tau apa gue masih enek ini!!" jadi untuk Haechan, dia baru pertama kali naik pesawat. Pas pesawat lepas landas dia senang. Giliran pesawatnya turun dia mual.

"Jorok lu! Bentar lagi juga sampe. Tunggu aja!"

Bebar kata Jenl. Tidak lama kemudian mobil yang terlihat mahal dan memiliki warna hitam berhenti di depan mereka.

Tin. Tin.

Terbukalah kaca mobil depan dan menampakkan seorang supir tampan berperawakan kecil imut. "Dah, yuk masuk," ajak Chenle dan mereka masuk ke dalam mobil.

Di mobil hening dikarenakan mereka semua sangat kelelahan. Padahalkan pesawat Chenle sangat besar dan sangat mewah. Usut punya usut, ternyata mereka semua pada mabok udara. Termasuk Chenle sendiri.

"Hm.. Tuan muda, kita mau kemana ya?" tanya sang supir.

Sebenarnya Jimin bukanlah supir Chenle yang sesungguhnya. Dia hanya mahasiswa magang yang kebetulan bertemu dengan mamanya Chenle di sebuah pasar tradisional. Berhubung butuh duit untuk nambahin uang kuliah, jadi skuy aja diambil tawaran yang menggiurkan. Yoksi! Sehari 5 juta gimana gak ditolak. Dan lagi kalo Chenle pergi ataupun tidak, Jimin tetap dibayar.

"Ke Vila yang sudah saya sewa ya Pak Jim," jawab Chenle sambil bersandar di jok mobil miliknya.

Johnny merasa curiga akan peta milik Taeil. Pasalnya sekarang mereka memasuki kawasan yang asing menurutnya. Jaringan di ponsel bahkan tidak ada. Hal ini tentu membuat Doyoung merasa cemas.

"Mas, bener kagak si tuh peta?" tanyanya dengan memajukan kepalanya di antara jok depan mobil Taeil.

Taeil masih fokus dengan peta yang ada di genggamannya, "Bener...kali," ucapnya ragu. Setelah dia pikir, ini buyut gue emang tau apa ya bromo di mana? perasaan dia lahirnya di bandung. Ngapa ngasihnya peta bromo? batin Taeil.

"STOP!!" pekik Taeil dan tentu hal itu membuat Johnny mengerem mendadak.

Srrrtttttt

"EBUSET DAH!!" kesal Doyoung saat dirinya nyublek ke depan sampe kakinya ngangkat. Tau waktu Lucinta Luna naik mobil sama Boy sambil joget blekping? Nah kalo Lucinta Luna aliad bang Fatah nyublek ke belakang, si Doyoung inu nyublek ke depan.

Taeil memperhatikan sebuah rumah besar yang berada dihadapannya sekarang, "Yupss.. Gak salah lagi ini vila punya nenek gue!" ucapnya bahagia. Setelah sekian lama perjalanan yang mereka tempuh, akhirnya ketiga kecebong itu sampai di tempaat tujuannya.

"Yuk masuk.." Ucap Taeil sebagai pemimpin perjalanan ini.

Taeyong, Yuta dan Ten dibawa masuk ke dalam kamar hotel yang Kun sewa. Semua pakaian, make up hingga dalaman milik mereka hanyut di sungai laknat itu. Begitu pula dengan mobil mahal milik Taeyong yang harganya di tafsir 169 juta rupiah. Untung keluarganya Taeyong kaya, jadi tinggal minta beli lagi yang baru deh.

"Ihh Kun, kok hotelnya serem kayak gubuk si?" keluh Ten saat baru selesai membersihkan dirinya.

Kun membawakan 3 cangkir teh hangat untuk mereka bertiga, "Yuk di minum," tawarnya ramah. Padahal mereka bertiga baru aja hampir menabrak diri Kun yang lelah ini.

"Kun, lu dah lama tinggal di sini?" tanya Yuta yang lagi liat barang-barang di hotel yang sudah sangat kuno.

"Gak kok. Baru beberapa jam yang lalu," jawabnya dan mendudukan diri di bibir ranjang miliknya.

"Kok lu bisa sih tinggal di tempat kuno kayak gini?" sambung Ten setelah menyeruput minuman buatan Kun.

"Gak tau juga. Baru beberapa jam lalu saya sampai di Jawa. Terus ketemu seseorang yang baik banget menawarkan penginapan di hotel ini."

"Seseorang?"

"Iya."

"Terus??" tanya Ten penasaran dengan kisah yang Kun ceritakan.

"Terus dia bilang dia tau hotel yang murah harganya. Yaudah deh akhirnya saya ikutin sarannya. Dan benar saja, hotelnya sangat murah. Tapi..." jedanya dan memasang ekspresi yang sulit diartikan.

"Tapi? Tapi kenapa?" Tanya Yuta penasaran setelah melihat raut wajah Kun yang berbubah.

"Tapi tadi..."

"WOYYY YUTA, TEN ATAU SIAPA AJA, GUA PINJEM KOLOR WOY!! KOLOR GUA BASAH!!"

Winwin yang duduk di kursi belakang, baru saja bangun dari tidur panjangnya. Iya panjang, dari awal perjalanan sampai mereka sudah sampai di Jawa, barulah tuh si Menang-Menang aka Winwin bangun.

"Hngg..Udah sampe mang, wu?" tanyanya ke Jaehyun yang sedang nyetir dan Jungwoo yang berada di sampingnya.

"Udah. Tapi kita mau malem di mana, ya?" tanya Jaehyun bingung, karena baru pertama kalinya dia ke pulau Jawa.

"Kita sewa aja vila bang," usul Jungwoo sambil mengecek ponsel miliknya.

"Yaudah, lu cari dah penginapan yang harganya murah," kata Jaehyun dan ia meminggirkan mobilnya di tepi jalan.

"Yahhh bang.."

"Napa?"

"Kagak ada jaringannya."

Akhirnya Jaehyun mengecek ponsel apel miliknya, "Win, coba liat punya lu!" serunya saat ia lihat tidak ada jaringan sama kayak Jungwoo.

"Dihhh.. Massss Jaehyun jorok ahhh!" pekik Winwin di belakang sana.

Jaehyun bingung, emang apaan yang jorok? Perasaan dia cuma mau liat jaringan di ponsel Winwin doang.

"Dihh apaan sih win. Udah gece lu liatin gih. Kalau gak, sini dah gue yang liat!" geramnya.

"Ihhhhh gakkk, gak! apaan si masss. Ini tuh masa depan Winwinnnn. Cuma istri Winwin doang yang boleh liat... Eh tunggu, Winwin gak mau banyak-banyak. Cukup satu pendamping, jadi isOne bukan IsTri," ucapnya ngelantur.

Jaehyun jadi bingung, apaan tadi katanya? Masa depan Winwin? Jadi..

Jaehyun nengok ke arah Winwin. Bener aja, Winwin salah tangkep tentang perkataaan Jaehyun. Si Winwin dari tadi lagi megangin masa depannya yang di bawah itu lohhhh..hggg.

"Ogeb! liat jaringan ponsel lu maksud gua! bukan burung lu," geram Jaehyun.

Winwin mengambil ponselnya yang berada di saku jaketnya, "hehe, kirain." Tawanya.

Untung aja Winwin anaknya polos, jadi sering dia manfaatin. kalo dia gak gitu, udah Jaehyun lempar dari lama ke kawah gunung bromo sekarang.

"Bang, Uwu nemu tempatnya bang."

TBC

Sudah direvisi
22 sept 2019

ᴾᵉʳᵗᵉᵐᵘᵃⁿ ᵀᵉʳˡᵃʳᵃⁿᵍ || ᵒᵗ¹⁸ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang