27. Rintangan

3.4K 474 56
                                    

Angin berlalu membuat pepohonan menari. Burung-burung kembali masuk ke sangkarnya. Tukang bubur sudah naik haji. Para mermaid telah menjadi manusia, namun entah sampai kapan kedua makhluk beda dunia itu akan terus berseteru dengan serunya. Para penonton tak dibayar pun masih kekeh dengan jagoannya.

"Eta teh I really yakin that's tengkorak di banting sampe is dead!" Mark berseru dengan semangat.

Lucas yang berada di sampingnya mengangguk sambil memasukkan salah satu jari panjangnya ke salah satu lubang hidungnya, atau bahasa sehari-harinya adalah ngupil. Iwh.

"Gua ngeliat tuh tengkorak kok jadi inget mayat yang di vila waktu itu, ya?" Lucas memicingkan matanya menatap lekat tengkorang di seberang sana.

"Mayat anusmu! Mana ada mayat si di sana? Orang pas kita cek kagak ada apa-apaan!" celetuk Haechan yang sudah muak dengan perihal Lucas yang katanya melihat mayat. Padahal di sana dia anteng-anteng aja selain.. Perihal Jisung. Ya, Haechan melupakan hal itu!!

"Plis dund kasihani dedek, dont banting dedek ya, ganteng?" mohon tengkorak dengan ekspresi super duper memelas.

Melihat tingkah menjijikan tengkorak, Ten bukannya kasihan malah semakin gemas mau membanting itu tengkorak sampai pecah berhamburan. Udah rapuh ini, gampanglah diancurin.

"Kau tahu, aku akan benar-benar membuangmu, jika kau melakukan hal menjijikan dan memuakkan lagi!" geram Ten. Jika ini dunia animasi, mungkin asap sudah keluar dari kedua belah lubang hidung pemuda itu.

Sang tengkorak memasang wajah sedih dan Ten yang melihatnya, mengangkat tangan tinggi-tinggi siap membanting tengkorak di tangannya. "AKKHHH!! Jangan jangan I mohon jangan!! Huhu kasihanilah I. I ini udah is dead sekali, masa harus is dead lagi si!"

Terdengar suara ricuh di belakang sana. Seolah-olah tuli, kedua makhluk beda dimensi itu tidak memperdulikannya dan tengkorak itu masih bernegosiasi kepada Ten yang sudah benar-benar siap murka. "Apa peduli gue sama lo! Lo ini yang mati, bukan gue!" ujar Ten dengan sinis.

"Astagfirullah Ten, kamu gak boleh kayak gitu. Kita ini pasti akan merasakan yang namanya mati, dan kamu tadi ngomong apa? Inget Ten, Allah tidak suka hambanya yang seperti itu!" Sekonyong-konyong Kun berucap, lalu menghampiri Ten. Mengusap punggung lebar Ten dan menasihatinya, lelaki itu lakukan. Mendengar nasihat Kun, Ten langsung istigfar berkali-kali. Sumpah, tadi dia khilaf. "Astagfirullah.. Lo si gara-garanya!" ketus Ten kepada tengkorak yang sempat tersenyum ke arah Kun, namun langsung berubah memasang wajah kesal ke arah Ten. Dasar manusia! Egois! inner itu berseru. Dan tolong ingatkan, bahwasanya itu tengkorak juga pernah jadi manusia.

"I am.. lagi. Kenapa si aku selalu salah di mata kamu?! Kenapa! Kenapa aku selalu salah di mata kalian?!"

"Aku tahu, kalian dendam sama aku, kan? Iya, kan?!"

"Jawab aku Tejo! Jawab aku!" histeris tengkorak itu kepada Ten.

"Alay, najis!" Doyoung memutar mata jengah.

🌿🌿🌿

"Ada beberapa cara untuk kalian bisa keluar dari sini."

"Cara-caranya akan bermunculan saat kalian berhasil melewati rintangan-rintangannya."

"Rintangan pertama bernama 'bingkai kembar'. Kalian akan sering menemukan ke ganjalan di diri kalian masing-masing."

"Yang berhasil, akan dapat melihat sebuah rumah bercat merah."

"Dan yang kalah, dengan sendirinya akan tertarik memasuki rumah bercat biru dongker. Mereka akan bebas dari sana saat salah satu dari kalian menyelamatkannya."

"Hanya itu salah satu cara agar kalian dapat keluar dari desa terkutuk ini."

"Kalian tahu? Gue ini salah satu mahasiswa yang gak berhasil dan temen-temen gue gak ada satu pun yang mau nolongin gue. Tentu karena alasan klasik."

"Takut?" tanya Taeyong.

Tengkorak itu mengangguk. "Termasuk pacar gue, Tzuyu."

Untuk sesaat semua terdiam. Mereka terlalu sibuk dengan pikiran mereka masing-masing. Sampai di mana Jaemin membuka suara dengan nada tinggi.

"JADI LO SALAH SATU DARI SEPULUH MAHASISWA YANG HILANG SECARA TIBA-TIBA?!!" Ini seriusan Jaemin ngomongnya enggak nyelo banget, membuat Jeno yang lagi nahan ngantuk sampe ngejengkang masuk kubangan berlumpur. Untung ganteng dan gak ada yang liat, jadi gak malu-malu banget dia.

Haechan yang berada di samping Jaemin menutup telinga saat Jaemin ngomong gak nyelo. Tanpa segaja yang memang sebenarnya di sengaja, tangan yang tak seputih mikik Chenle itu menggeplak pala Jaemin. "Goblok! Pengeng anjir kuping gua!" kesalnya.

Jaemin hanya cengegesan sebelum akhirnya melanjutkan fokusnya ke arah tengkorak itu lagi. "Hehe, mangap."

"Maap, Parjo!" Jaehyun yang gemes sama Jaemin langsung ngejitak pala bocah itu.

"Awhh! Astagfirullah kalian jahat sama Dilan!" pemuda itu membuat ekspresi yang dibuat-buat, membuat semuanya jijik menatapnya.

"Iya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Iya. Dan nama gue Taehyung. Sebenernya si nama asli gue Parmin. Tae Parmin."

Mendengar pengakuan tengkorak itu, semua sontak tertawa terbahak-bahak mendengarnya.

"Hwahaha!! Anjirlah namanya aneh bener! Hwahaha!!" Lucas tertawa sampai guling-gulingan.

"Ha, ha, ha. Lucu lu," respon Doyoung yang tidak terlalu peduli dengan nama Taehyung atau pun Taehyung-nya itu sendiri. Karena yang dia pedulikan hanya keluar dari desa aneh ini.

Taehyung menatap malas mereka semua yang sedang asik tertawa terbahak-bahak. Dia tahu, namanya pasti akan menjadi bahan olok-olokan."Tapi gini-gini gue masih ada keturunan anaknya Lee Jong Suk, loh! Makanya nama depan gue pake nama Korea, sedangkan nama belakangnya nama Indonesia."

"Kata emak gua, orang Indonesia ya harus ada nama Indonesianya. Lagian yang Korea 'kan buyut gue, bukan gue." Jelas Taehyung panjang lebar.

🌿🌿🌿

"Kata si buluk, kita harus menemukan rumah besar berwarna putih pudar. Rumah tua lebih tepatnya." Kata Jaehyun yang diangguki yang lain. "Tapi di mana?!" kesalnya kemudian.


Saat semua sedang mengamati sekitar, tiba-tiba saja Jaemin teriak histeris dan membuat semuanya menoleh ke arahnya. "HUAAAAAAAAAA!!"

"Lu kenapa Jaem?" tanya Jeno panik. Ya gimana gak panik, ini di tengah hutn atau apalah itu, si Dilan kawe tiba-tiba teriak, kan ngeri.

"HUAAAAA GUA KEBELET!!!" teriaknya lagi.

Doyoung nyamperin Jaemin yang memang jalan paling belakangan.

Plak!!

"Gua tabok lagi ya lu ngebacot mulu!" setelahnya dia berjalan lebih dahulu tidak mempedulikan Jaemin yang meringis kesakitan di bagian belakang kepalanya.

"BANG! BANG! BANG! ITU RUMAHNYA!"

-Bersambung..

ᴾᵉʳᵗᵉᵐᵘᵃⁿ ᵀᵉʳˡᵃʳᵃⁿᵍ || ᵒᵗ¹⁸ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang