25. Itu Di Sana

3.3K 530 33
                                    

Demi kebaikan dan keselamatan bersama, akhirnya mereka bertujuh melanjutkan perjalanan menggunakan satu mobil. Meski bisa dibilang ini sangat maksain, tapi mau bagaimana lagi? Semua ini sama kayak lagunya Bastian steel—ini pilihan.

"Hueee, bang sonoan apa bang, pantat gue sakit nih ke gencet badan lu.." lirih Haechan saat pantat yang bahenolnya cuma kebagian sedikit tempat duduk. Dah gitu, dia ke gencet di antara badan Johnny dengan Jungwoo yang gedenya bisa kalian perkirakan sendiri.

Setelah beberapa jam melalui penderitaan itu, akhirnya mereka mulai memasuki permukiman. Tidak banyak yang berlalu lalang di sana, hanya binatang seperti kucing dan kecoa serta rindu yang lewat. Eiyy, eiyy—nctd mate school saat membully Mark.

"Huuhhh.. Sepi amat udah kayak kuburan," kata Yuta yang berhasil keluar dari penjara mobil Winwin.

Satu persatu anak keluar, sampe akhirnya mereka semua sudah keluar dari mobil yang mereka anggap seperti neraka. Begitu menyiksa.

"Di sini ada apartemen?" tanya Chenle entah kepada siapa.

"Apartemen gundulmu! Indomaret sama alfamart aja belum tentu ada di sini," saut Ten. Gondok sendiri dia kalau ditanya kayak gitu. Desa terpencil mana ada sih begituan. Kopinya aktor ganteng Huang Baxyi aja belum tentu ada di sana. Cobain kuy.

"Nah! Yaudah, yok cari penginapan," saran Kun.

"Yuk! Tapi jangan yang angker kayak waktu itu!" Seru Jaemin.

"Angker?"

<><><><><>

"Eh gila dah lu be, bawa apaan aja anjir di tas lu?" tanya Jaehyun kepada Ten yang tampak kelelahan membawa tas dengan ukuran besar.

Ten yang keberatan ditambah lagi Jaehyun yang rempong ganggu dia dengan nyenggol nyenggol badan kecilnya yang bikin jatoh, langsung natap tajam mata Jaehyun sampe bikin yang ditatap bungkam seketika.

"Iya juga bang, kan wak—"

"Bang! Bang! Emangnya gua abang lorhun! Seenak jidat lu aja manggil gua begitu!" ketus Ten, menatap sinis Jeno yang menatap balik dengan tatapan 'salah gue apa?'

"E, eh? Ma, maksud gua kakak. Iya, hehe kakak," Jeno berkata dengan gugup.

Ten menghela napas memaklumi. "Iye, iye. Tapi awas aja lu sekali lagi manggil gua abang, gua potong burung lu!" sinisnya, lagi dan lagi.

Jeno yang mendengar itu sontak dengan cepat menutup 'burung'nya. Menjaganya dari gangguan gangguan cabe terkutuk. Eh?

Jeno menggelengkan kepala kuat kuat," Ga. Ga. Ga. Gak akan lagi!" pekiknya, membuat Kun yang berada di sampingnya menggeleng kepala. Kelewat maklum sih dia.

Sudah sekitar 10 menit mereka muter-muter kayak komedi puter, tapi tidak ada hasil yang mereka dapat. Entah itu manusia, penginapan, atau bahkan makanan. Sampai di mana sebuah suara terdengar dikeheningan mereka yang sibuk berkelut dengan pikiran.

"A.. Aa.. Aa.. Aa.. Aa.. Aa.. Aa.. Aaaahhh.."

Sontak, semua melihat ke arah Ten. Tidak. Itu bukan suara Ten—ya meskipun Ten mirip cabe Thailand. Astagfirullah gak boleh gitu ya kalian. Gitu-gitu cabe kalo udah dandan—waduh.. Monggong kolom komentar diisi sendiri:)

"Wik... Wik Wik Wik Wik.. Wik—"

"Gua tampol lu ngelanjutin itu, Chan!" sinis Taeyong.

Haechan langsung nyengir item. Eh, nyengir ganteng maksudnya.

"Sumpah Ten, gua jijik! Plis jangan buat suara yang g bgt!" kata Johnny. Jangan lupakan logat bataknya, ya.

"Ha? Kok gue si?" tanya Ten heran.

"Ya siapa lagi kalo bukan elu," sinis Jaehyun.

"Apaan sih? Kok gue?!" Ten menatap Jaehyun dan Johnny makin heran. Bahkan lebih ke nyalang tatapannya.

"Ya elu lah, siapa lagi kalo bukan elu? Gua denger-denger, elu waktu itu ikut casting wik wik wik wik, kan?" kali ini Taeil. Tumbenankan dia ikutan join, biasanya mah kan diam aja.

"LAH! KOK GUE?!" Ten yang gak terima akan benarnya ucapan Taeil, meninggikan suaranya yang bikin Jisung lagi makan permen karet kelolodan ampe minta bantuan Jaemin di sampingnya.

"U, uhuk.. Uhuk.."

"Udah ah lanjut!" kata Jungwoo udah pusing duluan ngedengerin perdebatan wik wik wik wik ahhhh.

(tolong dibacanya jangan dipakaikan irama:)

5 menit kemudian..

"Capeekkkkk!!" pekik Haechan yang sudah ngedeprak di pinggir jalan. Dadanya naik turun, membuktikan betapa perlunya dia meraup oksigen sebanyak-banyaknya. Bahkan, mulut berbentuk hatinya mangap-mangap kayak ikan koki.

"My kakiiii oh my God!!!"  erang Mark yang ngedeprak pula di samping Haechan, dengan kaki yang dia selonjorin di atas perut Lucas. Untungnya Lucas gak mempermasalahkan, toh dia juga pegel jadi gak sanggup gelut lagi sama si alis camar.

"Hausss, hausss," Doyoung yang sejak beberapa menit lalu kehabisan air minum, mulai merasakan haus melanda tenggorokannya. Coba dia unta, pasti masih punya persedian air di punuknya.

Oke, jangan dibayangkan Doyoung menjadi unta dengan punggungnya nonjol berisikan persediaan air.

"Oh peri datanglah!!!" histeris Johnny dengan gaya seperti di iklan yang berada di televisi. Di sampingnya, Taeyong dan Ten berdiri. "Bedakkk gueeee!!!" histeris mereka memegang muka author.g. Muka mereka masing-masing.

"Mamaaaa Winwin laperrrr!!!" rengek Winwin menatap ke langit.

"Mak'e Soimah anakmu yang handsome ini lelah mak'e!! Lapar pula awak tak makan sudah tiga jam.. Huhuuu," Lucas dengan kealayannya yang mulai nangis bombayah bombayah.. Oppaaaa..

Plaakk

"Itu teh bahasa saya. Ngopo situ orang pake-pake," Johnny mengeplak kepala Lucas sangking gregetnya.

"That's bahasa saya, tulang," Mark menganggukan kepala dengan mata memicing.

"Tulang gigimu! Orang masih muda gini lu panggil Tulang!" kesal Johnny. Masa masih muda gitu udah dipanggil om aja. Mark di rumahnya gak punya kaca kali, ya? Ingatkan Joni beliin Mark kaca pas udah nyampe Medan.

"Tulang? Tulang apaan? Tulang tengkorak manusia kayak.. Di sana?" Sontak semua menatap arah jempol Chenle yang menunjuk suatu tempat yang benar saja, di sana ada tengkorak manusia.


Bersambung..

Karena aku baik dan kalian jahat😒
Aku double😝
Kalian jahat gak komen mau double apa enggak, yaudah gak ada double2an lagi wleee😶

ᴾᵉʳᵗᵉᵐᵘᵃⁿ ᵀᵉʳˡᵃʳᵃⁿᵍ || ᵒᵗ¹⁸ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang