15. Awal Semester

3.1K 234 11
                                    

Hari liburan pun telah selesai.
Dan hari ini, hari dimana semua siswa harus kembali ke sekolahnya.
Seperti sudah kebiasaan di sekolah Daarul Ihsan, setiap awal masuk semua siswa dari tingkat TK, MI, MTs maupun SMA disatukan dalam apel pembukaan di hari sabtu pagi ini.

"Woy, bengong ae lu. Cepet pake sepatunya. Bentar lagi masuk!" ujar Ardila pada Faiza yang tengah melamun.

Faiza tersentak kaget, lalu bola matanya berputar, malas. "Benci banget gua, Dil. Kenapa masuk di hari kejepit begini sih? Besok kan minggu yaa, pasti libur. Kenapa enggak sekalian masuk Senin coba 'kan?" sahut Faiza dengan raut wajah kesalnya.

Ardila tertawa. "Kemarin lu enggak sabar pengen masuk sekolah, sekarang malah menggerutu kaga jelas. Aneh lu," ucap Ardila seraya meminum susunya.

"Aneh emang, seharusnya kita enggak masuk hari ini. Palingan nih ya, sampai di sekolah apel. Terus dengerin kepala sekolah yang dari TK sampai SMA pidato, belum guru yang lain pasti nambahin. Kaya guru BK, nyampein peraturan baru. Atau bagian bendahara, ngebahas keuangan siswa. Apalagi tuh yaa, pasti banyak banget yang ceramah. Mending gua di rumah tidur," jelas Faiza panjang lebar.

"Lu cenayang? Kok bisa tau?" Ardila bertanya sambil menahan tawanya.

"Ketawa ae, Dil! Udah hatam gua yang kaya begini. Tiap tahun sama, dan pembahasan yang dibawa guru-gurunya juga sama aja,"

Ardila pun tertawa. "Udah ahh, pagi-pagi bikin gua ketawa aja lu. Ayo pergi, kalo enggak gua tinggal nih," mereka pun pergi, dengan Faiza yang berjalan ogah-ogahan.

Sesampainya di sekolah, Faiza dan Ardila berpisah, mencari teman-temannya. Faiza melihat temannya sudah berkumpul di lorong dekat lapangan. Kalau Ardila masuk kelas terlebih dahulu, karena temannya pasti kumpul di kelas.

"Siswa-siswi yang sudah ada harap segera membuat barisan di lapangan, dan anggota osis MTs maupun SMA tolong dibantu merapikan barisan ... " ucap guru BK di microphone.

Lapangan pun ramai, banyak yang mencari teman kelasnya masing-masing. Ada yang sudah berbaris di bagian depan, ada yang masih berkumpul di barisan paling belakang, ada pula anak lelaki yang selalu susah di atur.

"Ayo semuanya baris, jangan bergerombol. Semuanya pasti sudah bisa baris yang benar. Lihat anak TK dan anak MI di sana. Mereka sudah berbaris rapi. Cepat, masa yang besar kalah sama anak kecil,"

Semua siswa-siswi berbaris dengan kelasnya masing-masing. Mereka masih dengan suara yang begitu ramai. Sampai akhirnya guru BK pun turun tangan untuk ikut membariskan.

"Siap gerak! Sudah, jangan ada suara lagi. Apel akan segera dimulai."

Hanya Apel, tapi banyak sekali guru yang menyampaikan berbagai macam informasi.
Semua siswa maupun siswi mengikutinya dengan khidmat. Tentu khidmat hanya di awal, semakin matahari naik, suara ramainya lapangan semakin terdengar kembali. Bahkan barisan paling belakang sudah kosong, karena siswa-siswi di sana sudah mengambil tempat duduk di teras depan kelas yang tak jauh dari mereka berdiri.

"Cek, ehem. Harap perhatiannya. Bapak disini akan sedikit memberi tambahan, terutama kepada kelas 9 dan kelas 12. Harap didengarkan," Suara bapak wakil kurikulum terdengar.

"Untuk kelas 9 dan kelas 12. Waktu kalian tidak banyak lagi, bapak harap kalian bisa benar-benar serius dengan waktu yang tersisa ini. Ikuti apa yang guru kalian perintahkan. Pedalaman materi atau les akan semakin ditambah jamnya. Terutama pelajaran yang ada pada UNBK nanti. Bapak harap kalian bisa mengikuti setiap jam les tersebut. Ikuti dengan tertib dan rajin. Terimakasih. Wassalamualaikum,"

Setelah bapak wakil kurikulum selesai dengan pidatonya, bergantian dengan guru BK di depan sana. Benar yang Faiza bilang, pasti membahas peraturan baru.

Kenapa setiap awal semester ada saja peraturan baru? Padahal sekolah sudah ketat, sudah baik-baik saja, aman, damai. Paling hanya beberapa orang yang bermasalah.

Saat guru BK selesai dengan pidatonya, MC pun mengakhiri apel ini.
Semua siswa maupun siswi berhamburan, ada yang ke kelas, ke kantin, keluar gerbang.
Panas? Jelas, walaupun jam 10 lewat seperempat masih terbilang pagi, tapi matahari di atas sana sudah membakar kulit.

Setelah menghampiri kelas kakaknya, dengan alasan mencari Ardila, padahal bukan itu tujuannya. Faiza akhirnya pulang, saat dia melewati kantor yang kebetulan ada di samping tangga gedung SMA Faiza bertemu beberapa guru.

"Hai, bapak bapak yang ganteng," sapa Faiza sambil mencium tangan guru-guru di sana.

"Salam dulu kamu ini," perintah satu guru, yang tampaknya tak mengenal Faiza.

"Oh iya, saya lupa, Assalamualaikum bapak," ucap Faiza dengan cengiran khasnya.

"Waalaikumussalam,"

"Waw," dengan wajah kaget yang dibuat-buat. "Sampai barengan gitu duhhh," lanjut Faiza meledek.

"Bapak pada ngapain berdiri di sini? Saya mau pulang jadi terhalang kan harus menyapa dan berbasa-basi dulu nih,"

Satu guru yang tidak mengenali Faiza tadi memasang wajah tak suka. "Kamu ini, kalau mau pulang silakan pulang saja. Bapak tidak menghalangi kamu,"

Faiza kaget sebentar, lalu sadar ia tidak mengenali guru ini. "Ah, bapak ini suka serius gitu, becanda lho saya, Pak. Jangan dibawa serius, saya masih kelas 9, belum siap, Pak. Eh, tapi kalau siap juga enggak mau sama bapak, udah tua. Nanti saya dilabrak istri bapak," kelakar Faiza dengan sedikit berbisik di kalimat terakhirnya. Dan diikuti ketawa para guru lain di sana, Faiza ikut tertawa. Tapi tawa yang masih ditahan-tahan, bagaimana pun dia harus sopan.

"Heh, kamu ini! anak MTs juga sudah berani bilang seperti itu. Sudah cepat kamu pulang," jawab guru tadi, dengan wajah malunya.

"Ah iya, bapak baik banget ngingetin saya. Iya sudah, saya pulang dulu bapak-bapak," Faiza mencium tangan guru di sana, lalu kembali berbicara. "Bapak jangan kangen sama saya lho, Pak. Nanti dimarahi anak istri, bahaya 'kan kalau bapak disuruh tidur di luar," lanjut Faiza saat mencium tangan guru yang sedari tadi dia goda itu.
Dan dengan sopannya dia berlari setelah mengucapkan itu, guru yang lain pun ikut tertawa lagi.

Faiza murid kelewat sopan atau terlalu sopan?

Berjuang Tanpa Pengungkapan (COMPLETE) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang