6. Playboy Syariah

5.6K 271 17
                                    

Jam istirahat di kelas Ardila jelas sama dengan kelas pada umumnya, pasti digunakan untuk bersantai. Ada yang makan, mengobrol, menggosipkan sesuatu atau belajar. Yang terakhir hanya berlaku untuk murid rajin pasti. Bahkan yang tidur dengan tiga kursi yang disambung juga sudah pasti ada.

"Assalamualaikum," suara Faiza membuat Ardila yang tadi sedang mengobrol langsung menatap ke pintu kelas.

"Waalaikumussalam. Eh, ada Faiza. Sini masuk," ajak Ardi yang paling heboh.

"Ada apaan? Kok lu udah dateng sekolah jam segini? Mau nyapu sekolahan?" tanya Ardila, membuat teman sekelasnya tertawa, dan Faiza memasang muka bete.

"Apa sih lu! Lu lupa? Sekarang latihan paskibra, oon! Lu 'kan yang ngaturnya. Gimana sih yang jadi senior!" balas Faiza tak kalah ketusnya. Tak sedikit anak SMA yang sudah mengenal bagaimana Faiza. Makanya mereka sudah hafal bila Faiza dan Ardila bertemu, kadang jarang akur. Seperti saat ini contohnya.

"Ah, iyaa gua lupa. Iya udah ayo, bocah gua udah di bawah belum?"

"Udah, ini gua ke sini suruh manggil lu. Udah ayo, keburu panas!" ajak Faiza sambil berjalan keluar kelas.

Faiza dan kakaknya sama-sama anak Paskibra sekolah.
Kakaknya termasuk senior di Organisasi Paskibra sekolah ini. Karena Paskibra MTs dan SMA digabung, jadi masih punya keterkaitan untuk saling membantu satu sama lain.

Seperti sekarang, dalam acara 17 Agustus nanti, Faiza dan Angkatannya kebagian masuk dalam pasukan.
Dan tugas kakaknya hanya mengatur formasi juga mengawasi selama berlatih.

"Jadi gimana? Mau bikin formasi apa, Kak?" tanya Faiza pada salah satu teman kakaknya itu.

"Gimana kalau formasi 17 aja? Coba Ardila bikin formasinya, ya?"

"Gua?" Ardila menunjuk dirinya, lalu kembali bicara, "Em, iya deh bisa kayanya. Tapi bagian bongkar formasinya lu, ya, Ndi? Nanti yang bagian praktekin ke anak-anaknya lu aja, Del. Gimana?" jelas Ardila pada kedua temannya tersebut --Indri dan Dela.

"Oke, gua setuju. Kita coba aja nanti. Sekarang mah bikin aja dulu formasinya," jawab Indri, temannya Ardila itu.

"Iya udah buat hari ini kakak persilahkan untuk pulang saja, mulai besok kita baru latihan, ya. Jaga kesehatan kalian!" ucap Dela, teman Ardila yang satunya lagi.

"Iya udah, Faiza pulang dulu, Kak."

"Gua balik dulu, sekolah yang bener lu. Jangan deketin gebetan gua mulu," bisik Faiza pada Ardila, yang dibalas ketawa oleh Ardila.

Pelajaran di kelas 11 IPA sedang kosong, guru yang mengajar di jam ini sedang sakit.
Banyak anak-anak yang memanfaatkan kesempatan emas ini.
Ada yang bergosip ria, ada yang belajar, ada yang tidur, ada juga yang sedang bermain permainan anak kecil, ada pula yang menjadikan kesempatan ini buat sesi curhat.
Seperti, Arkan, Ardi, Firman dan Ardila ini.

"Kan, lu lagi deketin siapa sekarang?" tanya Ardi pada Arkan.

"Ada angin apaan lu ngepoin hidup gua?" Arkan tertawa.

"Gua nanya doang, kayanya sekarang lu lebih mementingkan chatting dari pada game online lu itu," Ardi berbicara sambil melirik layar ponselnya Arkan,

"Perhatian juga ternyata," ucap Arkan tersenyum meledek. "Gua lagi nyoba deketin anak kelas 10. Dan kayanya juga dia udah baper nih. Gua kaya merasa beda aja sama cewek ini, beda dari gebetan gua yang lain. Lu tau lah gebetan gua sebanyak apa," lanjutnya diiringi dengan tawa.

Berjuang Tanpa Pengungkapan (COMPLETE) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang