44. Gombal

2K 145 14
                                    

Kau datang kembali, untuk meyakinkan hati ini. Ku harap kini kau akan menetap, dan tak akan pergi. Percayalah, aku tak sanggup bila harus berpisah denganmu lagi.

- Faiza Aisyah Sabila.

--------------

Setelah penjelasan di malam itu, Arkan dan Faiza resmi berdamai.
Dan malam-malam berikutnya, Arkan selalu ke rumah Faiza.
Saat Ardi dan Firman sedang ada jadwal mengaji pun Arkan nekat menghampiri rumah Faiza tanpa dua temannya itu.

"Kenapa lu mau maafin gua lagi?" tanya Arkan tiba-tiba.
Kini mereka sudah ada di teras rumah Faiza. Tadi bertiga, tapi Ardila pergi untuk membeli sesuatu dan tinggallah mereka berdua.

Faiza yang mendengar pertanyaan Arkan pun mendongak lalu menatapnya dengan kening yang berkerut.


"Kenapa, hm?" tanya Arkan lagi.

Faiza mengalihkan pandangannya, menatap lurus ke depan.

"Mengikuti apa kata hati," ucap Faiza akhirnya.

Arkan menaikkan sebelah alisnya, guna bertanya maksud dari perkataan Faiza.

Lalu Faiza menghela napas dan melanjutkan ucapannya. "Hati gua bilang bertahanlah, ya gua ikut bertahan. Walau sakit yang gua dapet nantinya," ucap Faiza dengan kalimat akhir yang sendu seraya menatap Arkan lagi.

Arkan tersenyum, senyuman tipis saja.

"Gua nggak janji ke depannya bakal kaya gimana. Tapi gua bakal pastiin, lu bahagia selama di dekat gua." ucap Arkan yakin.

Faiza mengangguk dan saling tersenyum dengan tatapan masih terpaku.

"Ehem," suara dehaman pun menyadarkan keduanya, saat mendongak terlihat Ardila yang membawa plastik hitam entah apa itu isinya.

"Tatap-tatapan doang, ngomong kaga," ucap Ardila sedikit mengejek.

"Udah kali, panjang lebar gua ngobrol," ucap Arkan tak mau kalah.

"Hm?" Ardila mengangkat satu alisnya, tanda tak percaya. Pasalnya saat Ardila pamit pergi mereka masih saling diam.

"Udah gih masuk, ganggu!" Arkan mengusir.

"Lah? Ini rumah gua lho, kalau lu lupa,"

Arkan nyengir lebar sambil menggaruk tengkuk yang tak gatal.

"Udah sih berantem mulu," ucap Faiza akhirnya. "Minum, Kan! Dari tadi diem bae," lanjut Faiza lagi.

"Tuh minum katanya ge, Kan. Liatin gua mulu."

"Lah, tingkat pede lu jebol yaa?"

Tidak bisa Faiza bila tidak tertawa, dua orang di depannya ini memang seperti kucing dan anjing. Selalu berdebat seperti ini, tapi ada saatnya mereka saling merangkul kembali.

Begitulah persahabatan, selalu warna-warni setiap harinya.

"Gua masuk dulu, ada Arkan mah nggak bakal tenang gua di sini," ucap Ardila seraya berjalan masuk ke pintu rumahnya.

Berjuang Tanpa Pengungkapan (COMPLETE) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang