18. Retak, Patah, Hancur

2.7K 203 58
                                    

Aku kira kamu akan menjadi milikku. Ternyata aku lupa, itu hanya sekadar mimpi yang tak mungkin jadi realita.

-------------

Lima hari sudah gosip ini beredar. Dan selama lima hari pula Faiza selalu mendapat cacian. Ia sudah benar-benar pasrah, yang ia lakukan hanya diam.
Sejujurnya, Faiza lelah, ia juga perlu penjelasan.

Hari ini Faiza memiliki tekad, Ia harus menghadapi masalah ini. Ia harus menyelesaikannya sendiri.

Yang pertama Faiza lakukan yaitu bertemu dengan Arkan. Sangat berat sebenarnya menemui sosok itu. Tapi, kali ini memang harus, Faiza harus punya keberanian untuk menghadapinya.

Sebelum melangkah, Faiza menghirup udara sebanyak-banyaknya, lalu mengembuskannya perlahan.
Setidaknya itu mampu membuat hatinya sedikit tenang.

Berbeda dengan Ardila, Ardi dan Firman yang sudah menyusun rencananya. Hari ini, mereka akan mengumpulkan tiga pihak. Faiza, Arkan dan gadisnya Arkan itu.

Tepat saat mereka akan ke kelas Faiza, Faiza justru sudah ada di depan kelasnya.

Ardila menarik Faiza, dan menceritakan apa yang akan dia lakukan. Tak lupa Ardila menceritakan apa yang Arkan lakukan selama gosip ini beredar.

Mendengar cerita itu, Faiza seakan tersambar petir.

Sesak.

Oksigen di sekitarnya mendadak habis. Faiza yang tadi sudah memberanikan diri, sekarang keberaniannya hilang entah kemana.

Jadi, selama ini perkiraan Faiza benar bahwa Arkan baik-baik saja? Arkan sama sekali tak terganggu dengan gosip ini?

Ah, Faiza.
Mengapa sangat berharap pada Arkan?

"Kenapa Arkan bisa secuek ini?" lirih Faiza saat mendapati kesadarannya kembali. "Tadinya gua sempat berharap Arkan bisa bantuin gua, ternyata gua salah, ya?" Faiza tampak tak sadar dengan ucapannya. "Padahal Arkan jelas tau, kalau gua enggak sepenuhnya salah di sini. Bahkan gangguin hubungan mereka aja, gua enggak pernah, 'kan? Yang gua tau, Arkan sama ceweknya juga baik-baik aja. Terus ini gosip kenapa makin hari makin naik, ya?" lanjutnya dengan air mata yang sudah ia tahan sedari tadi.

Ardi dan Firman hanya bisa menenangkan, karena kedua gadis itu tampak menangis bersamaan. Bisa-bisanya Arkan membuat kakak beradik ini menangis.

"Enggak tau apa yang Arkan lakuin, tapi kita udah punya rencana 'kan, Dil? Sekarang kalian berdua tenang dulu, jangan kaya gini," ucap Firman hati-hati.

Faiza dan Ardila sama-sama menenangkan dirinya.

"Oke, sekarang kita temui dulu Arkan sama ceweknya itu. Kita kumpul di satu kelas, semoga ada kelas kosong. Kita selesaikan semuanya," Ardila mulai berbicara.

Faiza bengong. "Gua enggak yakin," ucapnya menundukkan kepala, karena takut. "Gua enggak siap ketemu Arkan, gua juga enggak siap ketemu gadisnya Arkan. Gua malu," lanjutnya dengan bahu yang sudah bergetar kembali.

"Gua ada di samping lu! Gua mohon, lu harus kuat, Za! Lu bukan cewek lemah, pasti mampu selesaikan masalah ini," ujar Ardila menenangkan.

Ardi memberi Faiza dan Ardila minum, sebelum mereka keluar dari kelas.

"Iya udah, ayo! Semoga masalah ini selesai," ucap Ardi sambil berjalan keluar kelas.

Berjuang Tanpa Pengungkapan (COMPLETE) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang