35. Menjauh

2.1K 156 5
                                    

Arkan sudah tiga hari tak bersekolah. Faiza jelas bingung, mengapa Arkan menghilang? Bahkan kabar pun Faiza tak dapatkannya.


Faiza khawatir, takut Arkan kenapa-napa.

Tetapi Faiza juga mengira Arkan marah makanya menjauh.
Sesaat Faiza mengingat terakhir kali bertemu dengan Arkan, saat LDKS. Tapi, saat pertemuan terakhir justru tidak ada masalah apa pun. Lalu apa yang membuat Arkan menjauh?

Faiza sudah mencoba menghubungi Arkan, menelpon, mengirimi Arkan pesan sebanyak-banyaknya, tapi hasilnya nihil. Handphone Arkan pun tak pernah aktif.

Jadi, kemanakah Arkan?


Selama tiga hari ini Faiza terus termenung, Faiza yang ceria hanya bisa melamun dan memikirkan lelakinya.

Ralat, Arkan. Arkannya Faiza.

Teman-teman Arkan jelas sudah tahu apa yang sedang Arkan alami. Tapi tidak dengan Ardila, Ardila tak tahu apa yang membuat Arkan tak bersekolah juga tak bisa dikabari. Karena memang Ardi juga Firman seakan menutupi semuanya dari Ardila.

Ardila pun tak jarang ditanyakan tentang Arkan oleh Faiza.

"Gue nggak tau apa-apa, Za!" ucap Ardila saat kala itu Faiza mengintrograsinya.

Tapi Faiza tetaplah Faiza, rasa penasarannya tinggi. Padahal Ardila sudah menjawab sungguh-sungguh, memang ia tak tahu apapun tentang Arkan.

Jika Ardila kebingungan atas pertanyaan Faiza yang sering dihujamkan setiap hari. Sedangkan Ardi dan Firman justru dibingungkan dengan rengekan Ardila yang selalu mengganggu mereka setiap di kelas. Biasanya sekali saja Ardila merengek, mereka langsung menuruti apa yang Ardila mau. Tapi tidak dengan yang satu ini.

Karena ini masalah private, masalahnya anak pondok. Mana mungkin mereka bisa menjelaskan pada orang luar?

Bahkan Firman juga Ardi pun tak tahu jelas apa yang Arkan alami di ruang sidang kala itu, yang mereka tahu hanya Arkan yang dihukum dan handphone-nya disita.

Padahal bisa saja Ardila mau pun Faiza menanyakan pada anak pondok yang lain tentang keberadaan Arkan.
Tapi tak mereka lakukan, entah apa alasannya.

▪▪▪▪▪

Hari pun terus berlalu, tapi kabar Arkan tak kunjung Faiza dapatkan.

Setelah perlakuan manis Arkan di Villa waktu itu, lelaki itu justru menghilang tanpa kabar.
Jadi, Faiza harus benci atau khawatir?

Benci karena seenaknya Arkan membawa Faiza terbang dengan tingginya, lalu sekarang menghilang dengan santainya.

Khawatir, rasanya khawatir lebih mendominasi perasaan Faiza sekarang.
Ia takut Arkan sedang dalam masalah besar, karena Faiza selalu berpikir Arkan tak baik-baik saja.

Saat logikanya berpikir Arkan tega memberi harapan penuh pada Faiza, hatinya justru merasakan bahwa Arkan ada dalam masalah besar.


Kini Faiza sedang termenung di kelasnya. Tadi Azizah mengajaknya beristirahat tapi Faiza menolaknya, dengan alasan tak enak badan.

Azizah pun percaya, Faiza memang tak enak badan. Ia melihat lingkaran hitam di mata Faiza, badannya yang sedikit hangat, dan suaranya yang terdengar sedikit berbeda.

Menghilangnya Arkan membuat pengaruh besar dalam diri Faiza.
Baru kemarin Faiza merasakan betapa bahagianya hubungan dia dengan Arkan membaik. Dengan hubungan tanpa status, tapi Arkan selalu memprioritaskannya

Tapi kini Faiza percaya pada quotes yang sering dia baca di instagramnya.

"Aku kira aku adalah prioritasmu, ternyata aku salah.
Aku hanyalah, seseorang yang telah mengisi kekosonganmu.
Tak lain dan tak bukan, hanya sebagai tempat pelampiasanmu kala pemeran utama pada kisahmu pergi."

Tanpa sadar bulir bening lolos di pipi Faiza. Mengapa Arkan tega meninggalkan Faiza tanpa kabar sepesan pun?

Sebelum menghilang, Arkan membuktikan betapa berharganya Faiza untuk Arkan. Tapi kini, lelaki itu malah pergi menghilang entah kemana.

Bahu Faiza mulai bergetar, isak tangisnya Faiza redam dengan membekap mulutnya.
Pandangannya tetap kosong pada langit mendung di luar sana.
Langit pun seakan mengerti, bahwa kini ia sedang bersedih.

Kenangan demi kenangan saat Arkan mengutamakan Faiza terbesit jelas dalam ingatan Faiza.

Sekilas ucapan-ucapan Arkan terngiang jelas dalam pendengaran Faiza.

"Nggak ada hubungan bukan alasan kita untuk berjauhan,"

"Lo itu prioritas utama gua,"

"Lo itu alasan terbesar gua buat semangat pergi ke sekolah!"

"Hubungan kita emang nggak saling mengikat, tapi percaya lah hati lo udah gua ikat."

Dan sukses sudah ingatan itu membuat tangis Faiza pecah bersamaan dengan turunnya air hujan yang langsung deras di luar sana. Entah sudah sehancur apa hati Faiza sekarang, rasanya seperti dihujam ribuan jarum.

Dibawa terbang ke langit paling atas, tanpa diminta.
Lalu dengan seenaknya dilepaskan di tengah-tengah sebelum sampai pada tujuannya

Itu jauh lebih sakit.

-----------------
Nah 😢

Berjuang Tanpa Pengungkapan (COMPLETE) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang